All Chapters of Kekasihku Berengsek: Chapter 51 - Chapter 60

67 Chapters

Kabar Duka

KABAR DUKATiga hari yang lalu, Mbah memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk kesembuhan Shaina. Itu adalah keyakinan yang sungguh luar biasa. Mbha tak kenal Lelah merawat Shaina hingga bisa melakukan aktifitas seperti sedia kala. Shaina berangsur-angsur dapat berdamai dengan masalah penyesalan dirinya karena kematian tragis yang dialami Shinta, sahabatnya. Bahkan saat pihak kepolisian melakukan investigasi mengenai kematian Shinta. Shaina hadir menjadi saksi. Juga Shaina ikut membantu saat pihak kepolisian membongkar kuburan dari jenazah Shinta. Ia sudah bisa melewati fase berdamai dengan trauma yang ia alami.***Satu hari setelah kejadian autopsi mayat Shinta. Shaina membuat janji untuk bertemu dengan marselina di sebuah tempat hiburan di dekat pusat kota. Mereka bertemu sesaat setelah Shaina tiba di lokasi pertemuan. Mereka ngobrol Panjang lebar mengenai banyak hal. Mereka tertawa bersama, Ketika membicarakan Reza. Pacar dari Marselina. “Bagaimana mungkin, R
Read more

Mengidap

KAMBUH Setibanya di rumah, Shaina terperanjat. Setelah melihat emandangan yang tidak biasanya di rumah. Ketika itu rumah Shaina sudah dikerumuni oleh banyak orang. Orang—orang yang ada di sana menggunakan pakaian serba hitam. Pikiran dari Shaina mulai berkecamuk Ketika ia tahu bahwa yang meninggal adalah Ayahnya. Salah satu orang yang sangat disayangi Shaina. “Ayah kenapa bu?” Tanya Shaina kepada ibunya yang sedang duduk di atas permadani untuk membacakan doa kepada mendiang suaminya tersebut.***Meninggalnya Ayah dari Shaina yang tiba-tiba, membuat ibu masih tidak percaya kalau suami tercintanya itu sudah tiada. Padahal malam sebelum kejadian, pasangan suami istri itu masih makan bersama. Bahkan masih sempat mengobrol sebentar, sebelum kemudian pergi tidur.Bahkan seminggu belakangan, tak ada perubahan atau tanda-tanda sakit dari Ayah Shaina. Tidak demam, bahkan flu pun tidak. Kejadian yang mendadak itu jelas membuat Ibu Shaina menjadi terpukul. Seolah-olah kejadi
Read more

Ibu

IBU***Jauh sebelum duka mendalam kehilangan suami tercinta. Ibu membantu suami tercintanya itu mencari nafkah. Semenjak suaminya berhenti bekerja, memang ibu kerap membantu mencukupi kebutuhan ekonomi. Mulai dari menjadi buruh cuci, hingga asisten rumah tangga paruh waktu.Apalagi setelah mereka kehilangan rumah warisan akibat hutang yang dimiliki Shaina. Kehidupan mereka semakin terperosok. Saat itu, mereka juga baru membeli rumah baru sehabis menjual rumah warisan, namun tak berselang lama. Rumah baru itu juga harus mereka jual untuk menutupi bunga dari hutang Shaina yang sudah membengkak.Seperti kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Semenjak mereka menjual rumah baru itu, Kesehatan suaminya mulai menurun setiap harinya. Jadi semua tanggung jawab menafkahi keluarga mau tidak mau harus diemban oleh Ibu seorang. Menjadi buruh cuci dan asisten rumah tangga paruh waktu hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan mereka berdua sehari-hari. Uang yang mereka hasilkan t
Read more

