Semua Bab Tuan Arogan itu Mencintaiku: Bab 11 - Bab 20

93 Bab

Harga diri

"Aku malas sekali jika harus datang ke rumah pria sombong itu!" gumam Zoya saat sedang duduk sendiri di bangku taman sekolah, dengan buku buku tebal yang menjadi temannya. "Malas? Rumah? Pria sombong? Apa maksudmu Zoy?" tanya Gio yang tiba tiba saja sudah berada dibelakang Zoya. "Hah! Gio!" Zoya terperanjat, "mengagetkan saja! Ternyata, bukan hanya matamu saja ya, yang plus, tapi juga telinga mu, yang sama plus nya dengan matamu!" ujar Zoya kemudian. "Haha! Terima kasih atas pujiannya Ananda Zoya, orang termanis sejagat raya!" ledek Gio. Zoya menyunggingkan sebelah bibirnya ke atas, "Kau tidak usah meledekku ya? Semua orang juga tahu! Semua ucapanmu itu adalah fitnah besar!" ketus Zoya membuat Gio tergelak. "Hahaha..., Aku tidak bermaksud!" balas Gio, "tapi aku serius dengan pertanyaan ku barusan!" lanjut Gio. Zoya mengerutkan dahinya, "Pertanyaan apa?" 
Baca selengkapnya

Singkirkan semua itu! Atau tamat tiwayatmu!

"Zoya?" panggil seorang wanita dari arah belakang. Zoya dan Gio pun menoleh seketika.   "Mayra!" ujar Zoya dan Gio secara bersamaan.   "Menyusahkan saja!" ujar Mayra dengan ketusnya, setelah ia berada dihadapan Zoya dan Gio dengan napasnya yang masih terengah-engah.    Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Mayra, Zoya dan Gio saling pandang dan mengerutkan alis mereka, "menyusahkan kata mu? Jika Zoya menyusahkan! Kenapa kau mencarinya hah!" Gio geram sekaligus kesal.   "Hei! Kau! Pria CUPU!" Mayra mengatai Gio dengan menekankan kata cupu hingga bibirnya tampak monyong kedepan lima centimeter, tidak hanya di situ, mulut mayra bahkan menyipratkan air liur hingga membuat Zoya dan Gio mengusap-usap wajah mereka dengan jijik.   "Dasar jorok!!!" hardik Gio hampir mengenai wajah Mayra.   "Diam kau!" Mayra menunjuk wajah Gio dengan tatapan sinis, wajah mer
Baca selengkapnya

Maafkan kelancangan pikiran saya Tuan!

"Kau tuli El?" Dareen menendang kaki El yang sedang berada di sampingnya, membuat pria tampan berambut hitam pekat itu mengaduh sakit, "pukul berapa sekarang?" tanyanya lagi, setelah El sadar dari lamunannya, yang entah sedang melakukan apa dia!   "Pukul satu siang Tuan," kenapa anda tidak melihat jam di pergelangan tangan anda sendiri? Lalu, untuk apa anda membeli dan memakai jam mahal itu! Jika anda selalu menanyakan jam berapa sekarang kepada saya! El bergumam dengan dirinya sendiri. Mengerutuki pertanyaan Dareen. Dia ini orang pintar, namun pertanyaannya begitu bodoh! Memakai jam, tapi selalu menanyakan waktu kepada El. Maafkan kelancangan saya yang sudah mengatai anda bodoh dalam pikiran saya Tuan! Saya berjanji, tidak akan mengatakannya dengan mulut saya! gumam El dalam pikirannya.   El menyudahi ucapan lancang yang terlintas di pikirannya, "Oh iya Tuan! Satu jam lagi ada meeting dengan klien dari luar kota yang harus Anda hadiri!"
Baca selengkapnya

