Pitaloka sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia terlihat begitu cantik dan anggun menggunakan seragam itu. Tetapi, hanya ada satu yang kurang, yaitu mukanya. Mukanya terlihat seperti orang yang sedang kecewa.
"Kenapa muka kamu kayak gitu?" tanya Gino. Ia adalah ayah Pitaloka, sekaligus pimpinan sebuah mafia terbesar yang ada di kota ini. Nama kelompok mafia itu adalah Dragon.
"Kemarin pas Pitaloka nggak masuk, ternyata ada anak baru yang nantang butterfly, dan katanya anak baru itu menang." Pitaloka menyesal karena memilih membolos kemarin. Ia menyesal karena tidak melihat siapakah sosok anak baru itu.
"Cuman itu? Kan di kamar ayah ada rekaman CCTV-nya lihat sana gih."
"Oh, iya. Pitaloka lihat dulu."
Pitaloka langsung berlari ke kamar ayahnya. Ia menyalakan laptop ayahnya, ia mencari sebuah rekaman CCTV. Ayahnya memiliki rekaman itu karena, ia adalah pemilik sekolah SMA Nusa Bangsa, jadi wajar saja kalau ia tau setiap kegiatan yang ada di sekolah tersebut.
Pitaloka memutar rekaman tersebut. Ia tersenyum melihat Aksa berada di atas arena. Ia fokus melihat laki-laki yang menjadi partner Aksa, karena ia tau kalau tidak mungkin Aksa lah yang mengalahkan butterfly.
Dipertengahan video Pitaloka tersenyum, karena tebakannya benar. Ia melihat kalau Aksa sudah terkapar di atas matras. Tetapi, beberapa menit kemudian, senyumannya luntur. Ia tidak menyangka kalau Aksa lah yang mengalahkan butterfly.
"Anak itu menarik juga," ucap Gino. Ia juga penasaran siapa orang yang bisa mengalahkan butterfly, makanya ia juga melihat rekaman tersebut.
"Tapi, terlalu bahaya kalau dia terus-terusan ikut duel, bisa-bisa murid dan guru yang lain tunduk sama dia, dan mereka semua membantah perintah ayah." Pitaloka menyimpulkan hal terburuk yang akan terjadi jika Aksa terus-menerus memenangkan duel. Ia tidak ingin kalau laki-laki itu menjadi musuh bebuyutannya.
"Kenapa kamu takut? Kamu hanya tinggal dekati dia, bikin dia takluk sama kamu."
"Mainan baru." Pitaloka senang karena akhirnya ia menemukan orang untuk ia taklukan. Mulai sekarang ia akan membuat Aksa tergila-gila dengannya.
*****
Pitaloka sudah berada di sekolahan. Ia menemui kedua sahabatnya untuk menanyakan kejadian kemarin. Ternyata, mereka berdua juga sudah tau tentang itu. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk pergi ke gedung kelas sepuluh untuk mencari keberadaan Aksa.
Tetapi, naas mereka tidak menemukan keberadaan sosok tersebut. Mereka bahkan tidak tau laki-laki itu masuk ke dalam kelas berapa. Tepat saat mereka mulai putus asa, tiba-tiba ada sosok laki menabrak Fanny.
"Mata lo nggak guna!" Fanny membentak laki-laki yang menabraknya. Tetapi, saat ia melihat wajah laki-laki itu, ternyata laki-laki itu adalah Aksa.
"Maaf, tapi saya lagi sibuk," ucap Aksa. Ia sangat sial karena harus bertemu dengan ketiga perempuan itu.
Aksa melangkah pergi. Tetapi, saat langkah kedua tiba-tiba ada yang mencengkram pergelangan tangannya kuat, lalu mengambil sebuah bandana yang terikat rapi di pergelangan lengan bagian atasnya.
"Lo anak beasiswa?" tanya Azkia sambil memberikan bandana yang ia ambil tadi kepada Pitaloka.
