Home / Fantasi / Guardians of Shan / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Guardians of Shan: Chapter 91 - Chapter 100

202 Chapters

Pertemuan – 16

Ah, Hayya baru saja bicara dengan Idris.Mereka muncul begitu Hayya lepas genggaman.Idris hampiri ia yang tidak lagi bergerak.Azya tetap mematung dengan ngeri, memandang jasad musuh kami."Maaf terlambat," ujar Idris. "Mereka berhasil kabur dari Zibaq.""Hampir saja!" Nemesis melompat turun dari pohon sambil memastikan aku berpegang erat di sisinya.Aku diturunkan lalu menatap ketiganya. "Kalian terjebak?""Bisa dibilang begitu." Hayya menatap sekeliling, malah mengagumi keindahan purnama. "Ho ..."Idris mengikuti arah pandangnya. "Indah, ya."Azya ikut menatap purnama.Ketiganya diam memandangi rembulan sementara aku dan Nemesis tidak tahu harus berbuat apa."Hei!" tegur Nemesis. "Kalian tahu cara keluar dari sini?"Idris menghela napas. Ia tatap pedangnya yang bersimbah darah. "Kurasa tidak."Kudengar Nemesis mengatupkan rahang. "Di mana ini?""Duduk dulu." Idris tunjuk sebuah batu.
last updateLast Updated : 2021-12-27
Read more

Ilusi – 1

Nemesis menggendongku menjauh.Ia berlari menghindari beragam barang yang dilempar secara liar.Aku tidak tahu pasti apa itu.Bunyinya menggema memekakan telinga.Aku sempat melihat beberapa sosok di balik bayangan hutan, dengan marah melempari kami dengan batu hingga panah. Aku yang tidak tahu menahu hanya diam, berusaha mencerna apa yang terjadi."Ada apa?" tanyaku. "Di mana yang lain?""Mereka tadi datang," ujar Nemesis. "Begitu sampai di sini, ia tahu."Siapa?Aku menunduk memandangi mereka dengan heran. Tatapan mereka penuh kebencian dan rasa jijik.Aku tentu saja heran, selama ini tidak ada yang bermasalah dengan sihir seperti mereka. Jika benar para Guardian selama ini hendak menyusul kami ke desa ini, lalu di mana mereka? Kenapa dengan sosok-sosok ini?Nemesis berhenti.
last updateLast Updated : 2022-01-12
Read more

Ilusi – 2

Nemesis membiarkan tubuhnya menjadi bantal pelindung. Kami mengempas ke tanah.Bruk!Begitu mengerjapkan mata, yang kulihat hanya tatapan penuh kebencian dari mereka. Aku tahu apa yang harus kuucapkan, meski dilanda keraguan."Aku manusia!" seruku. "Aku bukan ancaman!"Mereka diam saja.Aku jelas berkata jujur. Jika dibebaskan, aku harap mereka melakukan hal yang sama untuk Guardian-ku."Kalau benar kamu manusia, minggir!" ucap seseorang."Tidak, lepaskan mereka!" balasku. "Mereka pelindungku."Nemesis perlahan mendekat. Jelas membuat mereka mundur selangkah, meski tangan mereka siap dengan senjata kecil."Sama saja," decak seseorang.Nemesis menarikku menjauh.Syaaat! Aku hampir saja ditusuk oleh benda kecil yang dipegang mereka. Ternyata jauh lebih panjang bagai jarum.
last updateLast Updated : 2022-01-15
Read more

Ilusi – 3

Aku terpaksa menunggu di dalam kubah bunga ini selama beberapa jam sejak mentari terbenam. Begitu malam menyelimuti, aku hanya bisa menatap sekeliling dengan pandangan kosong sambil menunggu.Nemesis berjanji akan pulang membawa makanan. Kuharap ia tahu jika aku tidak suka yang mentah. Tapi, fakta kalau ia pernah merawat Kyara sebelumnya, membuatku yakin ia tahu betul apa yang sesuai. Sambil mendoakan keselamatan Nemesis, aku menunggu di bawah "sarang" ini dalam keheningan.Bagaimana cara ia berburu? Ketika pamit, ia tidak terlihat membawa apapun. Hanya berpaling lalu lenyap dari pandangan. Bayangan tentang malam ketika vampir nyaris memangsaku tergiang, kupeluk erat jubah Arsene kala itu.Bagaimana kabar Arsene sekarang? Apa ia tidak keberatan kalau jubahnya hilang ?Aku hela napas. Kuharap ia tahu.Kresek!Suara itu nyaris membuatku melatah.
last updateLast Updated : 2022-01-16
Read more

Ilusi – 4

"Memang keparat!" Terdengar suara wanita yang asing. "Meski sudah runtuh, tetap saja mengacau.""Mereka hanya ilusi." Dibalas kalimat tadi oleh seorang pria."Maksudmu?""Bukannya Thomas sudah cerita?" sahut sang pria. "Ilusi adalah mereka yang tidak bisa bereinkarnasi, tapi tetap memiliki wujud baru di kehidupan setelahnya, meski dengan tubuh terlalu rapuh.""Tapi, ada beberapa yang bangkit lagi," sahut si wanita. "Thomas pernah diserang oleh tiga ilusi yang sama.""Kamu lupa kalau mereka masih bisa mengendalikan kekuatan?" sahut si pria. "Kekuatan bukan dari raga, melainkan jiwa. Bisa jadi lawan kita tadi menjelma jadi abu terlebih dahulu atau bisa membelah diri.""Untung kita berhasil kabur," sahut si wanita. "Sekarang aku ingin tahu kabar Thomas di sana. Kudengar dia sudah bertemu dengan sosok yang dicari.""Bukannya anak ini?" sahut si pria. "Aku tahu
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

