"Biar aku yang memeriksanya, kau berkata jujur atau tidak! Karena kalau kau berbohong kepada diriku. Kau tentu sudah tahu apa resikonya nanti!" tatapan tajam Dareen layangkan untuk El, yang seketika itu juga El menelan ludahnya dengan susah payah, hingga mencapai kerongkongannya.
"Mati aku! Kenapa aku tidak berkata jujur saja," batin El yang kini di selimuti rasa bersalah dan takut. Tidak pernah sebelumnya, El berkata bohong kepada Dareen. Tapi kali ini, malam ini dan di tempat ini. Hanya karena tidak ingin Dareen mengetahui perasaannya yang sebenarnya. El melupakan prinsipnya untuk tidak berkata bohong.
Dareen sudah mendekat, dan ia semakin penasaran. Apa sih, yang sedang El perhatikan. Pikir Dareen.
"Tuan?" El memanggil, namun Dareen tidak memperdulikannya.
"Minggir!" dalam satu ucapan dan sekali gerakan tangan, El melangkah ke samping, menghindari Dareen yang terus melangkah dengan mata yang tertu
"El bodoh! Cepat katakan! Apa maksudmu barusan hah?" mengulangi, lagi dan lagi, kesalah pahaman ini akan terus berlanjut jika Dareen tidak segera mengisi perutnya dengan menu makan malam."Saya sudah selesai Tuan! Jika tuan berkenan, maka ijinkan hamba untuk menyelesaikan juga berkas yang sedang tuan pegang itu," berbicara layaknya seorang hamba kepada Baginda raja. Agar sang raja senang, dan rasa kesalnya sedikit berkurang. Itulah yang sekarang El lakukan."Huh!" Dareen memberikan berkas-berkas di tangannya dengan cepat kepada El. Namun dengan ekspresi wajah seolah ia terpaksa memberikan semua berkas itu pada El, "kenapa kau tidak meminta semuanya dari awal bodoh!" penyalah kan lagi, sebenarnya apa yang Dareen inginkan? Semua yang El lakukan seolah selalu salah di mata Dareen."Maafkan saya Tuan! Saya yang salah," harus mengakui lagi kesalahan yang sebenarnya tidak ia lakukan."Cepat kerjakan bodoh!
"Apa rasanya tidak enak?" seorang chef ahli di rumah keluarga Atmaja mengeluarkan suara. Hatinya sudah gemetar, dag! Dig! Dug! Tak karuan. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi. Karena bukan dia lah yang memasak menu makan malam kali ini. "Tidak chef, tidak! Kau salah sangka. Semua menu makan malam ini, semuanya sangat enak dan lezat. Aku sangat menyukainya. Ini makanan terenak yang pernah aku makan, setelah makanan yang di pasak oleh eyang putri," memuji semua makanan dengan rendah hati. Ia sanjung tukang masak yang berada di belakang makanan enak dan lezat ini. Dan tanpa ia sadari, Dareen sebenarnya bukan memuji chef yang biasanya memasak untuk menu makan malam. Melainkan sedang memuji seseorang yang tadi sudah ia hina dan sakiti hatinya. "Maaf Tuan!" Chef itu ragu-ragu ingin memberitahu. "Apa? Bicara saja. Karena suasanan hatiku sedang senang. Kau boleh meminta apapun kepadaku!" Dareen menatap chef itu dengan se
"Apa aku salah bicara?" batin Zoya dengan tangan yang langsung membungkam mulut rombeng nya. "Beraninya kau mengataiku bocah bodoh!" geram Dareen dengan mengepalkan tangannya. "Ma-maafkan saya Tuan. Mulut saya yang salah. Mulut saya yang lancang. Mulut saya benar-benar minta maaf sedalam-dalamnya, Tuan!" kata Zoya bersungguh-sungguh. Namun itu mengundang gelak tawa bagi semua yang berada di sana. "Hufttt... Hahaha!" Awalnya semua orang menahan tawa. Namun akhirnya mereka meledakkan tawanya karena sudah tidak kuat lagi dengan apa yang baru saja mereka dengar dari mulut Zoya. "Kenapa mereka tertawa?" tanya Zoya dalam hati. "Hahaha! Kak Dareen, kakak menemukan pembantu seperti Zoya di mana?" Delina meledakkan tawanya saat menatap Zoya. Begitu pun dengan Delia, yang ikut tertawa bersama eyang mereka tanpa banyak bicara bahkan bertanya. "Diam D