Bandara berwarna putih yang terikat di pergelangan lengan bagian atas adalah sebagai tanda kalau pemakai bandana tersebut adalah murid beasiswa. Pemakai bandana tersebut akan mengalami perlakuan yang berbeda. Bisa membeli makanan dengan setengah harga di kantin, lalu mendapatkan potongan SPP sampai 50%.
"Langsung ke intinya saja, kalian mau apa dari saya?" tanya Aksa. Ia tidak bisa membuang waktunya yang berharga hanya demi meladeni ketiga kakak kelasnya ini.
"Mulai besok lo harus jadi ojek pribadi gua. Lo harus nganterin kemana pun gua mau, dan nggak boleh nolak apapun yang gua perintah," ucap Pitaloka. Ini adalah rencana pertamanya untuk menaklukan Aksa.
"Maaf, tapi saya punya urusan yang lebih penting dari pada menjadi babu Anda." Aksa tidak akan menuruti sebuah permintaan yang tidak masuk akal. Ia tidak ingin menjadi sebuah babu dari kakak-kakak kelasnya ini.
"Hebat sekali lo, berani-beraninya nolak permintaan Pitaloka, Lo nggak tau siapa Pitaloka?" Fanny mulai angkat bicara, karena Aksa berani menentang permintaan Pitaloka.
"Saya nggak peduli, karena yang saya tau, dia itu cuma seorang gadis biasa," ucap Aksa sambil merebut bandana yang ada di genggaman Pitaloka.
"Jaga bicara lo, dia tuh anak pimpinan organisasi Dragon." akhirnya Azkia menyebutkan nama organisasi mafia yang dipimpin oleh ayahnya Pitaloka.
"Terus kenapa? Yang saya tau, perempuan yang ada di depan saya sekarang, adalah perempuan yang pernah saya tolong, perempuan yang kikuk, dan perempuan yang tidak punya pengalaman apapun tentang naik kendaraan umur. Saya nggak peduli tentang siapa ayahnya, dan siapapun yang berada di sampingnya, selama dia masih bisa menangis berarti dia manusia biasa," ucap Aksa sambil memandang mata Pitaloka. Ia tidak peduli tentang apa yang akan terjadi padanya setelah ini, ia tidak akan pernah menyesal dengan kata-kata yang telah ia ucapkan.
Aksa pergi meninggalkan ketiga seniornya itu setelah ia selesai mengikat bandana di lengan bagian atasnya. Ia melenggang pergi begitu saja tanpa pamit kepada Pitaloka, Azkia, dan Fanny.
"Kayaknya ada yang salah dengan otak lo, saat lo dipuji sama laki-laki lain lo ngamuk-ngamuk nggak jelas, dan sekarang lo dikatain sama Aksa malah tersenyum," ucap Azkia.
"Jangan sampai lo suka sama dia, kalau sampai lo suka sama dia, gua nggak akan segan-segan ngambil dia dari kehidupan lo," ucap Fanny. Ia sangat membenci laki-laki itu, dan ia tidak ingin laki-laki itu menjadi kekasih sahabatnya.
"Kita lihat nanti, kalau pun gua suka sama dia, gua nggak akan biarin lo ngerebut dia dari gua. Lo tau kan, gua nggak suka kalau mainan gua direbut," ucap Pitaloka sambil memandang mata Fanny.
"Merepotkan, gua bakal milikin dia, sebelum lo suka sama dia. Dengan begitu, perasaan suka nggak akan tumbuh di hati lo."
Fanny akan melakukan apapun supaya Pitaloka tidak menyukai laki-laki itu, walaupun itu harus melibatkan dirinya sendiri. Ia tidak ingin sahabatnya itu mengalami sakit hati untuk ke-dua kalinya.
"Lo mau rebut orang yang gua incar?"
