Share

Harga diri

Author: Fitria Sulaeman
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Aku malas sekali jika harus datang ke rumah pria sombong itu!" gumam Zoya saat sedang duduk sendiri di bangku taman sekolah, dengan buku buku tebal yang menjadi temannya.

"Malas? Rumah? Pria sombong? Apa maksudmu Zoy?" tanya Gio yang tiba tiba saja sudah berada dibelakang Zoya.

"Hah! Gio!" Zoya terperanjat, "mengagetkan saja! Ternyata, bukan hanya matamu saja ya, yang plus, tapi juga telinga mu, yang sama plus nya dengan matamu!" ujar Zoya kemudian.

"Haha! Terima kasih atas pujiannya Ananda Zoya, orang termanis sejagat raya!" ledek Gio.

Zoya menyunggingkan sebelah bibirnya ke atas, "Kau tidak usah meledekku ya? Semua orang juga tahu! Semua ucapanmu itu adalah fitnah besar!" ketus Zoya membuat Gio tergelak.

"Hahaha..., Aku tidak bermaksud!" balas Gio, "tapi aku serius dengan pertanyaan ku barusan!" lanjut Gio.

Zoya mengerutkan dahinya, "Pertanyaan apa?" 

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Singkirkan semua itu! Atau tamat tiwayatmu!

    "Zoya?" panggil seorang wanita dari arah belakang. Zoya dan Gio pun menoleh seketika. "Mayra!" ujar Zoya dan Gio secara bersamaan. "Menyusahkan saja!" ujar Mayra dengan ketusnya, setelah ia berada dihadapan Zoya dan Gio dengan napasnya yang masih terengah-engah. Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Mayra, Zoya dan Gio saling pandang dan mengerutkan alis mereka, "menyusahkan kata mu? Jika Zoya menyusahkan! Kenapa kau mencarinya hah!" Gio geram sekaligus kesal. "Hei! Kau! Pria CUPU!" Mayra mengatai Gio dengan menekankan kata cupu hingga bibirnya tampak monyong kedepan lima centimeter, tidak hanya di situ, mulut mayra bahkan menyipratkan air liur hingga membuat Zoya dan Gio mengusap-usap wajah mereka dengan jijik. "Dasar jorok!!!" hardik Gio hampir mengenai wajah Mayra. "Diam kau!" Mayra menunjuk wajah Gio dengan tatapan sinis, wajah mer

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Maafkan kelancangan pikiran saya Tuan!

    "Kau tuli El?" Dareen menendang kaki El yang sedang berada di sampingnya, membuat pria tampan berambut hitam pekat itu mengaduh sakit, "pukul berapa sekarang?" tanyanya lagi, setelah El sadar dari lamunannya, yang entah sedang melakukan apa dia! "Pukul satu siang Tuan," kenapa anda tidak melihat jam di pergelangan tangan anda sendiri? Lalu, untuk apa anda membeli dan memakai jam mahal itu! Jika anda selalu menanyakan jam berapa sekarang kepada saya! El bergumam dengan dirinya sendiri. Mengerutuki pertanyaan Dareen. Dia ini orang pintar, namun pertanyaannya begitu bodoh! Memakai jam, tapi selalu menanyakan waktu kepada El. Maafkan kelancangan saya yang sudah mengatai anda bodoh dalam pikiran saya Tuan! Saya berjanji, tidak akan mengatakannya dengan mulut saya! gumam El dalam pikirannya. El menyudahi ucapan lancang yang terlintas di pikirannya, "Oh iya Tuan! Satu jam lagi ada meeting dengan klien dari luar kota yang harus Anda hadiri!"

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Jangan menyapanya

    "Bubar!" perintah El, kali ini, membuat semua karyawan yang berada di sana kocar-kacir melarikan diri dari pandangan El dan Dareen, menyelesaikan pekerjaan mereka kembali. Ada yang benar-benar kembali bekerja, ada yang pura-pura membersihkan meja, menyusun berkas, ada juga yang terlihat biasa saja, saat El dan Dareen berjalan meninggalkan kantor. "Huh! Dia pergi kan? Tuan kita sudah pergi kan?" tanya seorang wanita, teman dari wanita yang sudah berani menyapa Dareen. "Tenang! Tuan sudah pereg! Kau aman sekarang!" jawab wanita itu ringan, ia seolah tak punya salah apapun pada semua karyawan, temannya bekerja. Plakk! Teman wanita itu memukul lengan nya cukup keras, hingga menimbulkan suara yang nyaring, "aww..., Kenapa memukulku?" pekik wanita itu. "Kau benar-benar ya Sovia? Kau memang pantas untuk ku pukul! Sudah beberapa kali aku bilang? Jangan so menyapa Tuan saat siang hari! S

