“Bagaimana ciri orang itu, Aria?”
“Seorang laki-laki berwajah penuh kharisma dengan jubah abu-abu beralur merah, dan yang paling jelas itu adalah rambutnya yang berwarna hitam keemasan kang, panjang tergerai..”
“Apakah dia melawanmu dengan tangan kosong saat kau menggunakan Pedang Merah?” tanya Bintang
“Tidak kang, dia memiliki sebuah senjata yang bernama Pedang Biru”
“Pedang Biru ?!” tanya Bintang terkejut.
“Benar kang, Pedang Biru.. sepertinya Pedang Biru merupakan kebalikan dari Pedang Merah. Bila Pedang Merah mengandung hawa panas, maka Pedang Biru yang digunakannya mengandung hawa dingin” ucap Aria Amante lagi, dan Bintang semakin menarik mendengarnya.
“Baiklah... kakang akan mencoba menyelidiki hal ini” ucap Bintang akhirnya. Aria Amante tersenyum mendengar hal itu, sejenak Aria Amante terli
“Aria”Sebuah suara lembut membuat Aria langsung membuka kedua matanya dan alangkah terkejut Aria saat melihat dirinya yang berada disebuah tempat yang dipenuhi oleh cahaya putih.“Dimana aku, dimana kang Bintang?” batin Aria lagi bingung menyadari keberadaan dirinya saat ini.“Aria”Kembali sebuah suara lembut itu terdengar menyapanya dari belakang, secara reflek, Aria menolehkan kepalanya kebelakang.“Guru!” ucap Aria dengan wajah berubah saat melihat dibelakangnya telah duduk seorang pertapa berjubah merah, dengan wajah sangat berkharismatik yang tentu saja sangat Aria kenali. Sosok pertapa itu adalah gurunya, Begawan Mega Merah.Aria Amante dengan cepat berbalik dan langsung menyembah sujud dihadapan Begawan Mega Merah.“Bangunlah Aria” kembali terdengar suara lembut Begawan Mega Merah. Ariapun segera bangkit dari sujudnya, tapi Aria Amante tak berani untuk mengangkat waj
PULAU BATU RAJA. Sebuah pulau yang dikelilingi oleh lautan, tapi berairan dangkal, sehingga saat air laut surut, pantai-pantai pasir putih membentang lurus disepanjang mata memandang, sungguh indah pemandangan yang ada. Dipintu masuk pulau terlihat dua tebing tinggi yang membentuk seperti gerbang pintu masuk, dimana tebing dikiri dan kanan itu telah dipahat ukiran 2 buah patung berukuran sangat besar dengan bentuk 2 prajurit berpedang yang tengah menghadap kearah laut, sungguh sebuah pintu gerbang masuk yang sangat megah sekali.Pemandangan ini pula yang saat ini diperhatikan oleh sosok seorang lelaki muda tampan yang berdiri di ujung kapal yang tengah membawanya menuju kearah pintu gerbang 2 patung prajurit berpedang tersebut. Menilik dari wajah dan penampilannya, sosok itu tak lain adalah Bintang. Kini Bintang sudah berada dikapal yang akan menjadi tumpangannya menuju Pulau Batu Raja.Dengan menunggangi Sembrani, Bintang tiba di pantai timur sebelum
Entah sudah berapa keduanya saling berdiri berhadapan, hingga ;Ciiaattt!!!Ayu Mayrissa mendahului menyerang kedepan.Huupp!Ajeng bergerak menghindari serangan lawannya dengan sangat ringan sekali, jurus Tarian kipas merak kayangan dikerahkan. Ayu Mayrissa terus melancarkan serangan dahsyatnya yang bernama ‘Ilmu Gadis Suci’, dan Ajeng terus bergerak menghindarinya dengan jurusnya yang seperti orang menari. Sejauh ini Ajeng memang hanya ingin melihat kemampuan lawannya sekaligus mengukur seberapa kuat serangan yang dilancarkan oleh lawannya, tapi sesekali Ajeng juga memberikan serangan balasan.Duel diantara kedua perempuan cantik ini tentu saja menjadi perhatian semua orang yang ada ditempat itu, terutama para lelaki yang matanya jelalatan menatap kearah pertarungannya, bukannya takjub melihat jurus-jurus yang dipergunakan oleh kedua perempuan cantik itu, tapi justru lebih fokus pada kecantikan keduanya. Cadar merah
“Bersiaplah!” ucap Ayu Mayrissa lagi seraya mengangkat tombak trisula ditangan kanannya. Roro Ajengpun tak mau kalah, kipas merak kayangan ditangannya direntangkan.Hiaaa!Ayu Mayrissa menyerang lebih dulu kedepan.Hiaaah!Roro Ajengpun tak ingin ketinggalan, dengan kipas merak kayangan ditangan ikut melesat kedepan.Cratt! Cratt! Cratt! Cratt! Cratt!Percikan bunga api muncrat dengan kuat saat kedua senjata itu bertemu, tombak trisula dan kipas merak kayangan. Keduanya terus bertarung dengan sengitnya.“Badai Pusaran Angin, Hiaaah!”Roro Ajeng melepaskan salah satu jurus anginnya dari kibasan kipas merak kayangan ditangannya.Wusshhh... wushh... wushh... wushh!Gelombang angin dahsyat langsung menyapu kearah Ayu Mayrissa. Diserang dengan sangat hebat oleh lawannya, membuat Ayu Mayrissa mencoba bertahan dengan mengerahkan tenaga dalam pada kakiny