Fanny bukan lah orang yang suka mencari masalah dengan pitaloka. Tetapi, ia juga tidak bisa membiarkan Pitaloka berada di dekat Aksa. rencananya sekarang adalah ia akan menjadikan laki-laki itu kekasihnya, supaya tidak ada perempuan lain yang mendekatinya, termasuk Pitaloka. Tujuan utamanya supaya Pitaloka tidak bersama Aksa.
"Kenapa harus bingung?
Ini cinta, jadi biarkan saja hatimu yang menentukan kepada siapa cinta itu berlabuh,"Pitaloka sekarang sedang berada di balkon kelasnya. Ia menutup mata sambil menikmati setiap hembusan angin yang berhembus. Perlahan ia membuka mata, seiring dengan hembusan angin yang mulai perlahan menghilang. Matanya tertuju kepada salah satu orang murid yang sedang duduk di bawah pohon."Wajah lama," ucap Pitaloka. Ia melihat seksama muka laki-laki tersebut. Walau dari kejauhan masih terlihat jelas bentuk wajah laki-laki itu. Ia sangat ingin berada di samping itu lalu menyenderkan kepalanya di bahu laki-laki itu."Kayaknya ada yang belum move on nih," sindir Azkia sambil berdiri di kiri Pitaloka. Ia tau kalau Pitaloka masih mencintai Cakra, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan sahabatnya itu terus-menerus bersedih."Apa gua salah kalau masih cinta sama dia?""Entah lah, tapi gua akan langsung bertindak kalau lo mulai deketin Cakra lagi. Gua nggak mau l
Aksa berada di sebuah gudang tua yang tidak terpakai. Gudang tua yang sudah dipenuhi oleh sampah-sampah. Ia kemari karena selalu melihat tempat ini di mimpinya. Sudah 5 hari ia mencari gudang ini, dan akhirnya ketemu.Ia melangkah ke bagian paling dalam dari gudang tersebut. Karena masih siang dan atap-atap gudang ini bolong-bolong Aksa tidak perlu khawatir akan kegelapan. Ia melihat sekitar, walau tidak begitu mirip dengan gedung yang ada di mimpinya, tetapi ia yakin kalau ini adalah gedung yang selama ini ia cari.Saat Aksa sedang melihat keadaan sekitar, tiba-tiba kakinya menendang sebuah benda. Aksa melihat benda tersebut dengan seksama. Sebuah flashdisk yang dikemas di dalam sebuah plastik bening.Tiba-tiba terdengar banyak suara langkah kaki, dengan cepat Aksa mengambil flashdisk tersebut lalu bersembunyi di dalam sebuah tong. Suara langkah kaki itu semakin terdenga
"Sa, lo dicariin tuh," ucap Raka sambil melihat ke arah seorang perempuan yang berdiri di depan kelas. Ia tidak berani menunjuk perempuan itu, karena ia tau perempuan itu adalah orang yang paling ditakuti di sekolah ini.Perlahan Aksa mulai membuka matanya. Dengan perasaan kesal ia mengucek matanya. Setelah itu ia melihat ke arah seorang perempuan yang berani-beraninya mengganggu waktu tidurnya. Dan, ia langsung menghela nafas panjang setelah tau siapa perempuan itu."Sebaiknya lo bicara di luar, semuanya udah ketakutan," ucap Raka dengan suara kecil, agar perempuan yang sedang ia bicarakan tidak mendengar ucapannya.Kehadiran perempuan itu menghadirkan sebuah rasa takut kepada semua orang yang ada di sekitarnya. Rasa takut akan ditindas, dibentak, dan segala hal yang paling ditakutkan oleh para murid lain. Bahkan hanya dengan sebuah tatapan dari perempuan itu bisa membu