Ilusi – 5

Bahkan hingga larut malam kutunggu, ia belum juga bangun. Aku sudah mengumpulkan beberapa buah beri yang kuhabiskan selama menunggu. Sambil duduk menyaksikan langit malam nan sunyi, aku membayangkan kehidupan bersama para Guardians penuh kedamaian. Kami duduk di serambi rumah sambil menikmati makanan ringan bersama, tertawa tanpa beban. Hawa dingin menusuk kulit, kugenggam erat jubah Arsene sambil menunggu. Aku tersentak. Nemesis duduk santai di sebelah kiriku tanpa ekspresi. Sejak kapan ia bangun? "Nemy?" Aku menatapnya. "Kemarin, aku mendapat informasi dari pasangan itu tentang negeri ini," tutur Nemesis. "Namanya Ezilis Selatan, bagian dari negeri asalku." Entah kenapa, aku jadi teringat Shan. "Ayahku termasuk penyihir hebat?" tanyaku. "Jika iya, apa ia tewas saat ledakan Shan?" Sayangnya, Nemesis tidak bisa me
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more

Ilusi – 6

Aku terguling hingga mengempas batang pohon. Meringis sambil mencoba bangkit melawan."Remi!" Kudengar suara serak Nemesis berjuang memanggil."Kau yang seharusnya mati," bisik sesuatu padaku. "Di Shan, engkau begitu bangga dengan dirimu. Kini, giliranku memberi pelajaran!"Bruk! Begitu genggamannya terlepas, aku bisa melihat wajah sosok itu.Sosok yang kami lawan beberapa waktu lalu.Dorongan Allan membuat sosok itu mendesis, ia siap menyerang lagi.Aku paham apa yang ia bicarakan, tapi tidak ingat apapun selain fakta kalau aku pangeran dari Shan."Itu dia! Itu dia!"Aku terkesiap. Rombongan itu kembali, kali ini dengan jumlah yang lebih besar. Masing-masing memegang pasak, siap menusuk."Kalian memihak siapa?" tanyaku.Mereka tidak menjawab, malah maju dengan tatapan penuh kebencian, me
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more

Ilusi – 7

Petir membelah angkasa.Vampir itu melayang di udara seakan sedang menari. Sementara sosok pria lain mengejarnya dengan gesit."Remi!"Nemesis berdiri tak jauh dariku. Tubuhnya dipenuhi bercak darah. Ia tertatih-tatih mendekat. Aku menghampiri dan langsung mendekapnya.Terdengar raungan.Aku mendongak.Sosok makhluk raksasa mengaum. Aku tahu itu Tirta. Ia sedang melawan sesuatu di udara, disertai kekuatan badai dan petirnya.Nemesis melepas pelukan. Berlari ke dalam bayangan."Nemy!"Terdengar raungan. Tanah bergetar, aku berjuang menyeimbangkan diri.Saat itulah, cahaya putih menguasai pandangan disertai auman. Suara Tirta sayup-sayup memelan hingga lenyap ditelan badai.Ia tidak terlihat."Kakek!" panggilku.Badai menipis, berganti dengan malam yang dama
last updateLast Updated : 2022-01-20
Read more

Negeri Baru – 1

"Dahulu, aku tidak punya tujuan hidup. Tapi, sekarang aku tahu." "Apa?" Ia tepuk pelan pucuk kepalaku, tanpa menjawab selain senyuman. Aku teringat momen itu. Dalam hidup, ada kebebasan, ada pula tujuan.Aku tidak tahu tujuan hidupku. Barangkali, hanya untuk terus bermain dan bahagia bersama Guardian-ku. Menikmati hari sambil bercengkerama. Atau hanya sekadar berlari kecil, saling mengejar lalu pulang dalam keadaan kotor.Namun, selain ini, aku tidak tahu tujuan hidupku.Aku memang dilahirkan dengan tujuan.Meski sekilas tampak sama seperti anak lain, aku diurus dan dijaga.Namun, tetap saja aku tidak paham.Demi apa mereka mempertaruhkan nyawa demi melindungiku?.Aku kini diurus oleh mereka yang menyebut diri sebagai "Guardian"–wali bagiku dan
last updateLast Updated : 2022-01-24
Read more

Negeri Baru – 2

<<Bibi ~ Danbia>>Kulirik jendela, hari sudah gerimis dan hujan deras akan melanda.Dalam panti warisan orangtuaku, semua sudah disiapkan ; minuman hangat, beberapa selimut serta perapian, sehingga aku maupun anak-anak tidak akan kedinginan.Ketika kulirik lagi jendela, tidak ada tanda-tanda orang lalu lalang. Biasanya, mereka terlihat berlari panik mencari tempat teduh. Tampaknya, semua sudah di rumah sebelum malam tiba.Aku hanya diam memandang lantai, terlintas dalam pikiranku beragam pertanyaan acak.Seperti ... Ada berapa jumlah orang di dunia ini sekarang? Sepuluh ribu? Seratus ribu? Sejuta? Sepuluh juta? Aku tidak tahu.Panti ini selalu saja sepi kecuali perayaan tertentu. Tapi, di sisi lain aku memikirkan jumlah orang-orang di pasar yang tidak pernah berkurang.Sebelumnya, tempat ini begitu kacau setelah kedatangan dua
last updateLast Updated : 2022-01-25
Read more
PREV
1
...
89101112
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status