"Diam kamu! Ibu benar-benar tidak menyangka. Kamu adalah seorang wanita murahan! Menjijikkan!" Ibu memandang Zoya dengan pandangan mata merendahkan. Deg! Semakin sakit hati Zoya mendengarnya. Apakah Zoya harus diam saja? "Cukup Bu!" kata Zoya menegangkat sebelah tangannya ke atas, berharap jika ibu mau mendengarkan penjelasannya sekali saja. "Sudah berani kamu ya?" kata ibu yang hendak melayangkan kembali tangannya untuk menampar Zoya. Namun kali ini, Zoya tidak diam saja. Ia menahan gerakan tangan ibu dengan sebelah tangannya. Sekeliling matanya memerah, dengan manik yang memancarkan semua amarah serta rasa kecewanya. Seketika ibu terdiam. Ia menatap Zoya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa seorang Zoya yang biasa tertindas, kini menjadi Zoya yang bisa membela serta bertahan diri. "Lepaskan tangan ibu Zoya!" hardik Mayra dengan sorot mata tajam, me
"Nak, apa yang kamu lakukan nak?" ucap ibu setelah Zoya menghempaskan nya dengan begitu kasar. "Apa yang aku lakukan?" Kata Zoya mengulangi ucapan ibunya. Byurrr! "Ini yang aku lakukan!" kata Zoya sambil mengguyur ibu dan mayra dengan satu ember air bekas cucian baju. "Hufffft...," Ibu dan Mayra mengerjapkan mata mereka berkali-kali sambil mengusap usap wajahnya. Hahaha Tawa jahat terdengar lagi di telinga ibu dan Mayra. Dan tawa itu berasal dari mulut dan pita suara milik Zoya. Ibu dan Mayra menatap ngeri Zoya. Rasa takut telah menjalari seluruh tubuh ibu dan Mayra. Bagaimana mungkin seorang Zoya yang lemah dan mudah tertindas, bisa berubah menjadi Zoya yang kejam dan menakutkan. Pikir ibu dan anak itu. Byyrrr!!! Lagi dan lagi Zoya terus mengguyur ibu dan Mayra, hingga keduanya basah kuyup dan kedinginan. Namun Zoya tetap melakuka
"Apakah serendah itu anda memandang Zoya Tuan!" kata El yang menunjukkan raut wajah ketidaksukaan saat Dareen kembali menghina harga diri seorang Zoya."Cih! Kau membelanya. Kau menyukainya El? Kau mempunyai perasaan berlebih kepada bocah bodoh itu? Kenapa kau sampai sebegitunya membela dia? Kau tertarik padanya?" ujar El dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, "jawab aku bodoh! Kau menyukainya kan?" lanjut Dareen dengan suara meninggi."Apa yang anda katakan tuan?" El mengalihkan pandangannya, menatap ke arah langit yang berisikan bulan bintang, yang cahayanya redup karena terhalang awan hitam."Jawab saja pertanyaanku! Kau menyukai gadis bodoh itu bukan?" tanya El dengan nada meninggi. Emosinya sudah tak terbendung lagi saat menyangkut soal wanita bernama Zoya."Entahlah tuan. Saya merasakan hal yang berbeda terhadap Zoya," jawab El dengan hati yang jujur, "saya seperti sudahengenal Zoya untuk waktu y
