Share

Ilusi – 1

Author: Kiprang Novel
last update Last Updated: 2022-01-12 20:05:21

Nemesis menggendongku menjauh.

Ia berlari menghindari beragam barang yang dilempar secara liar.

Aku tidak tahu pasti apa itu.

Bunyinya menggema memekakan telinga.

Aku sempat melihat beberapa sosok di balik bayangan hutan, dengan marah melempari kami dengan batu hingga panah. Aku yang tidak tahu menahu hanya diam, berusaha mencerna apa yang terjadi.

"Ada apa?" tanyaku. "Di mana yang lain?"

"Mereka tadi datang," ujar Nemesis. "Begitu sampai di sini, ia tahu."

Siapa?

Aku menunduk memandangi mereka dengan heran. Tatapan mereka penuh kebencian dan rasa jijik.

Aku tentu saja heran, selama ini tidak ada yang bermasalah dengan sihir seperti mereka. Jika benar para Guardian selama ini hendak menyusul kami ke desa ini, lalu di mana mereka? Kenapa dengan sosok-sosok ini?

Nemesis berhenti.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Guardians of Shan   Ilusi – 2

    Nemesis membiarkan tubuhnya menjadi bantal pelindung. Kami mengempas ke tanah.Bruk!Begitu mengerjapkan mata, yang kulihat hanya tatapan penuh kebencian dari mereka. Aku tahu apa yang harus kuucapkan, meski dilanda keraguan."Aku manusia!" seruku. "Aku bukan ancaman!"Mereka diam saja.Aku jelas berkata jujur. Jika dibebaskan, aku harap mereka melakukan hal yang sama untuk Guardian-ku."Kalau benar kamu manusia, minggir!" ucap seseorang."Tidak, lepaskan mereka!" balasku. "Mereka pelindungku."Nemesis perlahan mendekat. Jelas membuat mereka mundur selangkah, meski tangan mereka siap dengan senjata kecil."Sama saja," decak seseorang.Nemesis menarikku menjauh.Syaaat! Aku hampir saja ditusuk oleh benda kecil yang dipegang mereka. Ternyata jauh lebih panjang bagai jarum.

    Last Updated : 2022-01-15
  • Guardians of Shan   Ilusi – 3

    Aku terpaksa menunggu di dalam kubah bunga ini selama beberapa jam sejak mentari terbenam. Begitu malam menyelimuti, aku hanya bisa menatap sekeliling dengan pandangan kosong sambil menunggu.Nemesis berjanji akan pulang membawa makanan. Kuharap ia tahu jika aku tidak suka yang mentah. Tapi, fakta kalau ia pernah merawat Kyara sebelumnya, membuatku yakin ia tahu betul apa yang sesuai. Sambil mendoakan keselamatan Nemesis, aku menunggu di bawah "sarang" ini dalam keheningan.Bagaimana cara ia berburu? Ketika pamit, ia tidak terlihat membawa apapun. Hanya berpaling lalu lenyap dari pandangan. Bayangan tentang malam ketika vampir nyaris memangsaku tergiang, kupeluk erat jubah Arsene kala itu.Bagaimana kabar Arsene sekarang? Apa ia tidak keberatan kalau jubahnya hilang ?Aku hela napas. Kuharap ia tahu.Kresek!Suara itu nyaris membuatku melatah.

    Last Updated : 2022-01-16
  • Guardians of Shan   Ilusi – 4

    "Memang keparat!" Terdengar suara wanita yang asing. "Meski sudah runtuh, tetap saja mengacau.""Mereka hanya ilusi." Dibalas kalimat tadi oleh seorang pria."Maksudmu?""Bukannya Thomas sudah cerita?" sahut sang pria. "Ilusi adalah mereka yang tidak bisa bereinkarnasi, tapi tetap memiliki wujud baru di kehidupan setelahnya, meski dengan tubuh terlalu rapuh.""Tapi, ada beberapa yang bangkit lagi," sahut si wanita. "Thomas pernah diserang oleh tiga ilusi yang sama.""Kamu lupa kalau mereka masih bisa mengendalikan kekuatan?" sahut si pria. "Kekuatan bukan dari raga, melainkan jiwa. Bisa jadi lawan kita tadi menjelma jadi abu terlebih dahulu atau bisa membelah diri.""Untung kita berhasil kabur," sahut si wanita. "Sekarang aku ingin tahu kabar Thomas di sana. Kudengar dia sudah bertemu dengan sosok yang dicari.""Bukannya anak ini?" sahut si pria. "Aku tahu