Seerr.!Satu sosok bayangan ungu melesat ketengah arena pertarungan, dan kini terlihatlah perempuan berwajah cantik sensual. Mengenakan pakaian ungu dan Mengenakan mahkota kecil dikepalanya dengan mengenakan gelang lempengan emas di kedua lengannya. Dia adalah Genne si Ratu Cinta, salah satu murid mahaguru Mellya. Penampilannya begitu seksi dan sangat menggoda sekali, sungguh memukau bagi mata setiap laki-laki yang memandangnya.Genne si Ratu Cinta tampak menjura hormat dengan gayanya yang seksi kepada semua mahaguru yang ada ditempat itu, lalu terakhir kepada Jayalaksana si Jari Malaikat. Pandangannya kemudian tertuju pada salah seorang murid muda si Jari Malaikat yang saat itu tengah memandang kearahnya dengan takjub.“Ayo cah tampan, bukankah kau lawanku bertarung, mari sini” ucap Genne dengan penuh kelembutan dan godaan.Salah satu murid si Jari Malaikat memang akan menjadi lawannya, dia adalah
“Sial! Dia benar-benar menggodaku.. Celaka kalau terus begini!” batin Prawira yang merasakan hatinya semakin kacau mendengar suara lembut lawannya. Maka ;Tess.,.!Prawira tiba-tiba saja menyentilkan jarinya.Wuutt!Satu sinar hijau melesat cepat kearah Genne. “Hei..hei...! apa kau ingin membunuhku sayang..!” ucap Genne seraya menghindari serangan sentilan maut itu.Dhuar!Akibatnya, tempat yang ada dibelakang Genne langsung hancur berantakan, ternyata cukup dahsyat juga jurus serangan sentilan Prawira.Tess.,.! Tess.,.! Tess.,.! Tess.,.!Prawira tak perduli, mendengar lawannya lolos dari serangannya, sentilan-sentilan jarinya terus dilesatkan.Wuutt... Wuutt... Wuutt... Wuutt!Sinar-sinar hijau itu melesat cepat kearah Genne. Sehingga Genne siRatu Cinta terus bergerak menghindarinya, hebatnya Prawira ternyata memiliki indra peraba yang sangat tajam, sehingga kema
“Dari dulu.. Tidak ada laki-laki yang mampu menghadapi ilmu kembang perawan, milikmu Mellya” batin mahaguru Jayalaksana.Jaya Sampoerna, murid yang baru saja membantu Prawira untuk menyingkir dari arena pertarungan, kini tampak berjalan kembali menuju arena, karena saat ini memang gilirannya untuk bertarung.Begitu berada ditengah-tengah arena, Jaya Sampoerna langsung menjura hormat pada semuanya. Sementara itu dari rombongan Mahaguru Ummi Ayu terlihat seorang gadis bercadar merah, tubuhnya terbilang cukup tinggi semampai dengan bentuk tubuh yang sangat profosional, tidak gemuk juga tidak kurus, semok montok istilah orang zaman sekarang. Matanya terlihat begitu indah dengan bola mata berwarna coklat. Rambutnya yang panjang hampir sepinggang, dibiarkannya tergerai indah dihiasi dengan butiran-butiran mutiara yang berkilau bila diterpa cahaya, sepasang anting mutiara tersampir indah dikedua belah telinganya. Dia adalah Ayu Qilla yang kini tampak menj
Jaya Sampoerna terus memainkan jurus totokannya, tapi kali ini ;Zzgggghhh..! Zzgggghhh..!Jari-jari totokan Jaya Sampoerna terlihat mengeluarkan aliran-aliran petir biru, sepertinya kali ini Jaya Sampoerna benar-benar tak main-main lagi.Ayu Qilla yang melihat hal itu segera menutup payungnya.Klek!Entah apa yang ditekan Ayu Qilla pada pangkal payungnya, kini diujung payung yang tertutup itu keluar besi hitam yang sangat runcing, sepertinya payung pelangi selain digunakan pertahanan juga bisa sebagai senjata penyerangan.Jaya Sampoerna memang heran pada besi hitam runcing yang keluar dari ujung payung, karena besi hitam itu seperti bukan besi hitam biasa, baru kali ini Jaya Sampoerna melihat besi hitam seperti itu.“Payung gadis suci menembus badai, Hiaaah!"Wusss!Ayu Qilla melesat dengan payung besi runcing hitamnya kearah Jaya Sampoerna.Hiaaa!Zzgggghhh..! Zzgggghhh..!Debb! Debb