“Itulah Eyang lanang... kenapa meminta kanda tadi datangnya belakangan” rutuk Roro dengan wajah cemberut kepada Eyang lanang yang ada didekatnya yang tak lain adalah Eyang Mandalaksana.
“Iya nih Eyang. Kalau tadi berangkatnya barengan, pasti kanda sudah ada disini” sambung Ajeng ikut-ikutan cemberut.
“Suami kalian itu bukan lagi anak kecil. Pasti ada sesuatu yang membuatnya terlambat kemari” ucap Eyang Mandalaksana akhirnya menjawab pernyataan kedua cucunya tersebut.
“Sekarang ayo ke ke aula pertemuan” ucap Eyang Mandalaksana akhirnya beranjak bangkit dari tempatnya berada.
Rombongan Eyang Mandalaksanapun segera menuju ke ruang aula pertemuan yang memang telah dipersiapkan, tampak disana telah menunggu satu rombongan yang langsung bangkit berdiri begitu melihat rombongan Eyang Mandalaksana datang.
Satu rombongan yang terdiri dari 13 orang itu datang mendekati rombongan Eyang Mandalaksana.
&ldqu
“Kakang mandala!” ucap sosok yang tadi disebut oleh Eyang Mandalaksana sebagai Mellya tersebut menjura hormat setelah berada dihadapan Eyang Mandalaksana.“Nyimas Roro” ucap sosok itu lagi menjura hormat pada Eyang putri yang segera dibalas oleh Eyang putri.“Kau masih sama seperti dulu Mellya.. tidak berubah sama sekali” ucap Eyang Mandalaksana geleng-geleng kepala melihat sosok penampilan Mellya dengan kedua orang perempuan yang ada dibelakangnya yang sangat seksi menggugah birahi. Mellya dan kedua perempuan yang dibelakangnya hanya tersenyum mendengar hal itu.Ketiganya lalu terlibat dalam satu pembicaraan masa lalu, mengingat masa-masa kebersamaan mereka sewaktu berguru dengan dewa agung. Sementara itu Roro dan Ajeng terlihat saling berbisik satu sama lain.“Untung saja kanda tidak ada disini, Roro” bisik Ajeng. “Benar.. Kalau ada kanda disini. Pasti matanya jelalatan kesana kemari melihat
“Mellya.. Ummi Ayu.. kakang.. selain pertemuan rutin kita yang kita adakan setiap 50 tahun sekali, saya bermaksud untuk membuka sebuah padepokan yang akan kuberi nama Padepokan Radja, karena itu aku mengundang ketua dunia persilatan yang baru”“Kakang mengundang ketua dunia persilatan yang baru?” tanya Mellya cepat“Benar Mellya”“Siapa julukannya kakang?” tanya Ummi Ayu“Kalau tidak salah ksatria pengembara” ucap Jayalaksana lagi. Sekilas wajah Mellya dan Ummi Ayu terlihat berubah mendengar hal itu.“Ya, aku pernah mendengar nama besar pendekar itu.. jadi dia ketua dunia persilatan yang baru” ucap Ummi Ayu lagi.“Lalu dimana dia kakang?” tanya Mellya“Entahlah.. Seharusnya dia sudah datang saat ini, tapi mungkin ada halangan dijalan. Mudah-mudahan besok sudah tiba disini” jawab Jayalaksana.“Aku juga sengaja mengundan
Bintang menatap kuil mega merah yang ada dihadapannya, sesaat Bintang tersenyum saat mengingat kenangan manisnya bersama Aria Amante di kuil mega merah itu.Huupp!Bintang kemudian melompat turun dengan sangat ringannya dari punggung Sembrani dan berkata ;“Pergilah dulu Sembrani, tapi jangan jauh-jauh”Hiekk!Sembrani meringkik pelan seakan mengerti ucapan Bintang padanya. Lalu dengan cepat Sembrani melesat pergi. Bintang sendiri kini akhirnya melangkah kearah kuil mega merah.Saat berada didepan pintu kuil mega merah ;“Aria”Bintang memanggil lembut nama Aria. Tak ada jawaban.“Aria!” panggil Bintang sedikit keras, tapi tetap tak ada jawaban. Padahal jelas-jelas Bintang dapat merasakan ada tanda-tanda kehidupan dari dalam kuil mega merah yang Bintang yakini sebagai tanda-tanda keberadaan Aria Amante.
