Beranda / Romansa / DIAMNYA ISTRIKU / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab DIAMNYA ISTRIKU: Bab 91 - Bab 100

216 Bab

BAB 91

"Kamu," lirih Indah sedikit kesal. Buru-buru ia pun berjalan meninggalkan lelaki di hadapannya.  Dengan langkah cepat ia berjalan menuju mobilnya. "Indah," lirih Laki-laki yang tak lain adalah Reyhan. Reyhan datang ke perusahaan EI mencoba untuk melamar pekerjaan. Sebab ia tahu kalau perusahaan baru itu pasti masih membutuhkan tenaga kerja ahli. Lelaki itu masih berdiri termenung melihat punggung mantan istrinya yang berjalan ke arah mobil. "Dengan siapa dia sekarang ini?" gumamnya kemudian beranjak masuk ke kantor. Indah sendiri sebelum masuk mobil, ia kembali menoleh ke arah Reyhan yang sudah berjalan ke dalam kantor. "Aku pernah mencintai laki-laki yang tak memiliki hati itu," lirihnya kemudian mengusap air
Baca selengkapnya

Bab 92

"Indah," lirihnya sambil melihat ke arah tangan kami. "Elo? Ngapain? Nyasar?" Edwan bertanya. Membawaku ke mejanya melewati Reyhan. "Kamu duduk, Sayang," ucapnya sambil menarik kursi.  "Terima kasih," ujarku tersenyum. "Vita!"Edwan memanggil sekretarisnya. Wajah Reyhan terlihat panik. Terlihat sekali dia sangat ingin lekas pergi dari ruangan ini. "Tolong ambilkan bangkumu. Dan bawa ke sini," lanjut Edwan lagi. Vita menurut dan tak lama kemudian, bangku Vita berpindah di depan meja Edwan. Tepat di sampingku tentunya.  "Kalian ngapain di sini? Di mana Pak Ilham?" Reyhan bertanya.  "Ini kantor saya. Dan kamu sedang bertemu dengan pemilik perusahaan ini," tegas Edwan. Reyhan terdiam. "Vita! Tolong nama Ilham Utama diganti dengan Ilham Edwan Utama," perintahnya pad
Baca selengkapnya

Bab 93

Pov Reyhan "Aku abis nyari kerja. Jangan marah-marah. Suami baru pulang itu disambut!" kesalku menatap wajah Luna yang menyusulku ke kamar. Dengan tatapan sinis tentunya. Luna mendengus dan langsung duduk di sampingku. "Huh!" Wanita itu membuang nafas kasar. "Gimana? Dapat kerjaan nya? Aku dengar perusahaan EI group sedang membutuhkan tenaga ahli. Keterima kan kamu?" cerocosnya bertanya. "Bagaimana bisa aku kerja di sana kalau pemilik perusahaan itu Edwan?" jawabku balik bertanya. Luna terlihat kaget. "Edwan?" tanyanya. Aku mengangguk kemudian membaringkan tubuh di ranjang dengan kedua tangan kujadikan bantal. "Ya udah si kerja di perusahaan bapak aja. Keuangan kita semakin menipis. Kalau kamu gak kerja juga gimana, Mas?" "Enggak deh, Lun. Aku ingin menunjukkan pada Papa kalau aku bisa tanpa mereka." "Tapi faktanya untuk dapat rekan kerja untuk dapat investor aja kamu kesulitan, Mas. Ini tuh seperti permainan Papa kamu dan Haris! Mereka menghasut supaya tidak ada yang mau kerja sa
Baca selengkapnya

Bab 94

***Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam karena macetnya kota jakarta, kami tiba juga di rumah kedua orang tuaku.  "Aku deg-degan. Takut sama Mama kamu," ucap Luna sedikit sewot.  "Kamu gak kaya Indah ya, bisa ambil hati keluargaku." Mata Luna membulat mendengar ucapan yang keluar dari mulutku.  "Kok kamu jadi banding-bandingin aku sama Indah, Mas?" tanyanya dengan nada penuh emosi. "Aku malas ribut. Sekarang turun," kataku sedikit kesal. "Cepat! Malah bengong!" sentakku. Dengan kesal Luna pun membuka sabuk pengaman. Kemudian kami turun secara bersamaaan. Ting … Nong ….! Kutekan bel beberapa kali.  
Baca selengkapnya

Bab 95

POV Reyhan "Masuk!" Aku menarik kasar tangan Luna ke dalam mobil.  "Biasa aja, Mas! Gak usah kasar!" Luna tak kalah membentakku. Tangan wanita itu ia hempaskan hingga membuat tanganku terhempas mengenai pintu mobil. Kutatap tajam mata wanita itu penuh emosi.  "Tak habis pikir aku bisa terpikat dengan wanita sepertimu!" kesalku kemudian menutup pintu mobil dengan sangat kencang. Luna hanya diam sambil memejamkan mata.  Setelah aku berada di dalam mobil, kembali aku menegaskan padanya. "Jangan banyak bicara atau aku turunkan kamu di sini!" tekanku sembari memakai sabuk pengaman. Setelah itu, aku pun menginjak pedal gas lalu mengemudikan mobil dengan kecepatan di luar batas normal. Kulirik mata Luna meme
Baca selengkapnya