Kenangan Ibu

KENANGAN IBU“Bu, Ayah kenapa meninggal bu?” Kejar Shaina. Suaranya meraung memenuhi ruangan. Disambut oleh isak tangis keluarga, juga kerabat terdekat. termasuk nenek yang datang jauh-jauh menemani Shaina. “Ayah, maafkan Shaina. Shaina hanya bisa menyusahkan keluarga sampai saat ini. Shaina belum bisa membahagiakan Ayah. Bahkan hingga saat ini. Yah bangun Yah. Shaina pulang.” Rengek Shaina di dekat jenazah Ayahnya. ***Di sisi lain, Ibu yang juga turut ada di sisi Shaina. Hanya dapat tertunduk lesu melihat. Tubuh suami tercintanya terbujur kaku, dengan wajah pucat. Ibu tak bisa berkata apa-apa, hanya air mata yang terus mengalir membasahi kedua pipinya yang memerah. Bahkan sampai mendiang suaminya itu di masukkan ke liang lahat, ekspresi Ibu juga tak berubah. Lemas, tatapannya kosong, hanya air mata yang mengalir di kedua pipinya yang bisa memberikan gambaran betapa Ibu sangat terpukul. Sepulang dari tanah makam, Ibu masih juga terlihat murung. Makan tak mau, minum j
Read more

Ibu Sakit Nak

IBU SAKIT NAK“Masuk Nak.” Ucap Ibu dari dalam kamar. Tak lama kemudian Shaina masuk ke dalam kamar Ibunya itu. Ia menangis sejadi-jadinya. Meminta maaf karena selama ini sudah menyusahkan keluarganya. Jadi di ruang yang berukuran 3x5 meter itu, semua hal yang menumpuk dipikiran Shaina tumpah ruah. Sambil bersimpuh di pangkuan Ibunya itu, Shaina menyalahkan dirinya karena ulahnya Ibu harus menjual rumah warisan keluarga. Melihat anak tercintanya itu menangis membuat Ibu juga tak bisa lagi membendung air matanya. Meski anak tercintanya itu belakangan cukup membuat repot keluarga, namun bagaimanapun Ibu akan selalu mencintai dan menyanyanginya. “Tidak apa-apa nak. Semua sudah terjadi.” Ujar Ibu.Seminggu telah berlalu, keluarga Shaina juga sudah melakukan aktifitasnya masing-masing. Sambil menunggu semester baru dikampus Shaina, lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Mbah juga menetap di sini untuk beberapa waktu menemani menantu dan cucu tercintanya itu. selagi Ibu bekerja me
Read more

Ibu berpulang

IBU BERPULANGJalan pintas yang diambil Ibu dengan menjual salah satu ginjalnya berakibat buruk untuk Kesehatan Ibu. Meski masih dapat hidup hanya dengan mengandalkan satu ginjal, namun kemungkinan besar berisiko ikut terkena sakit ginjal yang parah dikemudian hari. Memang fenomena orang menjual ginjal sering terjadi di negara berkembang karena faktor himpitan ekonomi. Bahkan Ketika itu di sebuah rumah sakit tempat Ibu operasi pengambilan ginjal. Tertera juga nama salah seorang gadis muda yang ikut melakukan transaksi menjual ginjalnya. Yang lebih miris lagi adalah beredar kabar gadis tersebut sampai memasang iklan. Fenomena jual-beli ginjal ini ternyata dianggap sebagai salah satu perbuatan illegal oleh pemerintah. Padahal memiliki satu ginjal tidak sama dengan dua ginjal, dan ini terjadi. Apa yang dialami oleh Ibu setelah ia menjual ginjalnya adalah fungsi ginjal yang tersisa kurang dapat berkerja dengan optimal. Darah yang mengalir di tubuh Ibu tidak bisa disaring den
Read more

Terjatuh

TERJATUHPagi itu. kondisi Kesehatan Ibu semakin buruk. Namun Ibu memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidurnya. Ia harus bekerja. Namun, semakin ibu berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Ia merasa seperti tidak memiliki tenaga. Hampir setengah jam ia berusaha untuk bangun. “Shaina. Nak tolong bantu bangunkan Ibu nak.” Ujar Ibu dengan suara parau. Tak lama kemudian Shaina tiba di kamar ibu, karena mendengar Ibu memanggil. “Kalau Ibu sakit, Ibu istirahat saja. Tidak perlu bekerja hari ini.” Ujar Shaina meminta Ibunya untuk tidak bekerja hari ini. Tapi Ibu tetap bersikeras untuk tetap bekerja. Karena sepeninggalan suaminya, menurut pandangan Ibu beban tanggung jawab jatuh kepadanya.Dengan tertatih-tatih Ibu berhasil bangun dari tempat tidurnya, kemudian ia mencoba berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Namun baru berjalan beberapa Langkah tiba-tiba badannya terasa lemas sekali dan Ibu seperti akan ambruk ke lantai. Namun karena Shain
Read more