Jangan menyapanya

"Bubar!" perintah El, kali ini, membuat semua karyawan yang berada di sana kocar-kacir melarikan diri dari pandangan El dan Dareen, menyelesaikan pekerjaan mereka kembali. Ada yang benar-benar kembali bekerja, ada yang pura-pura membersihkan meja, menyusun berkas, ada juga yang terlihat biasa saja, saat El dan Dareen berjalan meninggalkan kantor.   "Huh! Dia pergi kan? Tuan kita sudah pergi kan?" tanya seorang wanita, teman dari wanita yang sudah berani menyapa Dareen.   "Tenang! Tuan sudah pereg! Kau aman sekarang!" jawab wanita itu ringan, ia seolah tak punya salah apapun pada semua karyawan, temannya bekerja.   Plakk! Teman wanita itu memukul lengan nya cukup keras, hingga menimbulkan suara yang nyaring, "aww..., Kenapa memukulku?" pekik wanita itu.   "Kau benar-benar ya Sovia? Kau memang pantas untuk ku pukul! Sudah beberapa kali aku bilang? Jangan so menyapa Tuan  saat siang hari! S
Baca selengkapnya

Lowongan pekerjaan

Zoya berjalan gontai sepulang dari sekolahnya. Ia berjalan seolah tanpa arah. Pikirannya berkecamuk, melayang kesana-kemari seolah terbagi. otaknya pun berputar lebih cepat, mencari berbagai macam cara untuk mendapatkan uang agar sekolahnya tetap berlanjut. Paling tidak! Sampai ia keluar sekolah menengah atas dan mendapatkan ijazah. Mungkin setelah ia mendapatkan ijazah, hidupnya akan sedikit berubah. Pikir Zoya. Walaupun sebenarnya Zoya ingin sekali melanjutkan pendidikan sampai ke universitas dan berkuliah, menggapai cita setinggi langit.   Zoya terus berjalan, langkahnya mungkin gontai, dan pikirannya kemana-mana. Namun tidak dengan matanya, yang terus menyusuri, menatap dengan teliti, setiap bangunan kota yang ia lewati.   "Dua minggu! Bagaimana caranya aku mendapatkan uang dalam waktu dua minggu?" Zoya bergumam sendiri sambil terus berjalan, menyusuri setiap sudut bangunan, berharap jika ada keajaiban, dengan tulisan lowongan pekerjaan.
Baca selengkapnya

Kesan pertama

"Perkenalkan Tuan! Ini Rosana, sekretaris saya!" ujar Axel memperkenalkan sekretarisnya pada Dareen.   Deg   El mulai berkeringat dingin! Ia memperhatikan wanita bernama Rosana itu dari atas sampai bawah. Cantik, seksi, dan menggoda Tiga kata yang langsung menjadi kesan pertama saat El melihatnya. Jika saja yang melihatnya adalah pria lain, mungkin saja pria itu akan langsung terpesona dengan kecantikan dan penampilannya. Namun tidak untuk Dareen. Pria dingin itu sudah pasti akan merasa sangat muak saat melihat apalagi berdekatan dengannya.   "Selamat siang Tuan Dareen, sekretaris El! Saya Rosana. Sekretaris Tuan Axel!" Rosana mengulurkan tangannya dan menyapa dengan nada suara yang lembut dan terkesan manja. Cukup lama Rosana mengulurkan tangannya, namun tak satupun dari Dareen ataupun El yang membalas uluran tangan dari Rosana hingga- -   "Maafkan saya nona, tapi sepertinya..., Anda tidak usah berb
Baca selengkapnya

Terlalu banyak bicara

Beberapa jam berlalu. Dareen merasa kerjasamanya kali ini, begitu memuakkan. Lantaran sedari tadi, Rosana terus menerus mencuri pandang ke arahnya, membuatnya mual saja. Ia ingin segera mengakhiri semua ini, namun saat Dareen hendak berdiri, gerakannya terhalang oleh El. "Sebentar lagi Tuan!" ujar El pelan. "Menyebalkan! Aku muak dengan wanita ini!" batin Dareen. Ia bergumam kesal karena wanita itu terus menerus mencuri-curi pandang kepadanya. Hingga disaat yang tepat, Dareen membalas tatapan Rosana dengan tatapan mematikan, membuat Rosana bergidik ngeri seketika itu juga. "Hah! Ternyata sulit untuk menaklukan hatinya. Dia menatapku tajam, seperti seorang yang ingin menerkam mangsanya hingga tewas. Tapi tenang saja! Cepat atau lambat, kau akan segera bertekuk lutut dihadapanku Tuan Dareen Danendra!" bermodalkan wajah yang cantik dan mempesona, serta tubuh yang seksi dan menggoda, Rosana sangat yakin bisa menaklukkan hati
Baca selengkapnya

Bocah, bocah, bocah!