Pitaloka tersenyum saat melihat Gino sudah pulang ke rumah. Ia menyambut kedatangan Gino dengan senyuman dan pelukan. Ia sangat ingin mendengar berita baik dari hasil pertemuan Ayahnya dengan Aksa."Gimana, Yah?" tanya Pitaloka dengan semangat.Sudah lama Gino tidak melihat Pitaloka sesemangat ini, ia bahagia karena bisa melihat senyuman Pitaloka walau senyuman itu, dan ia akan berusaha agar senyuman itu tidak pernah pudar dari wajah putrinya itu."Dia setuju, jadi mulai besok pagi kamu akan diantar kemanapun kamu mau sama dia," jawab Gino dengan perasaan lega, karena hasil dari pertemuannya dengan Aksa berakhir dengan hasil yang ia inginkan."Makasih, Yah," ucap Pitaloka sambil memeluk Gino dengan erat."Sama-sama."Kebahagiaan menurut Gino adalah saat ia bisa melihat putri semata wayangnya tersenyum. Walau, tanpa sosok
Pagi hari yang sangat menyibukkan. Mulai pagi hari ini jadwal rutinitas Aksa bertambah, karena ia harus menjemput Pitaloka dulu sebelum ia berangkat sekolah.Aksa memandang rumah Pitaloka sedari tadi. Ia menunggu perempuan itu keluar dari singgasananya, tetapi batang hidungnya tak kunjung kelihatan.Pandangan Aksa beralih ke arah seseorang yang baru saja keluar dari gerbang rumah. Ia sempat berharap kalau orang tersebut adalah Pitaloka, tetapi harapannya pupus saat ia melihat kalau orang tersebut adalah Bapak-bapak."Nggak mungkin juga, makhluk secantik Pitaloka berubah jadi Bapak-bapaknya kumisan," gumam Aksa dengan pelan agar orang yang sedang ia bicarakan tidak mendengar ucapannya.Seketika Aksa langsung ketakutan saat melihat Bapak-bapak tersebut mendekat ke arahnya. Ia takut kalau orang tersebut mendengarkan ucapannya lalu mengamuk. Jantungnya
Aksa sudah berada tepat di sebuah gudang kosong yang sering disebut oleh warga sekitar dengan sebutan 'Markas Iblis'. Sebuah markas para iblis yang paling ditakuti di kota ini. Tidak ada orang asing yang bisa selamat setelah masuk ke dalam gudang tersebut. Karena gudang tersebut memiliki penjaga, yaitu para anggota Laskar.Ia tau kalau sudah ada beberapa orang yang mengawasinya dari atas gedung. Tetapi, ia hanya berlagak biasa saja. Ia masuk ke dalam gudang tersebut. Sesekali ia menghentikan langkahnya saat ia merasakan ada orang yang mengikutinya, tetapi saat ia melihat ke arah belakang tidak ada seorang pun di sana."Waktunya lo muncul," ucap Aksa sambil memejamkan matanya.Ia sudah handal dalam memanggil jiwa Evan yang tertidur di dalam tubuhnya. Ia sudah bisa mengatur kapan ia harus bertukar dan kapan harus muncul. Dan ia pun sudah tau kalau la
Dipertandingan tadi tidak ada menyangka kalau Aksa akan mengalahkan Elvano. Jadi mau tidak mau para anggota Laskar harus memanggil semua mantan anggota Heaven, kecuali geng para anggota Salamander.Sekarang semuanya sudah berkumpul di ruang tengah gedung. Semua anggota berdiri di pinggir, sedangkan para ketua berdiri di tengah-tengah ruangan."Jadi? Kenapa lo manggil kita ke sini?" tanya Putra sambil memandang Elvano.Bagas Putra Prakasa. Ia adalah ketua geng yang bernama Natch. Nama geng tersebut diambil dari sebuah bahasa Jerman yang berarti malam. Putra terkenal dengan gerakannya yang sangat cepat. Dan ia memiliki satu kelebihan lagi, yaitu ia adalah anak indigo. Ia juga punya satu temen dari sebangsa makhluk halus yang bernama Zilka.Dulu saat ia mengungkapkan kalau dirinya anak indigo semua orang menertawainya. Tetapi, saat itu juga Evan datang