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Lowongan pekerjaan

    Zoya berjalan gontai sepulang dari sekolahnya. Ia berjalan seolah tanpa arah. Pikirannya berkecamuk, melayang kesana-kemari seolah terbagi. otaknya pun berputar lebih cepat, mencari berbagai macam cara untuk mendapatkan uang agar sekolahnya tetap berlanjut. Paling tidak! Sampai ia keluar sekolah menengah atas dan mendapatkan ijazah. Mungkin setelah ia mendapatkan ijazah, hidupnya akan sedikit berubah. Pikir Zoya. Walaupun sebenarnya Zoya ingin sekali melanjutkan pendidikan sampai ke universitas dan berkuliah, menggapai cita setinggi langit. Zoya terus berjalan, langkahnya mungkin gontai, dan pikirannya kemana-mana. Namun tidak dengan matanya, yang terus menyusuri, menatap dengan teliti, setiap bangunan kota yang ia lewati. "Dua minggu! Bagaimana caranya aku mendapatkan uang dalam waktu dua minggu?" Zoya bergumam sendiri sambil terus berjalan, menyusuri setiap sudut bangunan, berharap jika ada keajaiban, dengan tulisan lowongan pekerjaan.

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Kesan pertama

    "Perkenalkan Tuan! Ini Rosana, sekretaris saya!" ujar Axel memperkenalkan sekretarisnya pada Dareen. Deg El mulai berkeringat dingin! Ia memperhatikan wanita bernama Rosana itu dari atas sampai bawah. Cantik, seksi, dan menggoda Tiga kata yang langsung menjadi kesan pertama saat El melihatnya. Jika saja yang melihatnya adalah pria lain, mungkin saja pria itu akan langsung terpesona dengan kecantikan dan penampilannya. Namun tidak untuk Dareen. Pria dingin itu sudah pasti akan merasa sangat muak saat melihat apalagi berdekatan dengannya. "Selamat siang Tuan Dareen, sekretaris El! Saya Rosana. Sekretaris Tuan Axel!" Rosana mengulurkan tangannya dan menyapa dengan nada suara yang lembut dan terkesan manja. Cukup lama Rosana mengulurkan tangannya, namun tak satupun dari Dareen ataupun El yang membalas uluran tangan dari Rosana hingga- - "Maafkan saya nona, tapi sepertinya..., Anda tidak usah berb

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Terlalu banyak bicara

    Beberapa jam berlalu. Dareen merasa kerjasamanya kali ini, begitu memuakkan. Lantaran sedari tadi, Rosana terus menerus mencuri pandang ke arahnya, membuatnya mual saja. Ia ingin segera mengakhiri semua ini, namun saat Dareen hendak berdiri, gerakannya terhalang oleh El."Sebentar lagi Tuan!" ujar El pelan."Menyebalkan! Aku muak dengan wanita ini!" batin Dareen. Ia bergumam kesal karena wanita itu terus menerus mencuri-curi pandang kepadanya. Hingga disaat yang tepat, Dareen membalas tatapan Rosana dengan tatapan mematikan, membuat Rosana bergidik ngeri seketika itu juga."Hah! Ternyata sulit untuk menaklukan hatinya. Dia menatapku tajam, seperti seorang yang ingin menerkam mangsanya hingga tewas. Tapi tenang saja! Cepat atau lambat, kau akan segera bertekuk lutut dihadapanku Tuan Dareen Danendra!" bermodalkan wajah yang cantik dan mempesona, serta tubuh yang seksi dan menggoda, Rosana sangat yakin bisa menaklukkan hati

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Bocah, bocah, bocah!

