“Belum saatnya aku melawanmu” ucap Jaya Sampoerna seraya beranjak pergi meninggalkan arena pertarungan. Meninggalkan sosok perempuan yang terus tersenyum menggoda kearahnya.
Serrr...!
Satu sosok bayangan merah naik kearena pertarungan. Sosok perempuan muda berparas cantik nan jelita mengenakan pakaian merah Khas ksatria keraton wanita Tanah Jawa dwipa, pakaian kraton yang hanya sebatas dada, sehingga menampakkan belahan dadanya yang sangat menggoda setiap laki-laki yang memandangnya. Hidung mancung, ditambah kulitnya yang putih mulus, rambutnya yang panjang semampai disampir begitu indah dengan mahkota emas yang dikenakannya. Terkadang kakinya yang jenjang mulus terlihat dibelahan kain yang dikenakannya, ditambah perhiasan yang ada dikepala, leher dan lengannya, semakin menampakkan kalau dia adalah seorang ksatria wanita. Sebuah selendang berwarna merah melilit dipinggangnya yang ramping.
“Aku lawanmu!” ucap perempuan muda cantik itu lagi
“Tak kusangka, ternyata ketua dunia persilatan itu orangnya masih sangat muda” ucap mahaguru Mellya yang sejak tadi terus memperhatikan sosok Bintang. Wajah Ratu Pemikat tampak berubah mendengar hal itu.“Ketua dunia persilatan, jadi dia orangnya” batin Ratu Pemikat lagi.Sementara itu Bintang kini sudah berdiri ditengah-tengah arena pertarungan dan Bintang menatap kearah 4 penjuru dimana telah duduk rombongan para mahaguru.“Salam hormat dari saya para mahaguru” ucap Bintang menjura hormat pada ke-4nya. Walaupun begitu, Bintang tetap mengamati semua orang yang ada ditempat itu dan salah satunya kini tampak berdiri. Bintang meyakini kalau sosok yang tengah berdiri itulah yang disebut sebagai si Jari Malaikat. Dugaan Bintang memang tak salah, yang berdiri adalah mahaguru Jayalaksana, si Jari Malaikat.“Selamat datang di Pulau Batu Raja, ketua dunia persilatan!” uca
Di tempatnya, Bintang tiba-tiba saja merasakan tubuhnya seperti terbetot dengan keras kebawah, seperti ada dorongan yang sangat keras dari atas dan tarikan yang sangat kuat dari bawah. Bintang segera menyadari kalau mahaguru Jayalaksana yang melakukan semua itu. Apa yang menjadi dugaan Bintang memang tak salah, mahaguru Jayalaksana telah mengirimkan serangan keras kepadanya untuk membuat Bintang bertekuk lutut dihadapannya.Di tempatnya, mahaguru Jayalaksana tampak tersenyum karena meyakini sebentar lagi, ksatria pengembara akan bertekuk lutut dihadapannya.Tak ingin dipermalukan. Diam-diam Bintang mengerahkan salah satu kesaktian pemberian mendiang sesepuh Raja Penidur yang selama ini belum pernah digunakannya, sebuah ajian yang sangat cocok menghadapi serangan-serangan kasat mata yang menggunakan kekuatan tenaga batin. Ajian ini mampu menetralisir serangan kasat mata yang dilakukan oleh mahaguru Jayalaksana. Ditempatnya, mahaguru Jayalaksana tampak
“Mari!” ucap Ratu Pemikat dengan ‘ilmu kembang perawan’nya.“Mari!” ucap Roro tak mau kalah. Jurus ‘tapak bromo’ dipersiapkan."Hiaaah!"“Heaaah!"Hampir bersamaan kedua perempuan cantik berbeda penampilan ini saling maju menyerang kedepan.Pertarungan keduanya berlangsung sengit, baik Roro maupun Ratu Pemikat melancarkan serangan-serangan dahsyat dari jurus-jurus yang mereka miliki. Sementara para penonton tampak memperhatikan pertarungan yang sedang berjalan dengan penuh keseriusan. Sementara itu bagi murid-murid Mahaguru Jayalaksana yang rata-rata adalah laki-laki, tampak terpukau dan terpesona melihat pertarungan kedua perempuan cantik ini.Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar! Dhuar!Jurus-jurus tingkat tinggipun mulai dikerahkan hingga terjadi ledakan-ledakan disekitar pertarungan keduanya.Belasan jurus, puluhan jurus, bahkan kini ratusan jur
Roro terlihat masih berdiri dengan tenang memperhatikan apa yang akan dilakukan lawan, hingga akhirnya Roro terlihat merapatkan kedua telapak tangannya didepan dada.“Pukulan Kembang Perawan, heaaaa!”“Wusshhh....wussshhhhhh!”Ratu Pemikat langsung menyerang kedepan dengan melepaskan cahaya kuning lembayung dari kedua tangannya. Cahaya kuning lembayung itupun langsung menyerang kearah Roro putri.“Tapak bromo kawah besar, yeaaahhh!” Roro melepaskan pukulan mautnya.Wusssshhhh.!!!Gelombang angin panas menyengat keluar dari kedua telapak Roro putri. Ditempatnya Ratu Pemikat tampak tercekat pukulan maut yang dilepaskan oleh lawannya. Tapi sudah terlambat bagi Ratu Pemikat untuk menarik serangannya. Maka ;DHUARRRR.!!!Ledakan dahsyatpun tak dapat dihindari saat adu tenaga dalam tersebut mencapai puncaknya. Hingga menimbulkan kabut asap tebal di