Pertandingan persahabatan diadakan hari ini. SMA Nusa Bangsa lah yang akan menjadi tuan rumah, karena mereka lah yang memenangkan pertandingan sebelumnya.Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke SMA Nusa Bangsa. Sekarang semua murid sudah berbaur dengan murid-murid SMA lainnya. Sekarang hanyalah seragam yang membedakan mereka.Seperti biasanya, pertandingan yang akan diselenggarakan adalah pertandingan voli, basket, badminton, cerdas cermat, dan lain-lainnya. Karena acaranya yang begitu banyak pembelajaran hari ini pun ditiadakan, agar para siswa fokus melihat pertandingan dan menyemangati para atlit.Ketika ada pengumuman bahwa pertandingan hampir dimulai, para suporter pun langsung menempatkan diri. Mereka menyanyikan yel-yel sekolah sekeras mungkin, memberikan semangat kepada atlit mereka masing-masing, dan begitu banyak lagi.Acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh para kepala sekolah. Karena, acara ini
Atlanta sekarang sudah beranjak remaja. Sekarang ia sudah resmi menjadi murid SMA Nusa Bangsa. Dan sudah mendapatkan satu teman saat masa MOS.Hari-hari yang ia jalani sangatlah membosankan. Karena setiap hari ia hanya di rumah. Menonton TV, membaca buku, mengerjakan soal-soal. Cuma itu kegiatannya.Tetapi itu semua akan berubah jika Aksa datang. Kedatangan laki-laki itu membuat harinya menjadi lebih menyenangkan. Setiap laki-laki itu datang, pasti laki-laki itu akan membawanya jalan-jalan berkeliling kota, membeli es krim di suatu tempat, dan bermain bersama-sama. Tetapi sangat disayangkan, karena laki-laki itu sangat jarang berkunjung.Dan seperti hari ini. Atlanta sangat bosan. Makanya ia memutuskan untuk kembali ke kamar. Tetapi di tengah jalan atau tepatnya di depan sebuah pintu kamar, ia hentikan langkahnya.Sekarang ia ada di depan pintu kamar yang selalu terkunci. Kamar itu sangat jarang dibuka dan kalau pun dibuka pasti saat itu Atlanta sedang ti
Tiga tahun sudah semenjak hari pernikahan Aksa dan Fanny. Betapa bahagianya Cakra saat mendengar Fanny sudah melahirkan bayinya dengan selamat. Dengan kecepatan penuh, Cakra mengendarai motornya ke rumah sakit, untuk menjenguk perempuan itu dan mengucapakan selamat pada sahabatnya karena sudah menjadi seorang ayah.Saat sudah sampai di rumah sakit. Dengan cepat Cakra langsung berlari ke arah ruang perawatan Fanny. Saat sudah sampai di ruangan tersebut, Cakra melihat Aksa yang sedang duduk di sofa menemani Fanny yang sedang tertidur lelap."Yo, Kapten," ucap Cakra sambil memasuki ruangan."Yo. Lama nggak ketemu," ucap Aksa sambil mengalihkan pandangannya ke arah Cakra."Kan sekarang lo sudah jadi seorang ayah, nih. Ceritalah gimana perasaan lo sekarang.""Bahagia banget. Saking bahagianya gua nggak tau bagaimana cara ngasih taunya ke lo.""Oh, begitu. Kalau 'gitu udah cukup. Asalkan lo bahagia itu sudah cukup."Pandangan Cakra beralih