Masih ingat dalam ingatan, bagaimana sosok El mencoba untuk membujuk serta menghibur dirinya."Bukankah bagus tuan! Anda mengetahui kelakuan wanita itu bersama sahabat anda!" ujar El dengan helaan napas yang terdengar jelas."Apa maksudmu El? Pria tua bangka itu bukanlah sahabatku. Dia sahabat mendiang ayahku!" balas Dareen yang tidak terima jika pria tua bangka yang akan menikahi kekasihnya itu di sebut sebagai sahabatnya."Maafkan saya tuan. Tapi wanita itu sudah menunjukkan wajah aslinya di depan anda. Dia bukan wanita baik-baik tuan. Dia hanya wanita yang mengincar harta. Dia melakukan segala sesuatu dengan tujuan harta. Dia juga menikahi tuan Mathew pasti karena harta. Tuan Mathew itu pemilik perusahaan terbesar ke dua di Indonesia. Laura tidak pantas untuk mendapatkan cibci tulus dari anda," kata El menjelaskan semuanya tentang Laura. Wanita busuk yang menjelma menjadi wanita cantik yang sangat di kagumi oleh para
"Apalagi tuan? Anda membutuhkan apalagi. Biar saya ambilkan!" tanya El. "Sial! Dasar bodoh! Aku harus menyuruh apa lagi kepada El. Semuanya sudah dia ambilkan. Lalu apalagi sekarang?" batin Dareen menggerutu. Merasa kebingungan dengan dirinya sendiri. "Apa anda baik-baik saja tuan!" tanya El lagi, raut wajah khawatir yang terlihat jelas di wajah tampan El. Matanya menyipit, dan punggun tangannya menyentuh kening Dareen dengan lembut. Sungguh kekhawatiran yang tulus, yang El tunjukkan kepada Dareen, membuat Dareen merasa bersalah telah berlaku sedemikian rupa kepada El. Yang selama ini sudah melakukan banyak hal untuknya. Selalu ada dalam suka maupun duka. Selalu setia bersamanya. Bahkan saat orang-orang menganggap Dareen Danendra, putra sulung keluar Atmaja yang tidak berguna. El selalu ada bersamanya. Disaat kekasih yang ia cintai lebih memilih pria tua bangka yang kaya raya di bandingkan dengan dirinya. El pun selalu set
Harapan dan doa yang buruk dari orang yang buruk pula hatinya, tak mampu membuat doa yang ia panjatkan menjadi kenyataan. Setelah Daren berhasil menemukan sumber air yang membuat lelah dan dahaganya seketika hilang, Daren memberikan Zoya sebuah air yang ia bawa dengan tangannya sendiri.Sedikit demi sedikit. Walau berceceran dan selalu sedikit yang tersisa untuk di berikan kepada Zoya. Namun, Daren telah berhasil membuat Zoya sadar dari pingsannya yang cukup lama.'Uhuk! Uhuk!'Suara yang keluar dari tenggorokan Zoya, membuat Daren senang bukan main. "Kau sadar, Zoya?!" tanya Daren saat Zoya terbatuk. Matanya masih belum terbuka. Namun Daren sudah tak sabar untuk mengeluarkan suara dan bertanya bagaimana keadaannya.'Uhuk! Uhuk!'Zoya masih terbatuk.Daren menepuk-nepuk punggung Zoya sambil mengelusnya perlahan. "Kau tidak apa?" tanya Daren. "Ayolah, jawab aku. Aku begitu mengkhawatirkan dirimu!" lanjutnya berucap.Perlahan-lahan, kesadaran Zoya mulai kembali. Matanya pun mulai ter
Jatuh dan tergelincir, sudah tidak Daren rasakan lagi betapa kaget dan sakitnya seluruh badan. Demi bisa sampai ke tempat tujuan, Daren memaksakan diri menyusuri jalanan menurun yang akan membawanya ke tepian sungai."Jika bukan karena dahagaku, aku tidak akan mau berjalan sambil menggendong gadis ini. Walau dia tidak berat, tapi dia cukup menyusahkan langkahku," gerutunya setelah ia terjatuh dan bangkit lagi dengan tangannya sendiri.Daren mengeluh, ia menggerutu. Namun, hanya di mulut saja. Hatinya benar-benar ikhlas melakukan itu semua, demi dahaganya yang harus segera di aliri air, juga demi kesadaran Zoya. Tanah dan lumpur mengotori hampir seluruh tubuh Daren. Seakan tak ingin tertinggal, wajahnya pun ikut merasakan bagaimana rasanya terkena lumpur saat Daren mengusap keringat yang bercucuran dari kening hingga ke pipinya.Daren tak peduli, setelah ketemu sungai nanti, ia sudah berjanji akan membersihkan diri. "Hei, apa kau tidak kasihan padaku? Lihat aku, aku kelelahan. Aku k
