"Apa aku salah bicara?" batin Zoya dengan tangan yang langsung membungkam mulut rombeng nya.
"Beraninya kau mengataiku bocah bodoh!" geram Dareen dengan mengepalkan tangannya.
"Ma-maafkan saya Tuan. Mulut saya yang salah. Mulut saya yang lancang. Mulut saya benar-benar minta maaf sedalam-dalamnya, Tuan!" kata Zoya bersungguh-sungguh. Namun itu mengundang gelak tawa bagi semua yang berada di sana.
"Hufttt... Hahaha!"
Awalnya semua orang menahan tawa. Namun akhirnya mereka meledakkan tawanya karena sudah tidak kuat lagi dengan apa yang baru saja mereka dengar dari mulut Zoya.
"Kenapa mereka tertawa?" tanya Zoya dalam hati.
"Hahaha! Kak Dareen, kakak menemukan pembantu seperti Zoya di mana?" Delina meledakkan tawanya saat menatap Zoya. Begitu pun dengan Delia, yang ikut tertawa bersama eyang mereka tanpa banyak bicara bahkan bertanya.
"Diam D
"Diam kamu! Ibu benar-benar tidak menyangka. Kamu adalah seorang wanita murahan! Menjijikkan!" Ibu memandang Zoya dengan pandangan mata merendahkan. Deg! Semakin sakit hati Zoya mendengarnya. Apakah Zoya harus diam saja? "Cukup Bu!" kata Zoya menegangkat sebelah tangannya ke atas, berharap jika ibu mau mendengarkan penjelasannya sekali saja. "Sudah berani kamu ya?" kata ibu yang hendak melayangkan kembali tangannya untuk menampar Zoya. Namun kali ini, Zoya tidak diam saja. Ia menahan gerakan tangan ibu dengan sebelah tangannya. Sekeliling matanya memerah, dengan manik yang memancarkan semua amarah serta rasa kecewanya. Seketika ibu terdiam. Ia menatap Zoya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa seorang Zoya yang biasa tertindas, kini menjadi Zoya yang bisa membela serta bertahan diri. "Lepaskan tangan ibu Zoya!" hardik Mayra dengan sorot mata tajam, me
"Nak, apa yang kamu lakukan nak?" ucap ibu setelah Zoya menghempaskan nya dengan begitu kasar. "Apa yang aku lakukan?" Kata Zoya mengulangi ucapan ibunya. Byurrr! "Ini yang aku lakukan!" kata Zoya sambil mengguyur ibu dan mayra dengan satu ember air bekas cucian baju. "Hufffft...," Ibu dan Mayra mengerjapkan mata mereka berkali-kali sambil mengusap usap wajahnya. Hahaha Tawa jahat terdengar lagi di telinga ibu dan Mayra. Dan tawa itu berasal dari mulut dan pita suara milik Zoya. Ibu dan Mayra menatap ngeri Zoya. Rasa takut telah menjalari seluruh tubuh ibu dan Mayra. Bagaimana mungkin seorang Zoya yang lemah dan mudah tertindas, bisa berubah menjadi Zoya yang kejam dan menakutkan. Pikir ibu dan anak itu. Byyrrr!!! Lagi dan lagi Zoya terus mengguyur ibu dan Mayra, hingga keduanya basah kuyup dan kedinginan. Namun Zoya tetap melakuka
"Apakah serendah itu anda memandang Zoya Tuan!" kata El yang menunjukkan raut wajah ketidaksukaan saat Dareen kembali menghina harga diri seorang Zoya."Cih! Kau membelanya. Kau menyukainya El? Kau mempunyai perasaan berlebih kepada bocah bodoh itu? Kenapa kau sampai sebegitunya membela dia? Kau tertarik padanya?" ujar El dengan pertanyaan yang bertubi-tubi, "jawab aku bodoh! Kau menyukainya kan?" lanjut Dareen dengan suara meninggi."Apa yang anda katakan tuan?" El mengalihkan pandangannya, menatap ke arah langit yang berisikan bulan bintang, yang cahayanya redup karena terhalang awan hitam."Jawab saja pertanyaanku! Kau menyukai gadis bodoh itu bukan?" tanya El dengan nada meninggi. Emosinya sudah tak terbendung lagi saat menyangkut soal wanita bernama Zoya."Entahlah tuan. Saya merasakan hal yang berbeda terhadap Zoya," jawab El dengan hati yang jujur, "saya seperti sudahengenal Zoya untuk waktu y