“Bagaimana ciri orang itu, Aria?”“Seorang laki-laki berwajah penuh kharisma dengan jubah abu-abu beralur merah, dan yang paling jelas itu adalah rambutnya yang berwarna hitam keemasan kang, panjang tergerai..”“Apakah dia melawanmu dengan tangan kosong saat kau menggunakan Pedang Merah?” tanya Bintang“Tidak kang, dia memiliki sebuah senjata yang bernama Pedang Biru”“Pedang Biru ?!” tanya Bintang terkejut.“Benar kang, Pedang Biru.. sepertinya Pedang Biru merupakan kebalikan dari Pedang Merah. Bila Pedang Merah mengandung hawa panas, maka Pedang Biru yang digunakannya mengandung hawa dingin” ucap Aria Amante lagi, dan Bintang semakin menarik mendengarnya.“Baiklah... kakang akan mencoba menyelidiki hal ini” ucap Bintang akhirnya. Aria Amante tersenyum mendengar hal itu, sejenak Aria Amante terli
“Aria”Sebuah suara lembut membuat Aria langsung membuka kedua matanya dan alangkah terkejut Aria saat melihat dirinya yang berada disebuah tempat yang dipenuhi oleh cahaya putih.“Dimana aku, dimana kang Bintang?” batin Aria lagi bingung menyadari keberadaan dirinya saat ini.“Aria”Kembali sebuah suara lembut itu terdengar menyapanya dari belakang, secara reflek, Aria menolehkan kepalanya kebelakang.“Guru!” ucap Aria dengan wajah berubah saat melihat dibelakangnya telah duduk seorang pertapa berjubah merah, dengan wajah sangat berkharismatik yang tentu saja sangat Aria kenali. Sosok pertapa itu adalah gurunya, Begawan Mega Merah.Aria Amante dengan cepat berbalik dan langsung menyembah sujud dihadapan Begawan Mega Merah.“Bangunlah Aria” kembali terdengar suara lembut Begawan Mega Merah. Ariapun segera bangkit dari sujudnya, tapi Aria Amante tak berani untuk mengangkat waj
PULAU BATU RAJA. Sebuah pulau yang dikelilingi oleh lautan, tapi berairan dangkal, sehingga saat air laut surut, pantai-pantai pasir putih membentang lurus disepanjang mata memandang, sungguh indah pemandangan yang ada. Dipintu masuk pulau terlihat dua tebing tinggi yang membentuk seperti gerbang pintu masuk, dimana tebing dikiri dan kanan itu telah dipahat ukiran 2 buah patung berukuran sangat besar dengan bentuk 2 prajurit berpedang yang tengah menghadap kearah laut, sungguh sebuah pintu gerbang masuk yang sangat megah sekali.Pemandangan ini pula yang saat ini diperhatikan oleh sosok seorang lelaki muda tampan yang berdiri di ujung kapal yang tengah membawanya menuju kearah pintu gerbang 2 patung prajurit berpedang tersebut. Menilik dari wajah dan penampilannya, sosok itu tak lain adalah Bintang. Kini Bintang sudah berada dikapal yang akan menjadi tumpangannya menuju Pulau Batu Raja.Dengan menunggangi Sembrani, Bintang tiba di pantai timur sebelum
Entah sudah berapa keduanya saling berdiri berhadapan, hingga ;Ciiaattt!!!Ayu Mayrissa mendahului menyerang kedepan.Huupp!Ajeng bergerak menghindari serangan lawannya dengan sangat ringan sekali, jurus Tarian kipas merak kayangan dikerahkan. Ayu Mayrissa terus melancarkan serangan dahsyatnya yang bernama ‘Ilmu Gadis Suci’, dan Ajeng terus bergerak menghindarinya dengan jurusnya yang seperti orang menari. Sejauh ini Ajeng memang hanya ingin melihat kemampuan lawannya sekaligus mengukur seberapa kuat serangan yang dilancarkan oleh lawannya, tapi sesekali Ajeng juga memberikan serangan balasan.Duel diantara kedua perempuan cantik ini tentu saja menjadi perhatian semua orang yang ada ditempat itu, terutama para lelaki yang matanya jelalatan menatap kearah pertarungannya, bukannya takjub melihat jurus-jurus yang dipergunakan oleh kedua perempuan cantik itu, tapi justru lebih fokus pada kecantikan keduanya. Cadar merah
“Bersiaplah!” ucap Ayu Mayrissa lagi seraya mengangkat tombak trisula ditangan kanannya. Roro Ajengpun tak mau kalah, kipas merak kayangan ditangannya direntangkan.Hiaaa!Ayu Mayrissa menyerang lebih dulu kedepan.Hiaaah!Roro Ajengpun tak ingin ketinggalan, dengan kipas merak kayangan ditangan ikut melesat kedepan.Cratt! Cratt! Cratt! Cratt! Cratt!Percikan bunga api muncrat dengan kuat saat kedua senjata itu bertemu, tombak trisula dan kipas merak kayangan. Keduanya terus bertarung dengan sengitnya.“Badai Pusaran Angin, Hiaaah!”Roro Ajeng melepaskan salah satu jurus anginnya dari kibasan kipas merak kayangan ditangannya.Wusshhh... wushh... wushh... wushh!Gelombang angin dahsyat langsung menyapu kearah Ayu Mayrissa. Diserang dengan sangat hebat oleh lawannya, membuat Ayu Mayrissa mencoba bertahan dengan mengerahkan tenaga dalam pada kakiny