"El! El! Dimana kau? Cepat bantu aku!" teriak Daren saat ia dengan susah payah sudah berhasil melewati jurang curam yang membuat Zoya terjatuh dan tak sadarkan diri, dengan melewati dan mencari jalan lain.Tidak ada tanggapan dan jawaban dari sosok yang Daren panggil. Matahari sudah mulai meninggi, Daren mulai dehidrasi, apalagi dengan gadis yang ada di pangkuannya saat ini, sudah pasti, kondisi gadis itu jauh lebih buruk dari kondisi Daren yang masih bisa mengangkat beban tubuh Zoya. "Bertahanlah! Kau pasti bisa!" ucap Daren menyemangati Zoya yang masih tak sadarkan diri. Perjalanan cukup jauh, hingga saat ini, Daren baru menemukan jalan di mana ia dan El berpisah subuh tadi."El...." teriak Daren kembali. Kali ini, teriakannya begitu nyaring, hingga tenggorokan Daren terasa kering. "El...." Jika kali ini El tidak mendengar teriakan Daren. Maka sudahlah, jangan harapkan Daren bisa berteriak kembali, karena kerongkongannya setelah berteriak, kini terasa benar-benar kering."Ah, ten
"Uh..., Kalajengking sialan!" umpat Daren saat dirinya sudah berhasil menuruni tanah yang terjal tersebut. Dilihatnya tangannya sendiri yang terasa sangat perih dan gatal. Dan ternyata, tangannya membengkak dan memerah. Mungkin, itu adalah efek dari gigitan kalajengking tadi.Kembali Daren memfokuskan dirinya pada pencariannya pada Zoya yang sampai saat ini masih belum ia temukan."Zoya..." Teriak Daren begitu kencang dan menggelegar. Hingga para hewan kecil keluar dari persembunyiannya."Hei Zoya! Dimana kau gadis bodoh?" Teriaknya lagi dan masih belum mendapatkan jawaban. Lalu, pandangannya tertuju pada sesosok tubuh yang tergeletak tak berdaya dengan tubuh penuh tanah dan luka.Zoya, gadis itu terkapar diantara pohon beringin besar dan daun daun yang sudah mengering."Zoya!" Secepat kilat Daren menghampiri Zoya yang tengah terkapar tak sadarkan diri.
Doa kembali Zoya panjatkan pada Tuhan, sang pencipta alam dan segala isinya. Ia berdoa agar siapapun bisa menemukannya dengan segera. Kakinya sudah tak mampu lagi menopang tubuh, di tambah dengan tangannya yang ternyata masih mengeluarkan sisa-sisa darah dari injakan kaki Mayra tadi. "Ya Tuhan, aku mohon... Siapapun tolong aku. Aku akan menikahinya jika dia adalah seorang laki-laki. Tapi, setelah aku lulus sekolah. Dan akan aku jadikan dia saudara, jika dia adalah seorang perempuan," ujar Zoya pasrah. Gadis itu membuat janji dengan Tuhan sesuka hatinya, tanpa memikirkan bagaimana nasib kedepannya. Tentang masa depannya, tentang bagaimana menjalaninya. Akankah ada yang akan datang membantunya atau bahkan tidak. Mengingat ini adalah hutan, dan Zoya hanya sendirian di sana. "Tapi, apakah yang menolongku itu akan mau, jika yang akan dinikahinya atau di jadikan saudaranya adalah seorang gadis miskin yang waj
