"Eyang? Apa Zoya terlalu lancang karena meminta pelukan dari eyang. Majikan Zoya sendiri," ujar Zoya begitu lirih, di tengah-tengah pelukan hangatnya, "Zoya hanya seorang pembantu. Derajat Zoya lebih rendah jika di bandingkan dengan Eyang," lanjut Zoya. "Tidak apa Zoya. Zoya boleh memeluk Eyang mapan pun Zoya mau," balas Murti lembut, begitu meluluhkan hati gadis muda itu, "dan Zoya jangan berpikir seperti itu. Derajat manusia di mata Tuhan sama. Tidak ada di kaya dan si miskin. Tidak ada majikan dan pembantu. Semuanya sama, tidak ada yang berbeda. Yang ada hanyalah, perbedaan takdir. Bagaimana kita menjalaninya. Bagaimana kita mensyukurinya." Zoya menganggukkan kepalanya, selama ini, tidak pernah satu pun dari orang tua Zoya yang mau menasehati Zoya dengan cara yang benar, dengan cara yang baik. Hanya kekerasan dan siksaan, disaat Zoya melakukan kesalahan, "Tapi tidak untuk yang satu ini Eyang. Pelukan! Zoya sudah mengatakannya, hanya
Baca selengkapnya