«Liliane» Dad bersandar di sisi jendela, matanya hampir tertutup serta pandangan kosong menunjukkan betapa lesanya beliau. Kami baru saja memesan kereta untuk berkunjung, rumah target sebentar lagi muncul. Seusai mendapatkan rumah sementara, kami lalu makan di restaurant, Dad langsung mengajakku bertemu dengan seseorang. "Dad, dari mana dapat rumah secepat itu?" ujarku yang bersandar di sisinya. "Kita baru sampai di sini." Ia tersenyum bangga dan menepuk kepalaku dengan gemas. "Hebat, 'kan, ayahmu ini?" Aku hanya mengiakan. Kalau ada sihir, sudah pasti kami dapat rumah baru seperti bivak alam sederhana. Namun, kini Dad hanya mengandalkan ilmu dan uang seadanya. "Lumayan, bisa buat besok," ujarnya merujuk pada uang saku kami. "Besok, aku akan melamar kerja ke wanita itu." "Kenalanmu?" tebakku. "Tidak juga," jawabnya. "Memang, aku dulu pernah mengenalnya saat masih bujangan. Tapi ... Yah, begitu." Aku paham, ia sengaja merahasiakannya. Takut jika sopir mendengar. Aku memandang
Last Updated : 2022-05-30 Read more