Home / Romansa / Aksa! / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Aksa!: Chapter 1 - Chapter 10

155 Chapters

Prolog

 Setahun yang lalu. Ada sebuah geng motor yang selalu menguasai jalanan. Geng motor tersebut bernama Heaven. Dipimpin oleh seorang laki-laki bernama Evan Leon. Tidak ada kelompok lain yang berani berhadapan dengan Heaven, dengan begitu geng tersebut menjadi raja jalanan. Semakin lama Heaven memiliki banyak personil, membuat Evan kewalahan mengurus kelompok tersebut. Akhirnya Heaven pun dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama, Laskar. Kelompok ini dipimpin oleh Elvano Fachrazi. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang ahli dalam bidang parkour. Jumlah mereka 10 orang. Walau jumlah mereka tidak banyak, kelompok ini selalu bisa menang melawan kelompok lain yang jumlahnya dua kali lipat dari mereka.Kelompok kedua, Salamander. Kelompok ini dipimpin oleh Cakra Ardiansyah. Sebuah kelompok yang mempunyai anggota yang selalu semangat kalau ada kegiat
Read more

Bertemu

 Saat di perjalanan pulang Aksa dari rumah temannya. Ia melihat ada seorang perempuan yang sedang berhenti di pinggir jalan sambil melihat ke kanan dan ke kiri, seperti orang sedang menunggu ojek. Perempuan yang sangat berpenampilan rapi seperti orang yang akan menghadiri sebuah pesta, padahal jam masih menunjukkan pukul 05.00 dan ini hari Minggu. Karena Aksa merasa kasian dengan gadis itu, ia pun memberhentikan motornya tepat di depan gadis itu."Lo ojek?" tanya Pitaloka. Dengan penampilan Aksa yang sangat sederhana dan menggunakan motor matic tidak menutup kemungkinan ada orang yang akan mengira kalau dirinya adalah tukang ojek."Iya, butuh tumpangan?" Aksa bertingkah seperti tukang ojek. Ia ingin membantu gadis ini, tetapi ia juga tidak ingin berurusan dengan gadis yang ada di hadapannya ini."Anterin gua ke Gereja yang ada di depan komplek.""Oke."
Read more

Mampir

 Sekarang Pitaloka ada di depan toko roti Mahendra bersama dengan kedua sahabatnya, yaitu Azkia Salsabila dan Fanny Aprillia. Seperti yang ia rencanakan sebelumnya, ia ke sini untuk menemui laki-laki yang tadi menolongnya."Lo yakin mau beli kue di sini?" tanya Azkia. Ia tidak yakin kalau di dalam toko kue ini ada sebuah kue yang bisa menarik perhatian seorang Pitaloka."Gua di sini cuma mau cari informasi tentang laki-laki yang tadi nganterin gua, nggak ada sedikit pun niat buat beli roti di sini." Pitaloka sama sekali tidak tertarik dengan rasa roti di toko ini, alasan ia ada di sini hanya karena laki-laki itu."Seorang Pitaloka repot-repot datang ke sebuah toko roti kecil, hanya karena seorang laki-laki, ada yang salah dengan otak lo?" Fanny sangat tidak tau apa yang sebenarnya sedang dipikirkan oleh Pitaloka. Ia sangat penasaran dengan laki-laki yang bisa membuat Pital
Read more

Orientasi

 Hari pertama masuk sekolah. Sudah banyak siswa-siswi baru SMA Nusa Bangsa yang sudah berbaris di tengah lapangan. Masa MOS adalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh para senior, dengan adanya masa MOS mereka bisa melakukan kemauan mereka terhadap murid-murid baru.Para murid baru mengira kalau MOS kali akan mudah, tapi ternyata tidak. Banyak hal yang tidak masuk akal yang harus mereka lakukan, banyak permintaan yang harus mereka turuti."Maaf, pasti MOS kali ini berat, karena ada gua," ucap Raka. Ia tau kalau ini bukan lah MOS, tapi adalah sebuah balas dendam."WOI, CAKRA! KALAU LO DENDAM JANGAN KAYAK GINI CARANYA!" Raka sudah muak dengan perlakuan semena-mena Cakra. Hanya karena dirinya para murid lainnya juga karena imbasnya."Akhirnya lo sadar." Cakra menatap Raka dengan tatapan sinis. Terpancar aura kebencian dari mereka berdua.Ra
Read more

Jiwa Yang Tak Seharusnya Ada

Mata Aksa perlahan memulai terbuka. Suara-suara sorakan mulai terdengar jelas. Sedikit demi sedikit ia mulai berdiri. Ia melihat kalau Raka sedang melawan dua orang. Senyuman terukir jelas di wajahnya."Geng Salamander, waktunya gua balas dendam," ucap Aksa. Memang benar kalau itu adalah raga Aksa, tetapi jiwa yang terdapat di dalam raga itu bukan lah jiwa Aksa.Aksa mulai berlari dengan cepat. Ia langsung menendang tubuh Tio dengan keras, membuat lawannya itu terhempas ke belakang dengan cepat. Ia tersenyum saat melihat Tio merintih kesakitan.Aksa mulai menghadap ke arah Raka. Ia tersenyum sinis melihat laki-laki itu sudah tidak bisa mengontrol nafas. Aksa lalu mendorong Raka sampai keluar dari area pertarungan."Raka, di-diskualifikasi," ucap Gani selaku wasit di pertandingan ini."WOI GOBLOK, KOK LO MALAH NGELUARIN GUA DARI ARENA!" b
Read more

Mainan Baru?