"Jawab El bod- - ucapan Dareen terhenti saat tiba-tiba saja ia melihat seseorang yang sedang berjalan dengan wajah sumringah. "Bocah itu!" ujar Dareen sambil menatap kedepan. Karena penasaran, El pun ikut membalikkan badan untuk melihat siapa yang dimaksud oleh Dareen. Dan saat ia berbalik dan melihat siapa yang Dareen maksud- - "Zoya!" gumam El dengan mengernyitkan dahinya. "Sedang apa bocah bodoh itu disini?" Dareen nampaknya penasaran dengan kehadiran Zoya di restoran yang sedang ia kunjungi ini. Apa yang sedang ia lakukan? Kenapa dia bisa ada di restoran yang cukup mewah ini? Bersama siapa dia kemari? Berbagai pertanyaan itu berseliweran di kepala Dareen tanpa ia minta. "Hei bocah!" Teriak Dareen saat suasana restoran sedang cukup ramai. Zoya yang sedang melangkahkan kaki menuju pintu luar pun, langkahnya terhenti, saat tiba-tiba saja ia mendengar seseorang memanggil kata bocah. 
Baca selengkapnya

Sama bodoh

"sedang apa kau di sini bocah?" bocah! Bocah! Bocah! Panggilan bocah itu terus terngiang-ngiang di telinga Zoya. Apakah Zoya sekecil itu? Hingga Dareen terus saja memanggil Zoya dengan sebutan bocah!  "Kau tuli ya?" tanya Dareen kemudian. "Enak saja! Mengataiku tuli," gumam Zoya dalam hati. "Maafkan saya Tuan, saya tidak mendengarkan!" keberanian, kemana perginya keberanian itu? Keberanian Zoya seakan lenyap hanya karena Dareen menatapnya dengan tajam.  "Sudah ku duga! Kau memang tuli!" senyum kecil nan mengejek terukir jelas di bibir pria tampan yang memproklamirkan dirinya sebagai Tuan kepada Zoya. Hingga Zoya membulatkan matanya saat melihat senyum kecil itu. "Kau menertawakan dan mengejekku. Kau sangat senang jika aku tertindas dan merasa diriku bodoh dan buruk di hadapanmu ya?" batin Zoya. Hanya dalam hati ia bisa membalas semua ucapan Dareen dengan cara yang tak k
Baca selengkapnya

Kemarahan

"Saya sedang melamar pekerjaan Tuan!" jawab Zoya spontan, beriringan dengan terkejutnya Zoya yang sampai melompat. "Beraninya kau melamar pekerjaan saat kau masih terikat kontrak dengan Perjanjian yang sudah kau buat sebelumnya kepadaku," Dareen benar-benar garam. Ia memberikan tatapan mata tajam pada Zoya, yang tidak seperti biasanya. "Sa- - "Siapa yang menyuruhmu untuk mencari pekerjaan lain? Kau adalah pembantuku. Dan selama menjadi pembantuku, kau tidak aku izinkan untuk bekerja dimana pun itu!" Dareen memotong ucapan Zoya dengan  mengingatkan posisi Zoya saat ini. Bahkan Dareen juga menjelaskan kembali soal statusnya di hadapan Zoya. "Saya hanya akan bekerja disini saat malam hari tuan!" Zoya menyela, dan itu membuat Dareen tidak suka. "Susah memang, jika menjelaskan sesuatu kepada orang yang tuli seperti dirimu," Dareen memandang rendah Zoya, "kau tidak pernah menginga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status