"Apa kubilang El! Kau memang bodoh! Kenapa kau melarang ku menyusul mereka tadi hah!" Daren geram. Di cengkeramnya kerah baju El dengan sangat kuat, hingga buku-buku tangan Daren terlihat memutih, saking geramnya. "Maafkan saya Tuan!" tunduk El. El sama sekali tidak berani menegakkan kepalanya, apalagi menatap mata Daren, atas apa yang El katakan padanya. "Maaf kau bilang? Beraninya kau meminta maaf setelah mengabaikan perasaanku tadi," dihempaskan pula dengan kencang baju El. Pria tampan berambut hitam pekat itu seketika terbatuk, saat Daren melepaskan cengkraman tangannya. "Apa dengan meminta maaf, semua akan kembali?" Sedangkan Delia dan Delina, serta Gio dan teman sekelompoknya. Mereka semua berdiam mematung setelah menceritakan jika Zoya menghilang dan terpisah dari rombongan. Apalagi saat melihat reaksi Daren yang ternyata di luar dugaan. Sangat marah saat mengetahuinya. Mereka semua tidak ada yang bera
"Eh, apa ada yang melihat kak Zoya?" tanya Delia yang baru saja menyadari jika Zoya sedari tadi tidak bersamanya. Semua orang memandang ke arah Delia. Lalu saling pandang satu sama lain. "Bukankah Zoya selalu bersama Anda, Nona?" ujar Gio membalikkan pertanyaan pada Delia. Delia menggeleng, "memang! Tapi setelah teriakan itu, aku langsung berlari mengikuti kalian, dan melepaskan peganganku dari tangan kak Zoya," jawab Delia sedikit gemetar. Lalu ia alihkan pandangannya pada Delina yang nampak acuh tak acuh dengan ketidakadaannya Zoya di dalam rombongan mereka. "Kenapa kau melihatku?" tanya Delina sinis, "aku memang tidak menyukainya. Tapi aku tidak melakukan apa-apa. Aku juga tidak tahu kalau dia tidak bersama kita!" sambungnya dengan penuh penekanan. Dan Delina berkata jujur apa adanya. Tanpa ada yang dia sembunyikan. "Bagaimana ini kak Gio, kak Andi?" reng
Zoya berjalan mundur beberapa langkah, "jangan kau pikir aku ini bodoh Mayra! Apa yang kau rencanakan padaku hah?" tanya Zoya tanpa basa-basi. Mayra tertawa, sedang Zoya mengerutkan keningnya. "Kenapa kak? Apa kau takut kakak!" tanya Mayra dengan menekankan perkataannya. Membuat Zoya yakni jika Mayra memang sedang merencanakan sesuatu yang buruk padanya. "Ma-mau apa kau Mayra?" tanya Zoya bergetar. Mayra terus berjalan perlahan mendekatinya. Semakin dekat, dan terus mendekat. Sedangkan Zoya, gadis itu juga terus berjalan mundur menjauhi Mayra. Nyali Zoya semakin menciut kala melihat wajah Mayra yang terlihat seperti seorang pembunuh kala mengeluarkan tawanya. Walaupun Zoya tau, jika Mayra adalah adiknya sendiri. Tapi kenapa? Kenapa Mayra ingin berbuat jahat padanya? Pikir Zoya. "Ak-aku mohon Mayra! Apa yang akan kau lakukan padaku? Aku ini kakakmu, kau adikku. Kita ini bersaudara Mayra!" ujar
"Kau gila El! Kenapa aku tidak boleh ikut bersama mereka hah?" ungkap Daren setelah kepergian para anggota perkemahan. "Karena mereka akan merasa tidak nyaman saat bersama Anda Tuan!" jawab El tanpa basa-basi. Tuannya itu sedari tadi terus mengomelinya karena El tidak menyarankannya untuk mengikuti mereka. "Ah!" Daren frustasi. Pria tampan penuh kharismatik itu menjambak rambutnya sendiri karena kesal dengan jawaban El. *** "Kak Zoya? Aku takut!" rengek Delia sambil menggandeng lengan Zoya erat. "Tenanglah Nona. Tidak akan ada apa-apa di sini!" ujar Zoya menenangkan. Gadis itupun akhirnya sedikit lebih tenang. Walaupun tangannya masih enggan untuk melepaskan lengan Zoya. Menempel terus seperti lem. "Delia, kenapa kau terus menempel padanya?" tanya Delina dengan nada kesal. Namun, yang di tanya terlihat enggan untuk menjawab