Cakra mengambil sebuah dua gelas minuman di atas meja, lalu berjalan menuju Putra yang sedang berkumpul bersama anggota Natch.Cakra menyodorkan salah satu gelasnya ke arah Putra. Sebagai isyarat untuk laki-laki itu minum minuman tersebut. Dan dengan senang hati Putra menerima minuman itu, lalu meminumnya sedikit."Semuanya datang?" tanya Cakra sambil menatap Putra."Dua puluh persen dari anggota Heaven datang," jawab Putra setelah meminum minumannya."Kok cuma dua puluh persen? Bukannya semua anggota Heaven diundang?""Mereka bakalan datang kalau semua tamu undangan yang lainnya sudah pulang. Pikirin aja baik-baik, kalau mereka semua datang sekarang, tempat ini bakalan penuh dengan anak geng motor, nanti para tamu undangan yang lain pada takut. Bisa-bisa acara ini jadi hancur.""Benar juga, ya. Tumben otak lo lancar.""Otak gua memang lancar. Noh otak lu yang mampet."Cakra tersenyum kecil mendengar itu. Pandangann
Malam hari ini, Azkia menginap di rumah Aksa. Karena besok ia harus membantu Shila untuk mempersiapkan semuanya yang dibutuhkan saat acara pernikahan Aksa dan Fanny.Di kamar tamu lah ia berada sekarang. Ia sudah sangat sering menggunakan kamar tamu ini. Bahkan saking seringnya ia tidur di kamar ini, ia sampai-sampai sudah menganggap kamar tamu ini adalah kamarnya sendiri.Azkia tersenyum tipis, saat melihat Aksa memasuki kamarnya. Ia menatap wajah Aksa dengan saksama, seakan bertanya alasan kenapa laki-laki itu datang ke kamarnya malam-malam seperti ini.Mengetahui ada Aksa, Azkia langsung duduk di pinggir kasur. Supaya lebih sopan. Karena bagaimana pun Aksa lah tuan rumah. Jadi kurang sopan jika ia tiduran di atas kasur, saat ada laki-laki itu.Azkia terheran-heran saat tiba-tiba Aksa jongkok tepat di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang dilakukan laki-laki itu? Memasuki kamarnya tanpa sepatah kata pun, lalu tiba-tiba jongkok d
Aksa menatap Azkia secara saksama. Sejak tadi perempuan itu terus mengoceh hal-hal yang tidak penting. Dan Aksa hanya diam sambil berharap kalau ocehan Azkia akan segera berakhir.Dan harapan Aksa menjadi kenyataan. Tetapi itu bukan karena Azkia sudah selesai dengan ocehannya. Melainkan karena Fanny datang ke rumahnya. Dan sekarang sedang menunggunya di ruang tamu."Besok penentuan hari pernikahan lo sama Fanny. Jadi gua mohon jangan ikut-ikutan kalau Heaven sedang ada masalah dengan geng motor lain. Karena itu sangat berbahaya bagi lo," ucap Azkia sambil meredakan emosinya."Kalau gua sampai ikutan?" tanya Aksa dengan polosnya."Gua nggak bakalan izinin lo keluar dari kamar. Gua bakalan kunci kamar lo sampai seminggu, biar lo mati bosan di dalam kamar.""Wih, ngeri amat. Lo ini seorang kakak atau pembunuh kejam?""Dua-duanya. Kenapa? Mau ngeluh? Gua bilangin ke Bunda nih ya kalau lo nggak mau nurut sama gua.""Aduh, mainnya nga
Fitri tersenyum lebar saat melihat Aksa sekarang sedang berada di depan rumahnya bersama dengan Fanny. Sudah lama sekali, laki-laki itu tidak kembali ke rumahnya. Sekalinya laki-laki itu kembali hanya sekedar untuk mengantarkan Fanny.Rasanya miris sekali, saat mengingat bahwa dulu Aksa adalah bagian dari keluarganya. Tetapi sekarang Aksa sudah terlihat seperti orang asing. Yang bahkan sama sekali tidak terlihat merindukannya."Nggak masuk dulu?" tanya Fitri saat Aksa mau berbalik.Gerakan Aksa langsung terhenti saat mendengar suara Fitri. Rasa rindu yang selama ini ia telah lupakan, sekarang kembali muncul. Membuatnya ingin memeluk tubuh Fitri dengan erat. Lalu melepaskan semua rasa rindu yang telah ia simpan rapih-rapih selama ini."Saya harus kembali ke rumah sakit untuk membantu Bunda. Jadi mungkin lain waktu," ucap Aksa lalu tersenyum kecil."Atlanta juga butuh sosok kakak laki-laki. Jadi bisa temui dia? Biar dia tau kalau dia punya kakak laki