Berdekatan

BERDEKATAN“Mbah. Ibu Mbah.” Ungkap Shaina kepada Neneknya tersebut. Nada suaranya terbata-bata Ketika berkomunikasi dengan Mbah melalui sambungan telepon genggamnya. “Kenapa Ibumu?” Tanya Mbah penasaran. Kemudian Shaina menceritakan keseluruhan cerita yang terjadi.“Jadi Mbah, ternyata selama ini. Ibu… Ibu… telah menjual ginjalnya Mbah.” Ujar Shaina. Dokter mengatakan kepada Shaina setelah jenazah Ibu di autopsi di salah satu rumah sakit swasta yang berada di bilangan Ibukota. Kemudian Shaina menceritakan lebih lanjut mengenai Ibu. Rupa-rupanya Ibu menjual ginjalnya untuk mempersiapkan tabungan Shaina di masa depan. Sebab di bupet dekat Kasur yang biasanya Ibu gunakan untuk tidur. Shaina menemukan sebuah rekening yang didalamnya terdapat sejumlah uang sekitar satu setengah miliar rupiah. Maka dari itu, tubuh Ibu kian hari kesehatannya kian memburuk. Ibu menjadi tidak kuat bekerja terlalu lama. Sebab Ibu mudah sekali capai.Hampir tiga jam Shaina dan Mbah berkomunikasi mela
Read more

Cerai

CERAI“Apa aku harus melakukan itu?” Pikir Ayah dalam hati. menurut pemikiran Ayah, apakah dengan cara melakukan hal itu, Ayah akan bisa langsung memiliki seorang anak. Lalu jika tidak berhasil juga, apakah harus berpisah lagi dan menikah lagi. Kalau seperti itu. sama saja dengan tidak memberikan solusi, itu hanya akan menambah-nambah masalah saja.Tapi menurut Mbah, semua keputusan ada di tangan kami. “Coba kaliain pikirkan saja dulu. Barangkali dapat membantu.” Lanjut Mbah memberikan masukan kepada anak dan menantunya itu. menurut Ayah, kenapa keluarga kecilnya ini mendapat cobaan yang sangat berat seperti ini. Kami harus menunggu dan terus menunggu untuk bisa memiliki seorang anak. Padahal diluar sana pasangan yang tidak menikah tapi mereka malah dikaruniai seorang anak. “Kenapa cobaan yang kau berikan sangat berat?” Pikir Ayah dengan putus asa. Di kamar, Ayah dan Ibu bertengkar hebat malam itu. “Kenapa kamu berbohong
Read more

Bertengkar hebat

SEBELUM SHAINA LAHIRSetelah pertengkaran hebat kala itu. suasana di rumah itu masih sama. Sudah lebih dari seminggu sunyi gemar menaungi rumah tersebut. Ketika itu, Mbah pamit untuk pulang ke kampung halaman. Karena masih ada yang harus diurus di sana. Jadi pagi-pagi sekali Ayah mengantar si Mbok menuju stasiun kereta Api. “Kamu baik-baik ya. Ingat pesan si Mbok.” Ujar si Mbok kemudian sembari memberikan sedikit nasihat kepada anak laki-lakinya tersebut.Malam harinya sehabis pulang bekerja, Ayah tiba di rumah. Namun, tidak seperti awal-awal Ketika mereka menikah yang selalu disambut senyum Ketika ayah tiba dirumah, dan membuat lelahnya hilang seketika itu juga. Kini tak ada lagi ucapan selamat datang dari istri tercintanya itu. Semenjak mereka menginginkan seorang anak. Kehidupan rumah tangga mereka selalu saja dihiasi dengan pertengkaran.Di saat Ayah masuk kedalam kamar, ia menemukan istrinya itu tengah cemberut. “Suami baru pulang bukann
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status