    "Jawab El bod- - ucapan Dareen terhenti saat tiba-tiba saja ia melihat seseorang yang sedang berjalan dengan wajah sumringah."Bocah itu!" ujar Dareen sambil menatap kedepan. Karena penasaran, El pun ikut membalikkan badan untuk melihat siapa yang dimaksud oleh Dareen. Dan saat ia berbalik dan melihat siapa yang Dareen maksud- -"Zoya!" gumam El dengan mengernyitkan dahinya."Sedang apa bocah bodoh itu disini?" Dareen nampaknya penasaran dengan kehadiran Zoya di restoran yang sedang ia kunjungi ini. Apa yang sedang ia lakukan? Kenapa dia bisa ada di restoran yang cukup mewah ini? Bersama siapa dia kemari? Berbagai pertanyaan itu berseliweran di kepala Dareen tanpa ia minta."Hei bocah!" Teriak Dareen saat suasana restoran sedang cukup ramai. Zoya yang sedang melangkahkan kaki menuju pintu luar pun, langkahnya terhenti, saat tiba-tiba saja ia mendengar seseorang memanggil kata bocah.

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Sama bodoh

    "sedang apa kau di sini bocah?" bocah! Bocah! Bocah! Panggilan bocah itu terus terngiang-ngiang di telinga Zoya. Apakah Zoya sekecil itu? Hingga Dareen terus saja memanggil Zoya dengan sebutan bocah!"Kau tuli ya?" tanya Dareen kemudian."Enak saja! Mengataiku tuli," gumam Zoya dalam hati."Maafkan saya Tuan, saya tidak mendengarkan!" keberanian, kemana perginya keberanian itu? Keberanian Zoya seakan lenyap hanya karena Dareen menatapnya dengan tajam."Sudah ku duga! Kau memang tuli!" senyum kecil nan mengejek terukir jelas di bibir pria tampan yang memproklamirkan dirinya sebagai Tuan kepada Zoya. Hingga Zoya membulatkan matanya saat melihat senyum kecil itu."Kau menertawakan dan mengejekku. Kau sangat senang jika aku tertindas dan merasa diriku bodoh dan buruk di hadapanmu ya?" batin Zoya. Hanya dalam hati ia bisa membalas semua ucapan Dareen dengan cara yang tak k

Latest chapter

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Kau harus membayarnya!

    Harapan dan doa yang buruk dari orang yang buruk pula hatinya, tak mampu membuat doa yang ia panjatkan menjadi kenyataan. Setelah Daren berhasil menemukan sumber air yang membuat lelah dan dahaganya seketika hilang, Daren memberikan Zoya sebuah air yang ia bawa dengan tangannya sendiri.Sedikit demi sedikit. Walau berceceran dan selalu sedikit yang tersisa untuk di berikan kepada Zoya. Namun, Daren telah berhasil membuat Zoya sadar dari pingsannya yang cukup lama.'Uhuk! Uhuk!'Suara yang keluar dari tenggorokan Zoya, membuat Daren senang bukan main. "Kau sadar, Zoya?!" tanya Daren saat Zoya terbatuk. Matanya masih belum terbuka. Namun Daren sudah tak sabar untuk mengeluarkan suara dan bertanya bagaimana keadaannya.'Uhuk! Uhuk!'Zoya masih terbatuk.Daren menepuk-nepuk punggung Zoya sambil mengelusnya perlahan. "Kau tidak apa?" tanya Daren. "Ayolah, jawab aku. Aku begitu mengkhawatirkan dirimu!" lanjutnya berucap.Perlahan-lahan, kesadaran Zoya mulai kembali. Matanya pun mulai ter

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Membuat janji

    Jatuh dan tergelincir, sudah tidak Daren rasakan lagi betapa kaget dan sakitnya seluruh badan. Demi bisa sampai ke tempat tujuan, Daren memaksakan diri menyusuri jalanan menurun yang akan membawanya ke tepian sungai."Jika bukan karena dahagaku, aku tidak akan mau berjalan sambil menggendong gadis ini. Walau dia tidak berat, tapi dia cukup menyusahkan langkahku," gerutunya setelah ia terjatuh dan bangkit lagi dengan tangannya sendiri.Daren mengeluh, ia menggerutu. Namun, hanya di mulut saja. Hatinya benar-benar ikhlas melakukan itu semua, demi dahaganya yang harus segera di aliri air, juga demi kesadaran Zoya. Tanah dan lumpur mengotori hampir seluruh tubuh Daren. Seakan tak ingin tertinggal, wajahnya pun ikut merasakan bagaimana rasanya terkena lumpur saat Daren mengusap keringat yang bercucuran dari kening hingga ke pipinya.Daren tak peduli, setelah ketemu sungai nanti, ia sudah berjanji akan membersihkan diri. "Hei, apa kau tidak kasihan padaku? Lihat aku, aku kelelahan. Aku k