 Pitaloka sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia terlihat begitu cantik dan anggun menggunakan seragam itu. Tetapi, hanya ada satu yang kurang, yaitu mukanya. Mukanya terlihat seperti orang yang sedang kecewa."Kenapa muka kamu kayak gitu?" tanya Gino. Ia adalah ayah Pitaloka, sekaligus pimpinan sebuah mafia terbesar yang ada di kota ini. Nama kelompok mafia itu adalah Dragon."Kemarin pas Pitaloka nggak masuk, ternyata ada anak baru yang nantang butterfly, dan katanya anak baru itu menang." Pitaloka menyesal karena memilih membolos kemarin. Ia menyesal karena tidak melihat siapakah sosok anak baru itu."Cuman itu? Kan di kamar ayah ada rekaman CCTV-nya lihat sana gih.""Oh, iya. Pitaloka lihat dulu."Pitaloka langsung berlari ke kamar ayahnya. Ia menyalakan laptop ayahnya, ia mencari sebuah rekaman CCTV. Ayahn
Read more

Dua orang yang malang

 Pitaloka sekarang sedang berada di balkon kelasnya. Ia menutup mata sambil menikmati setiap hembusan angin yang berhembus. Perlahan ia membuka mata, seiring dengan hembusan angin yang mulai perlahan menghilang. Matanya tertuju kepada salah satu orang murid yang sedang duduk di bawah pohon."Wajah lama," ucap Pitaloka. Ia melihat seksama muka laki-laki tersebut. Walau dari kejauhan masih terlihat jelas bentuk wajah laki-laki itu. Ia sangat ingin berada di samping itu lalu menyenderkan kepalanya di bahu laki-laki itu."Kayaknya ada yang belum move on nih," sindir Azkia sambil berdiri di kiri Pitaloka. Ia tau kalau Pitaloka masih mencintai Cakra, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan sahabatnya itu terus-menerus bersedih."Apa gua salah kalau masih cinta sama dia?""Entah lah, tapi gua akan langsung bertindak kalau lo mulai deketin Cakra lagi. Gua nggak mau l
Read more

Barang Bukti

 Aksa berada di sebuah gudang tua yang tidak terpakai. Gudang tua yang sudah dipenuhi oleh sampah-sampah. Ia kemari karena selalu melihat tempat ini di mimpinya. Sudah 5 hari ia mencari gudang ini, dan akhirnya ketemu.Ia melangkah ke bagian paling dalam dari gudang tersebut. Karena masih siang dan atap-atap gudang ini bolong-bolong Aksa tidak perlu khawatir akan kegelapan. Ia melihat sekitar, walau tidak begitu mirip dengan gedung yang ada di mimpinya, tetapi ia yakin kalau ini adalah gedung yang selama ini ia cari.Saat Aksa sedang melihat keadaan sekitar, tiba-tiba kakinya menendang sebuah benda. Aksa melihat benda tersebut dengan seksama. Sebuah flashdisk yang dikemas di dalam sebuah plastik bening.Tiba-tiba terdengar banyak suara langkah kaki, dengan cepat Aksa mengambil flashdisk tersebut lalu bersembunyi di dalam sebuah tong. Suara langkah kaki itu semakin terdenga
Read more

Ancaman atau Tekanan?

"Sa, lo dicariin tuh," ucap Raka sambil melihat ke arah seorang perempuan yang berdiri di depan kelas. Ia tidak berani menunjuk perempuan itu, karena ia tau perempuan itu adalah orang yang paling ditakuti di sekolah ini.Perlahan Aksa mulai membuka matanya. Dengan perasaan kesal ia mengucek matanya. Setelah itu ia melihat ke arah seorang perempuan yang berani-beraninya mengganggu waktu tidurnya. Dan, ia langsung menghela nafas panjang setelah tau siapa perempuan itu."Sebaiknya lo bicara di luar, semuanya udah ketakutan," ucap Raka dengan suara kecil, agar perempuan yang sedang ia bicarakan tidak mendengar ucapannya.Kehadiran perempuan itu menghadirkan sebuah rasa takut kepada semua orang yang ada di sekitarnya. Rasa takut akan ditindas, dibentak, dan segala hal yang paling ditakutkan oleh para murid lain. Bahkan hanya dengan sebuah tatapan dari perempuan itu bisa membu
Read more

Kecurigaan dan Mimpi

Pitaloka tersenyum saat melihat Gino sudah pulang ke rumah. Ia menyambut kedatangan Gino dengan senyuman dan pelukan. Ia sangat ingin mendengar berita baik dari hasil pertemuan Ayahnya dengan Aksa."Gimana, Yah?" tanya Pitaloka dengan semangat.Sudah lama Gino tidak melihat Pitaloka sesemangat ini, ia bahagia karena bisa melihat senyuman Pitaloka walau senyuman itu, dan ia akan berusaha agar senyuman itu tidak pernah pudar dari wajah putrinya itu."Dia setuju, jadi mulai besok pagi kamu akan diantar kemanapun kamu mau sama dia," jawab Gino dengan perasaan lega, karena hasil dari pertemuannya dengan Aksa berakhir dengan hasil yang ia inginkan."Makasih, Yah," ucap Pitaloka sambil memeluk Gino dengan erat."Sama-sama."Kebahagiaan menurut Gino adalah saat ia bisa melihat putri semata wayangnya tersenyum. Walau, tanpa sosok
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status