Jaya Sampoerna terus memainkan jurus totokannya, tapi kali ini ;
Zzgggghhh..! Zzgggghhh..!
Jari-jari totokan Jaya Sampoerna terlihat mengeluarkan aliran-aliran petir biru, sepertinya kali ini Jaya Sampoerna benar-benar tak main-main lagi.
Ayu Qilla yang melihat hal itu segera menutup payungnya.
Klek!
Entah apa yang ditekan Ayu Qilla pada pangkal payungnya, kini diujung payung yang tertutup itu keluar besi hitam yang sangat runcing, sepertinya payung pelangi selain digunakan pertahanan juga bisa sebagai senjata penyerangan.
Jaya Sampoerna memang heran pada besi hitam runcing yang keluar dari ujung payung, karena besi hitam itu seperti bukan besi hitam biasa, baru kali ini Jaya Sampoerna melihat besi hitam seperti itu.
“Payung gadis suci menembus badai, Hiaaah!"
Wusss!
Ayu Qilla melesat dengan payung besi runcing hitamnya kearah Jaya Sampoerna.
Hiaaa!
Zzgggghhh..! Zzgggghhh..!
Debb! Debb
“Tapak gadis suci.!” ucap Jaya Sampoerna lagi terkejut saat melihat telapak-telapak tangan ke-4 sosok Ayu Qilla berubah menjadi putih keperakan. Mahaguru si Jari Malaikat telah menjelaskan padanya tentang kehebatan tapak gadis suci yang bila terkena lawannya, akan membuat lawannya lumpuh.Sadar akan bahayanya, Jaya Sampoernapun segera bergerak. Serangan ke-4 sosok Ayu Qilla sangat rapat menyerangnya, hingga kini terlihat bagaimana Jaya Sampoerna terdesak oleh serangan-serangan lawannya, bahkan Ayu Qilla tak sedikitpun memberikan kesempatan padanya untuk melepaskan jurus ‘Jari Malaikat’nya.Berkali-kali serangan Ayu Qilla hampir mengenai sasarannya, secepat dan sebisa mungkin Jaya Sampoerna bergerak agar tidak terkena serangan lawannya, karena jika sampai terkena walau cuma sedikit, dirinya akan menjadi lumpuh dan dapat dipastikan dirinya akan kalah.Jaya Sampoerna berusaha bergerak menjauh untuk bisa me
“Belum saatnya aku melawanmu” ucap Jaya Sampoerna seraya beranjak pergi meninggalkan arena pertarungan. Meninggalkan sosok perempuan yang terus tersenyum menggoda kearahnya.Serrr...!Satu sosok bayangan merah naik kearena pertarungan. Sosok perempuan muda berparas cantik nan jelita mengenakan pakaian merah Khas ksatria keraton wanita Tanah Jawa dwipa, pakaian kraton yang hanya sebatas dada, sehingga menampakkan belahan dadanya yang sangat menggoda setiap laki-laki yang memandangnya. Hidung mancung, ditambah kulitnya yang putih mulus, rambutnya yang panjang semampai disampir begitu indah dengan mahkota emas yang dikenakannya. Terkadang kakinya yang jenjang mulus terlihat dibelahan kain yang dikenakannya, ditambah perhiasan yang ada dikepala, leher dan lengannya, semakin menampakkan kalau dia adalah seorang ksatria wanita. Sebuah selendang berwarna merah melilit dipinggangnya yang ramping.“Aku lawanmu!” ucap perempuan muda cantik itu lagi
“Tak kusangka, ternyata ketua dunia persilatan itu orangnya masih sangat muda” ucap mahaguru Mellya yang sejak tadi terus memperhatikan sosok Bintang. Wajah Ratu Pemikat tampak berubah mendengar hal itu.“Ketua dunia persilatan, jadi dia orangnya” batin Ratu Pemikat lagi.Sementara itu Bintang kini sudah berdiri ditengah-tengah arena pertarungan dan Bintang menatap kearah 4 penjuru dimana telah duduk rombongan para mahaguru.“Salam hormat dari saya para mahaguru” ucap Bintang menjura hormat pada ke-4nya. Walaupun begitu, Bintang tetap mengamati semua orang yang ada ditempat itu dan salah satunya kini tampak berdiri. Bintang meyakini kalau sosok yang tengah berdiri itulah yang disebut sebagai si Jari Malaikat. Dugaan Bintang memang tak salah, yang berdiri adalah mahaguru Jayalaksana, si Jari Malaikat.“Selamat datang di Pulau Batu Raja, ketua dunia persilatan!” uca