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Kerongkongan yang kering

    "El! El! Dimana kau? Cepat bantu aku!" teriak Daren saat ia dengan susah payah sudah berhasil melewati jurang curam yang membuat Zoya terjatuh dan tak sadarkan diri, dengan melewati dan mencari jalan lain.Tidak ada tanggapan dan jawaban dari sosok yang Daren panggil. Matahari sudah mulai meninggi, Daren mulai dehidrasi, apalagi dengan gadis yang ada di pangkuannya saat ini, sudah pasti, kondisi gadis itu jauh lebih buruk dari kondisi Daren yang masih bisa mengangkat beban tubuh Zoya. "Bertahanlah! Kau pasti bisa!" ucap Daren menyemangati Zoya yang masih tak sadarkan diri. Perjalanan cukup jauh, hingga saat ini, Daren baru menemukan jalan di mana ia dan El berpisah subuh tadi."El...." teriak Daren kembali. Kali ini, teriakannya begitu nyaring, hingga tenggorokan Daren terasa kering. "El...." Jika kali ini El tidak mendengar teriakan Daren. Maka sudahlah, jangan harapkan Daren bisa berteriak kembali, karena kerongkongannya setelah berteriak, kini terasa benar-benar kering."Ah, ten

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Dipertemukan

    "Uh..., Kalajengking sialan!" umpat Daren saat dirinya sudah berhasil menuruni tanah yang terjal tersebut. Dilihatnya tangannya sendiri yang terasa sangat perih dan gatal. Dan ternyata, tangannya membengkak dan memerah. Mungkin, itu adalah efek dari gigitan kalajengking tadi.Kembali Daren memfokuskan dirinya pada pencariannya pada Zoya yang sampai saat ini masih belum ia temukan."Zoya..." Teriak Daren begitu kencang dan menggelegar. Hingga para hewan kecil keluar dari persembunyiannya."Hei Zoya! Dimana kau gadis bodoh?" Teriaknya lagi dan masih belum mendapatkan jawaban. Lalu, pandangannya tertuju pada sesosok tubuh yang tergeletak tak berdaya dengan tubuh penuh tanah dan luka.Zoya, gadis itu terkapar diantara pohon beringin besar dan daun daun yang sudah mengering."Zoya!" Secepat kilat Daren menghampiri Zoya yang tengah terkapar tak sadarkan diri.

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Titik terang

    Doa kembali Zoya panjatkan pada Tuhan, sang pencipta alam dan segala isinya. Ia berdoa agar siapapun bisa menemukannya dengan segera. Kakinya sudah tak mampu lagi menopang tubuh, di tambah dengan tangannya yang ternyata masih mengeluarkan sisa-sisa darah dari injakan kaki Mayra tadi. "Ya Tuhan, aku mohon... Siapapun tolong aku. Aku akan menikahinya jika dia adalah seorang laki-laki. Tapi, setelah aku lulus sekolah. Dan akan aku jadikan dia saudara, jika dia adalah seorang perempuan," ujar Zoya pasrah. Gadis itu membuat janji dengan Tuhan sesuka hatinya, tanpa memikirkan bagaimana nasib kedepannya. Tentang masa depannya, tentang bagaimana menjalaninya. Akankah ada yang akan datang membantunya atau bahkan tidak. Mengingat ini adalah hutan, dan Zoya hanya sendirian di sana. "Tapi, apakah yang menolongku itu akan mau, jika yang akan dinikahinya atau di jadikan saudaranya adalah seorang gadis miskin yang waj