Bab 96

Lemas! Wanita itu belum menerimaku. "Mas, mandi terus sarapan," ucap Luna. Aku mengangguk dan langsung beranjak ke kamar mandi.  Lima belas menit kemudian aku selesai mandi dan sudah rapi dengan pakaian kantor. Yah, hari ini aku berniat untuk melamar pekerjaan.  "Kamu kenapa?" tanyaku mendekati Luna. Wajah wanita itu terlihat pucat sambil memijat kening. "Kepalaku pusing, Mas," lirihnya. Tak tega aku pun mendekati. Kupijat keningnya karena merasa kasihan.  "Mual?" tanyaku. Luna mengangguk. "Mungkin efek ngidam," katanya. "Lagi hamil jangan banyak pikiran. Gak bagus buat janin kamu." "Aku juga maunya
Baca selengkapnya

Bab 97

Pov Reyhan"Mas kenapa pulang-pulang mukanya ditekuk?" tanya Luna. Aku langsung menuju sofa dan duduk di sana. Tak lama kemudian, ibu mertua super cerewet, comel dan paling suka ikut campur urusan rumah tangga anaknya itu pun menghambur. "Mas, kenapa mukanya ditekuk?" ulang Luna bertanya dengan manis. Tidak seperti biasanya. Tumben lembut cara ber tanyanya. "Sayang, Papa mau memberiku pekerjaan.""Bagus dong, Mas," sambar Luna memotong ucapanku. "Tapi….""Tapi apa lagi sih Reyhan?!" Kali ini mertua bawel menyambar seperti petir menggelegar di atas langit."Tapi aku harus jadi OB di kantor, Papa. Atau gak kepala gudang di perusahaan Edwan. Dan pilihan terakhir…." Aku tidak melanjutkan ucapanku. "Pilihan terakhir apa?" tanya Luna dengan mata melotot seperti bom atom."Meminta pekerjaan sama Indah," lirihku terdengar lemas. "Yang benar saja, Mas! Masa iya mantan istriku bosku?" protes Luna. Pun wajah ibu mertua memperlihatkan wajah tidak suka. Persis nenek lampir di misteri gunung me
Baca selengkapnya

Bab 98

Dibalik kecelakaan"Mama!" Luna berteriak histeris setelah mengangkat panggilan dari mertuanya. Dengkulnya terasa lemas. Hatinya remuk mendengar berita yang disampaikan oleh mertuanya. Ana pun langsung bergegas menghampiri putri semata wayangnya."Ada apa, Sayang? Kenapa?" tanya Ana panik. Karena Luna hanya menangis. "Ma.. Mas Reyhan." Tangis wanita itu pecah kali ini membuat Papanya turut menghampiri anaknya yang menangis histeris. "Ada apa sama Reyhan, Luna?" tanya Mamanya. "Mas Reyhan kecelakaan, Ma. Sekarang kondisinya kritis!" ucap Luna berteriak. Ketakutan akan kehilangan laki-laki yang teramat dicintainya pun begitu terasa di hatinya. "Tenang, Luna. Sekarang Reyhan di mana?" tanya Papanya. "Di rumah sakit bhakti kasih, Ma. Di sana sudah ada keluarga Mas Reyhan," jawab Luna. Kedua orang tuanya pun langsung memapah putrinya ke mobil untuk menyusul Reyhan di rumah sakit.Sampai di rumah sakit, nampak keluarga Reyhan sangat cemas. Terutama Papanya yang merasa sangat bersalah.
Baca selengkapnya

Bab 99

POV INDAH"Bagaimana kondisi anak saya, Dokter?" Mama dan Papa begitupun Luna bertanya serempak. Aku pun langsung fokus pada Dokter."Alhamdulillah operasi berjalan lancar. Tapi kondisi pasien masih kritis. Jangan lupa banyak-banyak berdoa karena kami hanya manusia biasa yang hanya bisa berusaha menyelamatkan nyawa pasien. Tapi yang bisa mengubah keadaan sepenuhnya milik Tuhan sang maha kuasa," ujar Dokter kemudian berlalu. Tak lama kemudian, beberapa dokter lain beberapa perawat keluar dari ruangan operasi. Pada suster terakhir aku bertanya,"Apa kami boleh melihat keadaan pasien?" ucapku tanpa sadar. "Belum bisa, Ibu mohon maaf," jawab suster kemudian berlalu. Mama dan Papa tampak sangat khawatir. Mereka yang terlihat tak peduli dengan Mas Reyhan kini terlihat seperti orang-orang yang takut kehilangan. "Mama, sabar ya. Mas Reyhan pasti sembuh," ujarku coba menenangkan mantan mama mertua yang sudah kuanggap mama sendiri dengan memeluk dan mengusap punggungnya. Memberikan ketenangan
Baca selengkapnya

Bab 100

POV Indah[Edwan aku mau balik ke rumah sakit lagi!] Kukirim pesan pada Edwan. Tak perlu menunggu lama, centang biru langsung terlihat. [Mau ngapain? Udah malam.] balasan dalam setengah menit. [Aku khawatir. Ponsel Mama dihubungi tidak diangkat padahal berdering. Aku takut terjadi sesuatu pada Mas Reyhan] [Oh, oke] Hanya itu balasan dari Edwan. Bukannya menawarkan diri untuk mengantarku. Menyebalkan. Tak banyak pikir panjang aku pun langsung gegas ke rumah sakit. Mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak perlu waktu lama, aku pun tiba di rumah sakit. Segera setelah memarkir mobil aku berlari menyusul Mama. Tempat utama yang aku tuju adalah ruang tunggu depan ICU. "Mama," lirihku kala melihat Mama sedang bersandar di bahu Papa. Aku mendekat ke arah mereka. Sembari hati berucap alhamdulillah tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. "Loh, Indah kenapa kesini lagi?" ucap Papa saat melihat kehadiranku. Membuat Luna dan Mama yang tengah memejamkan mata membuka matanya seca
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
22
DMCA.com Protection Status