    Last Updated : 2022-01-17
  • Guardians of Shan   Ilusi – 5

    Bahkan hingga larut malam kutunggu, ia belum juga bangun. Aku sudah mengumpulkan beberapa buah beri yang kuhabiskan selama menunggu. Sambil duduk menyaksikan langit malam nan sunyi, aku membayangkan kehidupan bersama para Guardians penuh kedamaian. Kami duduk di serambi rumah sambil menikmati makanan ringan bersama, tertawa tanpa beban. Hawa dingin menusuk kulit, kugenggam erat jubah Arsene sambil menunggu. Aku tersentak. Nemesis duduk santai di sebelah kiriku tanpa ekspresi. Sejak kapan ia bangun? "Nemy?" Aku menatapnya. "Kemarin, aku mendapat informasi dari pasangan itu tentang negeri ini," tutur Nemesis. "Namanya Ezilis Selatan, bagian dari negeri asalku." Entah kenapa, aku jadi teringat Shan. "Ayahku termasuk penyihir hebat?" tanyaku. "Jika iya, apa ia tewas saat ledakan Shan?" Sayangnya, Nemesis tidak bisa me

    Last Updated : 2022-01-18
  • Guardians of Shan   Ilusi – 6

    Aku terguling hingga mengempas batang pohon. Meringis sambil mencoba bangkit melawan."Remi!" Kudengar suara serak Nemesis berjuang memanggil."Kau yang seharusnya mati," bisik sesuatu padaku. "Di Shan, engkau begitu bangga dengan dirimu. Kini, giliranku memberi pelajaran!"Bruk! Begitu genggamannya terlepas, aku bisa melihat wajah sosok itu.Sosok yang kami lawan beberapa waktu lalu.Dorongan Allan membuat sosok itu mendesis, ia siap menyerang lagi.Aku paham apa yang ia bicarakan, tapi tidak ingat apapun selain fakta kalau aku pangeran dari Shan."Itu dia! Itu dia!"Aku terkesiap. Rombongan itu kembali, kali ini dengan jumlah yang lebih besar. Masing-masing memegang pasak, siap menusuk."Kalian memihak siapa?" tanyaku.Mereka tidak menjawab, malah maju dengan tatapan penuh kebencian, me

    Last Updated : 2022-01-19
  • Guardians of Shan   Ilusi – 7

    Petir membelah angkasa.Vampir itu melayang di udara seakan sedang menari. Sementara sosok pria lain mengejarnya dengan gesit."Remi!"Nemesis berdiri tak jauh dariku. Tubuhnya dipenuhi bercak darah. Ia tertatih-tatih mendekat. Aku menghampiri dan langsung mendekapnya.Terdengar raungan.Aku mendongak.Sosok makhluk raksasa mengaum. Aku tahu itu Tirta. Ia sedang melawan sesuatu di udara, disertai kekuatan badai dan petirnya.Nemesis melepas pelukan. Berlari ke dalam bayangan."Nemy!"Terdengar raungan. Tanah bergetar, aku berjuang menyeimbangkan diri.Saat itulah, cahaya putih menguasai pandangan disertai auman. Suara Tirta sayup-sayup memelan hingga lenyap ditelan badai.Ia tidak terlihat."Kakek!" panggilku.Badai menipis, berganti dengan malam yang dama

    Last Updated : 2022-01-20
  • Guardians of Shan   Negeri Baru – 1

    "Dahulu, aku tidak punya tujuan hidup. Tapi, sekarang aku tahu." "Apa?" Ia tepuk pelan pucuk kepalaku, tanpa menjawab selain senyuman. Aku teringat momen itu. Dalam hidup, ada kebebasan, ada pula tujuan.Aku tidak tahu tujuan hidupku. Barangkali, hanya untuk terus bermain dan bahagia bersama Guardian-ku. Menikmati hari sambil bercengkerama. Atau hanya sekadar berlari kecil, saling mengejar lalu pulang dalam keadaan kotor.Namun, selain ini, aku tidak tahu tujuan hidupku.Aku memang dilahirkan dengan tujuan.Meski sekilas tampak sama seperti anak lain, aku diurus dan dijaga.Namun, tetap saja aku tidak paham.Demi apa mereka mempertaruhkan nyawa demi melindungiku?.Aku kini diurus oleh mereka yang menyebut diri sebagai "Guardian"–wali bagiku dan

    Last Updated : 2022-01-24
  • Guardians of Shan   Negeri Baru – 2

    <<Bibi ~ Danbia>>Kulirik jendela, hari sudah gerimis dan hujan deras akan melanda.Dalam panti warisan orangtuaku, semua sudah disiapkan ; minuman hangat, beberapa selimut serta perapian, sehingga aku maupun anak-anak tidak akan kedinginan.Ketika kulirik lagi jendela, tidak ada tanda-tanda orang lalu lalang. Biasanya, mereka terlihat berlari panik mencari tempat teduh. Tampaknya, semua sudah di rumah sebelum malam tiba.Aku hanya diam memandang lantai, terlintas dalam pikiranku beragam pertanyaan acak.Seperti ... Ada berapa jumlah orang di dunia ini sekarang? Sepuluh ribu? Seratus ribu? Sejuta? Sepuluh juta? Aku tidak tahu.Panti ini selalu saja sepi kecuali perayaan tertentu. Tapi, di sisi lain aku memikirkan jumlah orang-orang di pasar yang tidak pernah berkurang.Sebelumnya, tempat ini begitu kacau setelah kedatangan dua

    Last Updated : 2022-01-25

Latest chapter

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu - 10

    Kedatangannya Elya tidak kusangka akan sepagi ini. Aku ingat kebiasaan Robert yang bangun lebih awal, barangkali mereka biasa berjanji bertemu sepagi ini. Namun, pagi ini kulihat Robert tampak mengantuk. Saat aku dititipkan di Kapel, tidak kutanyakan langsung saat itu apa yang dia kerjakan di luar sana. Sepertinya melelahkan.“Dia sedang tidur,” jawabku, tidak ada niat membangunkan Robert. Namun, aku rasa Elya bisa menunggu. Toh, gadis itu tahu pasti jadwal kerja Robert, dia biasanya juga tidak akan lama beristirahat setelah terbangun sejenak tadi. Baru hendak kutawari untuk masuk, Elya serahkan tas kecil yang melingkari pinggangnya padaku. Dia melangkah mundur. “Baik, titip pesan padanya jika nanti malam aku akan ke sini lagi.” “Kamu tidak mau menunggu?” Aku bertanya. Ingin rasanya tahu apa yang mereka berdua lakukan, kekuatan yang katanya “mengutak-atik bagian tubuh” masih tergiang dalam pikiranku. Apa gerangan yang Robert rencanakan? Apa ada kaitannya dengan cairan yang biasa dia

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 9

    Membangun peradaban baru. Belum pernah terpikir jika para Guardian ingin mencapainya, tidak pula aku menduga. Kukira tujuan kami hanya bisa bertemu kembali, memulai hidup bersama seperti keluarga lainnya hingga kembali ke pelukan alam. Jika tidak akan terlahir kembali setelahnya.Elya memandangku, matanya terpaku, menunggu aku membalas, tapi aku tidak tahu jawabannya. Jika saja seorang Guardian di sini, dia pasti bisa menjawab.“Ah, Elya.” Suara tak terduga dari Frederic menyelamatkanku dari pertanyaan tadi. “Sudah lama tidak ke sini. Di mana keluargamu?”“Sedang jalan-jalan,” jawab Elya. “Kamu datang sedikit tepat waktu, aku dan Levi baru saja membahas soal kerajaan awan karena langit-langit ini.”Frederic melayangkan pandangannya pada lukisan itu. “Benarkah? Kami memilih awan karena itu mengingatkan kami akan kehidupan setelah ini,” komentarnya. “Kamu ingat sesuatu?”“Ya, Abi pernah membahas soal kerajaan di atas awan dan mengaku ingin kembali ke sana.” Elya menatapku. “Sayng sekali

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 8

    Ucapan gadis itu membuatku diam. Memang para Guardian telah menjagaku dari segala bahaya. Namun, aku dan mungkin juga kakakku, Kyara, tidak tahu mengapa kami dijaga selain karena kami pewaris takhta Kerajaan Shan selama ini. Tidak seperti mereka, kami tidak ingat apa pun, hanya ikut alur yang para Guardian tuntun untuk kami.Tidak disangka ada lagi seseorang di taman. Dia berdiri di bawah naungan pohon yang jadi pusat taman, tepatnya berseberangan denganku. Rambutnya biru dengan garis-garis hitam menghiasi beberapa helai, sementara iris mata hitam, kulitnya pun sepucat anak-anak panti. Ciri-ciri anak panti yang sangat pucat membuatku ragu pada asal usul mereka. Orang Danbia memiliki kulit putih sedikit kemerahan, tak terkecuali Robert. Sementara orang Ezilis juga putih, tapi tidak sampai tampak janggal seperti anak-anak panti itu. Namun, aku belum pernah melihat gadis itu di panti dan dia tidak juga terlihat seperti orang-orang dari negeri yang kutahu.Tanganku terangkat perlahan mesk

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 7

    "Pergi saja ke Kapel. Kau tidak boleh keluar dari sana sampai aku jemput." Hanya itu ucapan Robert yang aku ingat begitu waktu sekolah berakhir. Alih-alih berdiri depan sekolah bersama teman sebaya menunggu dijemput, aku langsung melangkah menuju tempat yang dia maksud. Lokasi Kapel memang tidak jauh, hanya sekitar satu jalan dari sekolahku dan itu masih berada di antara jalanan umum. Barangkali karena ini Robert membiarkanku berjalan seorang diri. Meski beberapa kesempatan–seperti Guardian lainnya–dia tidak ingin aku menjauh darinya, untuk kali ini dia mempercayakan seseorang untuk menjagaku. Kalung ini bersinar saat berada di dekat pria itu, dia pun tahu aku tanggungjawabnya. Aku teruskan langkah dengan boneka kelinci berian Arsene, untungnya tidak ada teman sekelas yang mengambilnya. Dia bisa menemaniku jika suasana Kapel ternyata begitu sunyi.Keadaan Kapel, seperti biasanya, tidak begitu ramai. Lebih terlihat beberapa orang lewat dengan pakaian yang sama seperti Frederic kenakan

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 6

    "Apa?" Aku tentu heran mendengarnya. Waktu itu juga belum paham maksud dari kata "pemusnah massal" itu sendiri. Aku mulai berpikir keras akan suatu hal yang belum kupahami. Spontan saja kutanyakan persis seperti yang kupikirkan. "Pemusnah apa? Apa itu 'massal'?""Ah, lupakan, aku hanya bergurau," Ekspresi muka Robert tidak menunjukkan apa pun yang membuatnya tampak sedang bercanda, dia terlihat serius seperti biasa."Tapi, apa itu 'massal'?" Aku bersikeras ingin tahu, hati berdebar menerka maksud yang kucari.Robert berdecak pelan. "Dalam jumlah yang banyak."Aku terdiam. Kata "senjata pemusnah massal" berarti senjata yang dapat menghancurkan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Jantungku terasa berhenti berdetak untuk sesaat. Kalimat yang baru kupelajari tadi terdengar menakutkan. "Kenapa Robert bilang begitu?" Aku protes, tidak menutupi kalau pelindungku ini memberi kesan seram sejak awal.Robert menghela napas, menggeleng pelan. "Tidak ada."Kali ini, aku mendadak jadi penasaran. Tida

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 5

    "Ya, bilang saja begitu, mentang-mentang belum ada yang terbunuh." Robert mengucapkannya dengan nada mengejek. Entah mengapa tutur kata lembut dari temannya tidak mempengaruhi reaksinya. "Thomson." Dia sebut nama temannya itu dengan lembut, meski dapat kurasakan tekanan dari suaranya, tanda teguran halus. "Frederic." Robert sebut namanya seperti mendesis, menyebut nama dari temannya sekaligus membalas ucapannya barusan. Pria di depanku, yang kini akan kusebut sebagai Frederic, mempertahankan intonasi suara lembutnya. "Aku juga bertanggung jawab atas nyawanya. Percayalah, dia tidak akan menginjakkan kaki di sini." Di balik suaranya yang tenang, sorot matanya kian tajam, terus memandang ke arah Robert. Suasana kian canggung bagiku, terlebih melihat dua orang dewasa–pelindungku sendiri, kini tengah berada dalam perdebatan. Tampaknya tidak ada salah satu yang ingin mengalah, meski ada perbedaan dari cara menuturkan kata, tapi dapat kutebak masing-masing tetap ingin mempertahankan ke

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 4

    Barangkali ini kebiasaan yang aku terapkan pada setiap Guardian, saat kami melangkah bersama, kupastikan kami selalu berdampingan. Namun, karena tubuh mereka lebih besar dariku, aku merasa lebih aman bernaung di bawah bayangan mereka. Seperti itulah yang aku lakukan bersama Robert saat ini. Tangan para Guardian selalu begitu besar dibandingkan punyaku, sehingga ketika bergandengan semua jariku tetap tidak sanggup meraih seluruh tangan mereka. Selagi melangkah, pandangan Robert lurus ke depan, sesekali pandangan kami bertemu tanpa reaksi, memastikan tidak terpisah barang sesaat.Langkah kami tertuju pada kapel, tempat yang bernuansa paling tenang di kota Anamsel sejauh ini, walau hanya sedikit tempat yang aku kunjungi di kota. Jumlah orang yang keluar masuk dari kapel masih terbilang sedikit, menambah kesan keheningan yang mendukung aura ketenangan yang dipancarkan. Para petugasnya ramah, apalagi mereka yang sering menerima barang berian dari Robert tadi, semua mengenakan pakaian biru

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 3

    Malam itu terasa berbeda lantaran aku kini berbaring di kasur dengan Robert di sisiku. Cahaya remang dalam kamar membuat suasana hening terasa damai, meski di saat yang sama diliputi hawa dingin menusuk hingga ke tulang, membuatku menenggelamkan diri dalam selimut selagi memandang pelindungku yang entah mengapa memilih untuk membaringkan badan di atas selimut. Robert memandang langit-langit, mata cokelatnya bergerak mengamati sekeliling kamar, tenggelam dalam pikiran sejenak sebelum akhirnya bersuara."Hal pertama yang kuingat di Shan itu, saat itu aku menghadap Raja sebagai hadiah dari sang Ratu." Robert memulai ceritanya, pandangannya masih fokus memandang langit-langit. Cahaya lampu tidur yang menjadi satu-satunya penerang memantul di matanya.Tanganku masih menggenggam erat selimut, menyimak ucapannya. "Hadiah?" Terkesan aneh karena yang kutahu, hadiah itu biasa berwujud benda mati.Robert mengiakan, masih terus memandang ke atas. "Sang Ratu memberi Raja hadiah berupa aku, dengan

  • Guardians of Shan   Hadiah sang Ratu – 2

    Bunyi keras kembali menyentak keheningan. Bersamaan dengan lantai kayu yang menampar wajahku saat kehilangan keseimbangan. Langsung saja aku terduduk, menatap sosok yang baru saja membuatku jatuh.Tangan besar itu meraih rambutku. Aku menjerit ketika terseret lagi. Sesuatu hendak memangsaku di hari pertama musim dingin ini. Aku menendang-nendang tanah, berupaya melawan meski tiada hasil.Terdengar bunyi daging terpotong, refleks membuatku terpaku, mengira serangan itu tertuju padaku. Tangan yang mencengkeram kepalaku mulai melemah. Aku terjatuh ke lantai, begitu kaki menyentuh lantai, segera aku merangkak menjauh."Pangeran!" Di saat itu juga tubuhku terasa terangkat. Tercium bau khas yang kukenal. Kumpulan aroma wangi yang berasal dari minuman maupun racikan yang selama ini menghias rumah baruku. Dia berdiri di depan, kedua tangan terulur siap meraihku. Segera aku mendekapnya agar tidak terjatuh. Jelas sudah siapa itu, dia pasti langsung keluar begitu melihat bayangan makhluk tadi.

DMCA.com Protection Status