Aksa menatap perempuan yang ada di hadapannya secara saksama. Ini sama sekali tidak ada di dalam rencananya. Sebelumnya ia hanya berencana makan ramen bersama Putra sambil membahas beberapa hal. Tetapi siapa sangka Azkia dan Fanny berada di sana juga.Dengan paksaan Putra, akhirnya Aksa mau berbagi meja dengan Azkia dan Fanny. Sebenarnya ini adalah rencana Putra dan Azkia. Mereka memang sengaja mengajak Aksa dan Fanny ke warung ini, supaya hubungan mereka bisa menjadi lebih dekat.Dan rencana mereka untuk mempertemukan Aksa dan Fanny berhasil.Aksa menatap wajah Azkia. Mempertanyakan kenapa perempuan itu bisa berada di warung tersebut bersama Fanny. Tetapi hanya dibalas dengan senyuman oleh Azkia."Mau pesan apa, Vin?" ucap seorang perempuan yang bertugas untuk mencatat pesanan Aksa dan teman-temannya.Sontak Fanny, Azkia, dan Putra langsung merasa terheran-heran. Pasalnya perempuan itu memanggil Aksa dengan nama Alvin. Yang artinya perempuan
Sekarang Aksa dan Putra sedang ada di markas besar Heaven. Putra sengaja mengajak Aksa bertemu di sini, agar tidak ada yang menganggu perbicangan mereka. Karena saat ini Putra ingin membicarakan hal yang sangat penting. Dan hal itu sangat bersangkutan dengan kebahagiaan dua orang yang ia sayang.Aksa dan Putra berdiri saling berhadapan. Putra tersenyum lebar, lalu melayangkan sebuah pukulan cepat. Putra sengaja fokus kecepatan bukan kekuatan, karena ia tau kalau ia fokus pada kekuatan, maka kecepatan tangannya akan berkurang dan Aksa akan menangkis pukulannya dengan sempurna.Aksa menyentuh pipinya yang baru saja terkenal pukulan Putra. Ia merasa sedikit nyeri, karena sudah lama tidak merasakan pukulan. Terlebih lagi, pukulan sahabatnya itu memang tidak bisa diremehkan."Lo cinta sama Fanny?" tanya Putra sambil menatap tajam Aksa."Kenapa lo tiba-tiba tanya begitu?" tanya Aksa sambil menatap sinis Putra."Karena gua cinta sama dia.""K
Fanny menatap secara saksama Aqilla yang duduk di seberangnya. Ia sedikit kaget, saat tiba-tiba perempuan itu datang ke rumahnya lalu meminta waktunya sedikit untuk hanya sekedar berbicara tentang Aksa.Dari raut wajah perempuan itu, sepertinya perempuan itu sedang dalam mood yang buruk. Tetapi apa yang membuat sahabatnya itu terlihat seperti itu?"Jujur sama gua. Apa lo pernah bilang sesuatu ke Aksa? Sampai-sampai dia nggak percaya kalau lo cinta sama dia?" tanya Aqilla secara tiba-tiba.Fanny tertegun saat mendengar hal itu. Secara frontal Aqilla menanyakan hal seperti kepadanya. Seakan perempuan itu sangat yakin kalau dirinya pernah melakukan hal itu dengan sengaja."Setahu gua sih nggak pernah," jawab Fanny dengan ragu."Jangan bohong. Karena ini menyangkut masa depan lo sama Aksa," ucap Aqilla sambil menatap tajam Fanny."Enggak, Qilla. Emang kenapa, sih?""Aksa merasa kalau lo nggak cinta sama dia. Makanya sampai sekarang