Di tempatnya, Bintang tiba-tiba saja merasakan tubuhnya seperti terbetot dengan keras kebawah, seperti ada dorongan yang sangat keras dari atas dan tarikan yang sangat kuat dari bawah. Bintang segera menyadari kalau mahaguru Jayalaksana yang melakukan semua itu. Apa yang menjadi dugaan Bintang memang tak salah, mahaguru Jayalaksana telah mengirimkan serangan keras kepadanya untuk membuat Bintang bertekuk lutut dihadapannya.Di tempatnya, mahaguru Jayalaksana tampak tersenyum karena meyakini sebentar lagi, ksatria pengembara akan bertekuk lutut dihadapannya.Tak ingin dipermalukan. Diam-diam Bintang mengerahkan salah satu kesaktian pemberian mendiang sesepuh Raja Penidur yang selama ini belum pernah digunakannya, sebuah ajian yang sangat cocok menghadapi serangan-serangan kasat mata yang menggunakan kekuatan tenaga batin. Ajian ini mampu menetralisir serangan kasat mata yang dilakukan oleh mahaguru Jayalaksana. Ditempatnya, mahaguru Jayalaksana tampak
“Mari!” ucap Ratu Pemikat dengan ‘ilmu kembang perawan’nya.“Mari!” ucap Roro tak mau kalah. Jurus ‘tapak bromo’ dipersiapkan."Hiaaah!"“Heaaah!"Hampir bersamaan kedua perempuan cantik berbeda penampilan ini saling maju menyerang kedepan.Pertarungan keduanya berlangsung sengit, baik Roro maupun Ratu Pemikat melancarkan serangan-serangan dahsyat dari jurus-jurus yang mereka miliki. Sementara para penonton tampak memperhatikan pertarungan yang sedang berjalan dengan penuh keseriusan. Sementara itu bagi murid-murid Mahaguru Jayalaksana yang rata-rata adalah laki-laki, tampak terpukau dan terpesona melihat pertarungan kedua perempuan cantik ini.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Jurus-jurus tingkat tinggipun mulai dikerahkan hingga terjadi ledakan-ledakan disekitar pertarungan keduanya.Belasan jurus, puluhan jurus, bahkan kini ratusan jur
Roro terlihat masih berdiri dengan tenang memperhatikan apa yang akan dilakukan lawan, hingga akhirnya Roro terlihat merapatkan kedua telapak tangannya didepan dada.“Pukulan Kembang Perawan, heaaaa!”“Wusshhh....wussshhhhhh!”Ratu Pemikat langsung menyerang kedepan dengan melepaskan cahaya kuning lembayung dari kedua tangannya. Cahaya kuning lembayung itupun langsung menyerang kearah Roro putri.“Tapak bromo kawah besar, yeaaahhh!” Roro melepaskan pukulan mautnya.Wusssshhhh.!!!Gelombang angin panas menyengat keluar dari kedua telapak Roro putri. Ditempatnya Ratu Pemikat tampak tercekat pukulan maut yang dilepaskan oleh lawannya. Tapi sudah terlambat bagi Ratu Pemikat untuk menarik serangannya. Maka ;DHUARRRR.!!!Ledakan dahsyatpun tak dapat dihindari saat adu tenaga dalam tersebut mencapai puncaknya. Hingga menimbulkan kabut asap tebal di
Sejenak mahaguru Jayalaksana terlihat menatap kearah barat, dapat dilihatnya bagaimana matahari sudah condong ke barat, mega-mega merahpun sudah tampak menghiasi langit barat.“Baiklah.. Adu kanuragan hari ini cukup sampai disini. Besok akan kita lanjutkan lagi diwaktu dan tempat yang sama” ucap mahaguru Jayalaksana lagi.“Jadi besok yang akan bertarung adalah pemenang-pemenang hari ini. Dimana Roro Ajeng, cucu dari kakang Mandalaksana akan berhadapan dengan Genne si Ratu Cinta, Murid dari Padepokan Dewi Kayangan dan muridku, Jaya Sampoerna yang akan berhadapan dengan Roro Putri Srikandi, cucu kakang Mandalaksana” ucap mahaguru Jayalaksana mengumumkan pertarungan yang akan dilaksanakan esok hari.-o0o-MALAM KEMBALI DATANG, Pulau Batu Raja kembali sunyi, karena memang tak ada diadakan perjamuan dan pesta seperti malam sebelumnya. Hal ini tentu untuk memberikan kesempatan bagi p
Bagaimana Bintang bisa sampai diatas mahkota patung prajurit raksasa berpedang tersebut. Ini berawal saat Bintang untuk pertama kalinya tiba di Pulau Batu Raja, dimana seperti yang lainnya, untuk memasuki Pulau Batu Raja, Bintangpun harus melewati kedua patung prajurit berpedang raksasa tersebut, saat melewati kedua patung tersebut, sekilas Bintang terpandang kearah puncak mahkota yang ada diatas kepala salah satu patung prajurit berpedang tersebut. Hal inilah yang membuat Bintang sempat terpaku untuk memperhatikan dengan seksama, benda apa yang ada diatas mahkota kepala patung raksasa tersebut. Bintang merasa seperti mengenali benda tersebut, makanya saat malam tiba, Bintangpun bergegas untuk menuju ke mahkota yang ada diatas kepala patung raksasa tersebut. Saat sudah berada diatas mahkota tersebut, ternyata dugaan Bintang benar, benda itu adalah sebuah teropong, teropong yang ukurannya cukup besar, tapi kali ini bukan keberadaan teropong itu yang mengejutkan Bint