Masih ingat dalam ingatan, bagaimana sosok El mencoba untuk membujuk serta menghibur dirinya."Bukankah bagus tuan! Anda mengetahui kelakuan wanita itu bersama sahabat anda!" ujar El dengan helaan napas yang terdengar jelas."Apa maksudmu El? Pria tua bangka itu bukanlah sahabatku. Dia sahabat mendiang ayahku!" balas Dareen yang tidak terima jika pria tua bangka yang akan menikahi kekasihnya itu di sebut sebagai sahabatnya."Maafkan saya tuan. Tapi wanita itu sudah menunjukkan wajah aslinya di depan anda. Dia bukan wanita baik-baik tuan. Dia hanya wanita yang mengincar harta. Dia melakukan segala sesuatu dengan tujuan harta. Dia juga menikahi tuan Mathew pasti karena harta. Tuan Mathew itu pemilik perusahaan terbesar ke dua di Indonesia. Laura tidak pantas untuk mendapatkan cibci tulus dari anda," kata El menjelaskan semuanya tentang Laura. Wanita busuk yang menjelma menjadi wanita cantik yang sangat di kagumi oleh para
"Apalagi tuan? Anda membutuhkan apalagi. Biar saya ambilkan!" tanya El. "Sial! Dasar bodoh! Aku harus menyuruh apa lagi kepada El. Semuanya sudah dia ambilkan. Lalu apalagi sekarang?" batin Dareen menggerutu. Merasa kebingungan dengan dirinya sendiri. "Apa anda baik-baik saja tuan!" tanya El lagi, raut wajah khawatir yang terlihat jelas di wajah tampan El. Matanya menyipit, dan punggun tangannya menyentuh kening Dareen dengan lembut. Sungguh kekhawatiran yang tulus, yang El tunjukkan kepada Dareen, membuat Dareen merasa bersalah telah berlaku sedemikian rupa kepada El. Yang selama ini sudah melakukan banyak hal untuknya. Selalu ada dalam suka maupun duka. Selalu setia bersamanya. Bahkan saat orang-orang menganggap Dareen Danendra, putra sulung keluar Atmaja yang tidak berguna. El selalu ada bersamanya. Disaat kekasih yang ia cintai lebih memilih pria tua bangka yang kaya raya di bandingkan dengan dirinya. El pun selalu set
"Apa yang kau katakan El? Aku baik-baik saja, aku tidak kenapa-kenapa. Aku sehat-sehat saja. Aku hanya lelah, dan butuh istirahat, karena semalam aku tidak cukup tidur!" jawab Zoya panjang lebar, sama seperti pertanyaan El yang panjang lebar, "kenapa kau tiba-tiba saja bertanya seperti itu El? Apa kau mengkhawatirkan aku?" lanjut Zoya seraya bertanya dan mengedipkan sebelah matanya dengan senyum yang terukir di bibirnya."Hah! Sudahlah, lupakan saja!" kata El yang terlihat salah tingkah. Ia pun berjalan menyusul Dareen menuju ruang makan. Dan di susul oleh Zoya dengan perasaan yang sedikit lebih lega. Karena ia merasa, masih ada orang yang memperhatikannya.***"Kak?" panggil Delina."Hmm...,""Apa..., Emh...," ucap Delina ragu-ragu."Katakan!" ujar Dareen menghentikan sejenak sarapannya. Menatap Delina dengan mata menyelidik. Lalu mengalihkan pandangan
"Zoya!" gumam El dengan bingung. Bagaimana bisa Zoya berada di sini, di samping mobil Dareen. Bukankah tadi Zoya meminta ijin untuk pergi ke kamar mandi. Kenapa sekarang dia sudah berada di sini. Pikir El kemudian."Kau!" ucap Dareen sambil menoyor kepala Zoya hingga membuat Zoya membuka matanya dengan terpaksa, "sedang apa kau berada di samping mobilku?" tanya Dareen kemudian."Sa-saya. Apa yang saya lakukan?" balas Zoya dengan membalikkan pertanyaan pada Dareen. Ternyata Zoya masih belum sadar sepenuhnya."Aku yang bertanya padamu! Kenapa kau membalikkan pertanyaan kepadaku?" heran Dareen dengan gadis yang satu ini."Maafkan saya Tuan!" balas Zoya saat kesadarannya mulai pulih.
"Tidak ada Tuan! Saya hanya memberitahu anda soal anak laki-laki yang merangkul bahu Zoya!" ujar El dengan memperhatikan wajah Dareen dari depan kaca spion."Jalan!" suruh Dareen dengan nada sedikit ketus. Dareen memikirkan saat bahu Zoya di rangkul oleh seorang anak laki-laki dengan begitu akrabnya. Bagaimana bisa? Pikir Dareen."Baik tuan!" sahut El dengan terus memperhatikan wajah Dareen sampai El menjalankan laju mobilnya."Hah!" terdengar hembusan napas kasar dari mulut Dareen. Apakah Dareen sedang memikirkan Zoya? "tidak! Memangnya apa urusan gadis bodoh itu denganku? Aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh gadis bodoh itu di luar jam kerjanya bersamaku!" batin Dareen, bergumam tidak jelas, memikirkan tentang Zoya yang akhir-akhir ini mengusik pikirannya."Apakah anda sedang memikirkan Zoya tuan! Aku harap begitu. Semoga saja tuan bisa melupakan kisah masa lalu tuan bersama