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Mengabulkan Doa

    "Apa kubilang El! Kau memang bodoh! Kenapa kau melarang ku menyusul mereka tadi hah!" Daren geram. Di cengkeramnya kerah baju El dengan sangat kuat, hingga buku-buku tangan Daren terlihat memutih, saking geramnya. "Maafkan saya Tuan!" tunduk El. El sama sekali tidak berani menegakkan kepalanya, apalagi menatap mata Daren, atas apa yang El katakan padanya. "Maaf kau bilang? Beraninya kau meminta maaf setelah mengabaikan perasaanku tadi," dihempaskan pula dengan kencang baju El. Pria tampan berambut hitam pekat itu seketika terbatuk, saat Daren melepaskan cengkraman tangannya. "Apa dengan meminta maaf, semua akan kembali?" Sedangkan Delia dan Delina, serta Gio dan teman sekelompoknya. Mereka semua berdiam mematung setelah menceritakan jika Zoya menghilang dan terpisah dari rombongan. Apalagi saat melihat reaksi Daren yang ternyata di luar dugaan. Sangat marah saat mengetahuinya. Mereka semua tidak ada yang bera

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Baru menyadari

    "Eh, apa ada yang melihat kak Zoya?" tanya Delia yang baru saja menyadari jika Zoya sedari tadi tidak bersamanya. Semua orang memandang ke arah Delia. Lalu saling pandang satu sama lain. "Bukankah Zoya selalu bersama Anda, Nona?" ujar Gio membalikkan pertanyaan pada Delia. Delia menggeleng, "memang! Tapi setelah teriakan itu, aku langsung berlari mengikuti kalian, dan melepaskan peganganku dari tangan kak Zoya," jawab Delia sedikit gemetar. Lalu ia alihkan pandangannya pada Delina yang nampak acuh tak acuh dengan ketidakadaannya Zoya di dalam rombongan mereka. "Kenapa kau melihatku?" tanya Delina sinis, "aku memang tidak menyukainya. Tapi aku tidak melakukan apa-apa. Aku juga tidak tahu kalau dia tidak bersama kita!" sambungnya dengan penuh penekanan. Dan Delina berkata jujur apa adanya. Tanpa ada yang dia sembunyikan. "Bagaimana ini kak Gio, kak Andi?" reng

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Keberhasilan Mayra

    Zoya berjalan mundur beberapa langkah, "jangan kau pikir aku ini bodoh Mayra! Apa yang kau rencanakan padaku hah?" tanya Zoya tanpa basa-basi. Mayra tertawa, sedang Zoya mengerutkan keningnya. "Kenapa kak? Apa kau takut kakak!" tanya Mayra dengan menekankan perkataannya. Membuat Zoya yakni jika Mayra memang sedang merencanakan sesuatu yang buruk padanya. "Ma-mau apa kau Mayra?" tanya Zoya bergetar. Mayra terus berjalan perlahan mendekatinya. Semakin dekat, dan terus mendekat. Sedangkan Zoya, gadis itu juga terus berjalan mundur menjauhi Mayra. Nyali Zoya semakin menciut kala melihat wajah Mayra yang terlihat seperti seorang pembunuh kala mengeluarkan tawanya. Walaupun Zoya tau, jika Mayra adalah adiknya sendiri. Tapi kenapa? Kenapa Mayra ingin berbuat jahat padanya? Pikir Zoya. "Ak-aku mohon Mayra! Apa yang akan kau lakukan padaku? Aku ini kakakmu, kau adikku. Kita ini bersaudara Mayra!" ujar

  • Tuan Arogan itu Mencintaiku   Janggal

    "Kau gila El! Kenapa aku tidak boleh ikut bersama mereka hah?" ungkap Daren setelah kepergian para anggota perkemahan. "Karena mereka akan merasa tidak nyaman saat bersama Anda Tuan!" jawab El tanpa basa-basi. Tuannya itu sedari tadi terus mengomelinya karena El tidak menyarankannya untuk mengikuti mereka. "Ah!" Daren frustasi. Pria tampan penuh kharismatik itu menjambak rambutnya sendiri karena kesal dengan jawaban El. *** "Kak Zoya? Aku takut!" rengek Delia sambil menggandeng lengan Zoya erat. "Tenanglah Nona. Tidak akan ada apa-apa di sini!" ujar Zoya menenangkan. Gadis itupun akhirnya sedikit lebih tenang. Walaupun tangannya masih enggan untuk melepaskan lengan Zoya. Menempel terus seperti lem. "Delia, kenapa kau terus menempel padanya?" tanya Delina dengan nada kesal. Namun, yang di tanya terlihat enggan untuk menjawab

DMCA.com Protection Status