Sejenak mahaguru Jayalaksana terlihat menatap kearah barat, dapat dilihatnya bagaimana matahari sudah condong ke barat, mega-mega merahpun sudah tampak menghiasi langit barat.“Baiklah.. Adu kanuragan hari ini cukup sampai disini. Besok akan kita lanjutkan lagi diwaktu dan tempat yang sama” ucap mahaguru Jayalaksana lagi.“Jadi besok yang akan bertarung adalah pemenang-pemenang hari ini. Dimana Roro Ajeng, cucu dari kakang Mandalaksana akan berhadapan dengan Genne si Ratu Cinta, Murid dari Padepokan Dewi Kayangan dan muridku, Jaya Sampoerna yang akan berhadapan dengan Roro Putri Srikandi, cucu kakang Mandalaksana” ucap mahaguru Jayalaksana mengumumkan pertarungan yang akan dilaksanakan esok hari.-o0o-MALAM KEMBALI DATANG, Pulau Batu Raja kembali sunyi, karena memang tak ada diadakan perjamuan dan pesta seperti malam sebelumnya. Hal ini tentu untuk memberikan kesempatan bagi p
Bagaimana Bintang bisa sampai diatas mahkota patung prajurit raksasa berpedang tersebut. Ini berawal saat Bintang untuk pertama kalinya tiba di Pulau Batu Raja, dimana seperti yang lainnya, untuk memasuki Pulau Batu Raja, Bintangpun harus melewati kedua patung prajurit berpedang raksasa tersebut, saat melewati kedua patung tersebut, sekilas Bintang terpandang kearah puncak mahkota yang ada diatas kepala salah satu patung prajurit berpedang tersebut. Hal inilah yang membuat Bintang sempat terpaku untuk memperhatikan dengan seksama, benda apa yang ada diatas mahkota kepala patung raksasa tersebut. Bintang merasa seperti mengenali benda tersebut, makanya saat malam tiba, Bintangpun bergegas untuk menuju ke mahkota yang ada diatas kepala patung raksasa tersebut. Saat sudah berada diatas mahkota tersebut, ternyata dugaan Bintang benar, benda itu adalah sebuah teropong, teropong yang ukurannya cukup besar, tapi kali ini bukan keberadaan teropong itu yang mengejutkan Bint
“Sekarang sudah pas!” kata Bintang seraya menarik wajahnya dari teropong Bintang tersebut, dan ; “Silahkan kalau nona mau melihat!” ucap Bintang memberikan tempat Amanda untuk mencobanya, dengan masih bingung, Amanda akhirnya mendekatkan juga matanya keteropong Bintang.Sesaat wajah jelita Amanda terlihat saat matanya sudah berada di teropong Bintang, dicoba diputarnya kebeberapa arah hingga akhirnya Amanda menarik wajahnya kembali.“Hebat, jauh lebih jelas sekarang tuan” ucap Amanda dengan gembira, menatap kagum kearah Bintang. “Bagaimana tuan tau tentang benda ini ? Apakah tuan pernah memilikinya atau melihatnya?” tanya Amanda cepat.“Aku sudah mengembara jauh keberbagai penjuru negeri, disalah satu negeri yang kusinggahi, dinegeri itu semuanya kecanggihan teknologi ada, termasuk teropong bintang dan aku pernah mencoba beberapa benda ini disana.. Bahkan disana ukuran teropong bintangnya jauh lebih besar dar
“Itu sahabat saya.. Namanya Sembrani” ucap Bintang lagi.“Ss...sem..Sembrani..” ulang Amanda lagi.Sosok putih yang semakin lama semakin terlihat jelas itu adalah sosok seekor kuda putih yang memiliki sayap samar-samar dipunggungnya, hal ini yang kemudian membuat Amanda semakin membesar kedua matanya.Hiekk!Sembrani meringkik pelan saat mendarat dengan lembut diatas puncak mahkota patung raksasa tersebut. Begitu kedua kakinya menyentuh lantai, sepasang sayap yang ada dipunggung Sembrani menghilang. Amanda yang melihat hal itu terlihat mengucek-ucek matanya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bintang sendiri kini sudah tampak mendekati Sembrani dan begitu sudah dekat Bintang langsung memeluk lembut leher Sembrani.Hiekk!Sembrani meringkik pelan. Bintang mengalihkan pandangannya kearah Amanda Gayatri.“Oh.. Dia nona Amanda Gayatri,
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig