Home / Romansa / DIAMNYA ISTRIKU / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of DIAMNYA ISTRIKU: Chapter 111 - Chapter 120

216 Chapters

BAB 111

POV INDAH "Mba, beneran mau pindah, Mbak?" tanya Rumi. Aku mengangguk cepat. Meskipun semua terasa berat. Tapi aku tidak mau berhubungan dengan masa lalu apapun. Aku ingin hidup damai saja bersama anak-anakku. "Mba serius?" tanya Rumi lagi. Aku mengangguk. "Kau tinggali saja rumah ini, dan aku percayakan untuk butik serta konveksi kamu yang mengatur. Lagi pula kamu kan akan menikah dengan Haris. Jadi, setelah menikah kalian tinggal saja di rumah ini. Aku akan mengabarimu kemana aku dan kedua anakku pergi. Dan kamu, jangan pernah beritahu siapapun aku pergi kemana. Aku dan anak-anak ingin menata hidup baru. Toh aku juga sudah mandiri rasanya tidak perlu menikah lagi. Malu juga janda dua kali," ucapku. Wajah Rumi terlihat sedikit keberatan. "Tapi, Mbak? Kenapa bisa seperti ini?" tanyanya. "Aku sendiri tidak tahu, Rum. Yang aku tahu, aku hanya ingin hidup tenang bersama kedua anakku. Tidak ingin juga bertemu dengan siapapun. Malas, di kota ini di lingkungan ini masih saja berada di l
Read more

Exstra part diam season 1

Exstra Part"Kenapa tidak mau menerimaku?" tanya Edwan saat laki-laki itu sudah duduk tepat di samping Indah. Indah hanya tersenyum."Aku butuh jawabanmu, bukan senyummu," ujar Edwan lagi. Indah pun menarik nafas panjang. "Huh!" Hanya itu yang keluar dari mulut Indah. "Apa jawabanku tidak cukup?" Indah balik bertanya. Edwan menggeleng. "Aku belum puas. Sekarang hanya ada aku dan kamu di sini, aku mohon dengan sangat kejujuran kamu," pinta Edwan terus memaksa. Edwan memang tidak yakin pada jawaban Indah karena laki-laki itu merasa Indah mencintainya. "Kenapa? Sebenarnya kamu masih mencintai Reyhan? Gak apa-apa. Kamu jujur aja sama aku." Kata-kata Edwan barusan membuat Indah sedikit tersinggung. "Kenapa harus Reyhan? Bukankah kalau aku masih mau sama Reyhan aku bisa dengan mudah mendapatkannya kembali? Tapi aku tidak mau. Aku tidak ada rasa apapun pada laki-laki itu, meskipun dulu aku sangat mencintainya. Jadi aku mohon sama kamu, tolong jangan pernah sangkut pautkan aku dengan Reyha
Read more

Diamnya Istriku season 2

POV INDAH"Mama!" teriak Rashi dan Nadira bersamaan. Ini tahun pertama mereka masuk sekolah dasar berbasis internasional. Keduanya sekolah di tempat yang sama di daerah bintaro sektor IX di tangerang. Seharusnya Rashi satu tahun di atas Nadira. Tapi aku memilih dua tahun untuk TK Rashi supaya bisa bareng dengan Nadira. Toh usia mereka juga tidak berbeda jauh. Tidak terasa saja waktu bergulir begitu cepat. Kedua anak yang kupantau pertumbuhan dan perkembangannya ternyata kini mereka sudah memasuki usia pendidikan dasar. 7 tahun lamanya aku benar-benar tidak pernah berurusan lagi dengan orang-orang di masa lalu. Termasuk juga berhubungan dengan Edwan. Atau keluarga Mas Reyhan. Terakhir kali sebelum akhirnya aku memilih pindah, pada saat pernikahan Rumi dan Haris jelas terlihat bahwa keluarga Reyhan sudah dapat menerima keberadaan Luna dan anaknya. Mereka terlihat akrab. Hingga aku tak ingin lagi berurusan dengan mereka. Tanpa memberi tahu Rumi, aku bahkan menjual rumah dan pindah secar
Read more

Season 2 part 2

"Nanti bila sudah waktunya, kalian akan tahu. Sekarang kamu ke kamar ya. Hibur Nadira. Mama percaya sama Rashi. Rashi bisa menenangkan Nadira," ucapku. Rashi menurut dan lekas berlari ke kamar. Saat Rashi tak terlihat lagi, aku coba melangkah ke kamar anak-anak. Saat tiba di depan kamar mereka, aku coba menguping. Kutempelkan telinga di depan pintu. Beruntung pintu sedikit terbuka hingga aku bisa mengintip mereka. Terlihat Rashi menghampiri Nadira yang sedang melipat kedua tangannya dengan muka manyun. "Kamu kenapa? Kasihan Mama Dira," ujar Rashi. Nadira menarik nafas panjang. Bola matanya memerah. Perlahan air mata jatuh membasahi pipinya. "Kak Rashi, aku hanya ingin tahu, siapa Papaku dan dimana dia? Kenapa sampai saat ini Mama tak pernah memberitahu kita? Kalau Papa kita sudah meninggal, dimana kuburannya? Mama tidak pernah memberitahu kita. Setiap kali kita bertanya, Mama hanya diam. Dan selalu menjawab jika sudah saatnya kita pasti akan tahu. Cuma itu dan selalu jawaban itu yan
Read more

Season 2 Part 3

"Oh iya, Rashi kita belum cerita sama Mama," ucap Nadira sambil berjalan ke sofa melewatiku. Gadis kecil itu pun langsung duduk sambil menepuk wajahnya. "Iya, ya. Kita belum cerita sama Mama." Rashi menimpali dan menyusul Nadira duduk. Sedangkan aku ditinggalkan sembari menuntut jawaban. Dua anak ini semakin tumbuh dewasa semakin menggemaskan. "Ih kalian ini, Mama tanya. Om Tampan siapa?" tanyaku lagi kembali menghampiri mereka dan duduk di samping keduanya. "Kalian jangan asal dekat sama orang yang tak dikenal yah. Apalagi laki-laki dewasa seperti itu. Gak boleh. Kalau kalian di culik gimana? Mama gimana? Jangan asal kalian. Kalau kalian sembarangan kenal-kenal orang begitu, kalian gak bakal Mama izinin keluar rumah lagi tanpa pengawasan dari Mama! Paham!" tekanku karena takut terjadi sesuatu pada mereka. Sebab modus penculikan anak kadang ada saja. Belum lagi anak kecil pasti kalau dibaikin langsung luluh. "Ih Mama, kita gak boleh berburuk sangka sama orang. Om Tampan itu baik, b
Read more

Season 2 Part 4

Aku betul-betul terus kepikiran ucapan Luna tadi. Rasanya malu sekali dibilang seperti itu. Hampir tak mampu menjawab cibirannya. Ya allah, padahal bukan karena tidak ada yang mau denganku. Hanya saja aku yang menikmati kesendirianku bersama anak-anak. Aku merasa tak butuh laki-laki untuk menemani. Apa yang aku inginkan sudah terpenuhi. Aku juga sudah pernah menikah. Hidupku bahagia. Tidak pula harus merasakan sakit hati, apalagi bertengkar dengan suami seperti dulu. Intinya, dalam kesendirian ini aku benar-benar menikmati hidupku. Aku bisa pergi kemana aku mau, belanja bebas, intinya fokus pada kebahagiaan diri dan anak-anak. Tidak ada yang mengengkang aku ingin seperti apa. Daripada memiliki suami justru membuat hidupku menjadi rumit. Aku tidak siap itu. Dengan kemewahan dan kecukupuan yang aku punya sekarang ini, benar-benar aku tidak menginginkan sebuah pernikahan lagi. Sebuah pernikahan yang pasti akan membuatku menjadi terikat oleh aturan seperti dulu. Iya kalau aku bisa dapat s
Read more

Season 2 part 5

Tok… tok ….! Aku coba membuka mata secara perlahan saat beberapa kali mendengar suara ketukan pintu. Dengan rasa malas aku coba bangun dan berjalan untuk membuka pintu. Ternyata aku ketiduran. Kulirik jam tangan sudah pukul 19.00. Mungkin mereka sudah menunggu makan malam. Terlebih sedang ada tamu di rumahku. "Mbak Indah!" Terdengar suara ART-ku terus memanggil. "Iya, Wit ," jawabku menyahut. Trakt!Pintu terbuka. Wiwit langsung tersenyum menyapaku. "Makan malam sudah siap, Mbak. Semua menunggu di meja makan," ucapnya. Aku hanya mengangguk. Kuperhatikan pembantuku yang ini sedikit berbeda. Mungkin karena masih muda. Tapi tidak jugalah. Usianya sudah hampir menginjak 30 tahun, tapi dia belum menikah. Katanya masih ingin menyendiri menikmati masa muda. "Kamu panggil suster Dewi dan Susan ya. Kalian ikut makan malam bersama juga," titahku. Aku pun berjalan meninggalkan Wiwit dan langsung menuju meja makan. Sampai di meja makan, aku melihat Rashi nampak begitu dekat dengan Maya. Sek
Read more

Season 2 Part 6

POV LUNA"Iyalah. Itu harus, Mas. Apalagi kita kan terkenal orang berduit. Masa sih mau rayain ulang tahun Gebby seadanya malulah," balasku. Mas Reyhan mengangguk kemudian memejamkan matanya. Masih 2 bulan lagi sebenarnya ulang tahun Gebby yang ke 6 tahun. Tapi aku membicarakannya sekarang. Padahal, itu hanya alasan untuk berkilah saja. Sialan! Wajah janda sialan itu memenuhi isi kepalaku. Tak ada ketenangan sedikitpun. Terlebih kata-katanya. "Aku bahkan bisa membuatmu menjadi janda kalau aku mau! Ingat yah, kalian bisa menikmati apapun yang kalian inginkan saat ini, itu karena kebaikan hati kami. Saat usia Nadira 25 tahun, hati-hati kalian hidup susah lagi!" Kata-kata Indah itu benar-benar mampu membuat pikiranku tidak tenang. "Kenapa gak mati aja sih mereka itu!" lirihku mengumpat. "Siapa, Ma?" tanya Mas Reyhan. Aku menoleh ke arahnya sambil menahan kekesalan. "Kok Mas belum tidur?" balasku balik bertanya. "Ya Mama kaya gelisah gitu! Bikin Papa gak nyaman. Ada apa sih?" Wajah Mas
Read more

Tes yang akan dilakukan Luna

POV LUNAGak, gak mungkin kalau aku juga tertular virus itu. Ih gak mungkin. Mendadak aku merasa ngeri dan ketakutan. Ia siapa sih yang gak takut tertular penyakit seperti itu. Bukan hanya sakitnya saja. Tapi juga dipandang rendah oleh sebagian orang. Pasti mereka merasa jijik dengan tubuh ini. Tidak! Aku tidak mau terkena penyakit ini. Membayangkannya saja aku tak mampu apalagi kalau sampai terjadi pada diriku. Alif, sejak kapan kamu terkena penyakit itu? Apa ketika masih berhubungan denganku apa baru-baru ini? Jujur aku mulai penasaran dan timbul pertanyaan dalam benakku. Pertanyaan sejak kapan Alif mnegidap penyakit mengerikan itu. Menjijikan tepatnya untukku. Ah sial! Apa dia ini suka berganti-ganti pasangan? Setelah sekian lama aku baru sadar kalau Alif suami Maya itu Alif yang sama. Alif yang pernah berhubungan denganku. Bagaimana kalau aku sampai tertular? Apa yang harus aku katakan pada Mas Reyhan? Pada keluarganya nanti? Aku benar-benar tidak sanggup. Semua ini membuatku gil
Read more

Bertemu di rumah sakit

POV MAYA"Jangan kamu pikirkan ucapan Luna, May," ucap Indah. Dari pulang mengantar Rashi dan Nadira sampai tiba di salah satu butik milik Indah, aku hanya terdiam. Kepikiran ucapan Luna. "Kamu bisa cerita saat kita sampai di ruanganku," ujarnya. Aku hanya mengangguk. Butiknya begitu besar. Bran branded terpampang di manapun. Ini bukan hanya menjual pakaian mahal, tapi juga tas dan sepatu. Rame juga pengunjung. Aku yakin, omsetnya pasti jutaan. Gila, satu butiknya pun sudah memperlihatkan kesuksesannya. Sedangkan dia memiliki kurang lebih hampir 30 butik yang juga tersebar di beberapa kota. Luar biasa. Ini sih bisa hidup tanpa laki-laki. Bahkan kalau ada laki-laki yang mendekatinya pun, dia harus seorang pengusaha dengan bisnis sampingan yang pastinya luar biasa. Kalau cuma laki-laki biasa, kurasa akan merasa minder untuk mendekatinya. Padahal dulu aku dan Mas Danang mengira dia itu bakal jadi gembel. Tapi malah sebaliknya. Kamilah yang jadi gembel."Maya, duduk. Kamu melamun saja dar
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status