IBU BERPULANG
Jalan pintas yang diambil Ibu dengan menjual salah satu ginjalnya berakibat buruk untuk Kesehatan Ibu. Meski masih dapat hidup hanya dengan mengandalkan satu ginjal, namun kemungkinan besar berisiko ikut terkena sakit ginjal yang parah dikemudian hari. Memang fenomena orang menjual ginjal sering terjadi di negara berkembang karena faktor himpitan ekonomi. Bahkan Ketika itu di sebuah rumah sakit tempat Ibu operasi pengambilan ginjal. Tertera juga nama salah seorang gadis muda yang ikut melakukan transaksi menjual ginjalnya. Yang lebih miris lagi adalah beredar kabar gadis tersebut sampai memasang iklan. Fenomena jual-beli ginjal ini ternyata dianggap sebagai salah satu perbuatan illegal oleh pemerintah. Padahal memiliki satu ginjal tidak sama dengan dua ginjal, dan ini terjadi. Apa yang dialami oleh Ibu setelah ia menjual ginjalnya adalah fungsi ginjal yang tersisa kurang dapat berkerja dengan optimal. Darah yang mengalir di tubuh Ibu tidak bisa disaring denTERJATUHPagi itu. kondisi Kesehatan Ibu semakin buruk. Namun Ibu memaksakan diri untuk bangun dari tempat tidurnya. Ia harus bekerja. Namun, semakin ibu berusaha untuk bangun dari tempat tidur. Ia merasa seperti tidak memiliki tenaga. Hampir setengah jam ia berusaha untuk bangun. “Shaina. Nak tolong bantu bangunkan Ibu nak.” Ujar Ibu dengan suara parau. Tak lama kemudian Shaina tiba di kamar ibu, karena mendengar Ibu memanggil. “Kalau Ibu sakit, Ibu istirahat saja. Tidak perlu bekerja hari ini.” Ujar Shaina meminta Ibunya untuk tidak bekerja hari ini. Tapi Ibu tetap bersikeras untuk tetap bekerja. Karena sepeninggalan suaminya, menurut pandangan Ibu beban tanggung jawab jatuh kepadanya.Dengan tertatih-tatih Ibu berhasil bangun dari tempat tidurnya, kemudian ia mencoba berjalan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Namun baru berjalan beberapa Langkah tiba-tiba badannya terasa lemas sekali dan Ibu seperti akan ambruk ke lantai. Namun karena Shain
BERDEKATAN“Mbah. Ibu Mbah.” Ungkap Shaina kepada Neneknya tersebut. Nada suaranya terbata-bata Ketika berkomunikasi dengan Mbah melalui sambungan telepon genggamnya. “Kenapa Ibumu?” Tanya Mbah penasaran. Kemudian Shaina menceritakan keseluruhan cerita yang terjadi.“Jadi Mbah, ternyata selama ini. Ibu… Ibu… telah menjual ginjalnya Mbah.” Ujar Shaina. Dokter mengatakan kepada Shaina setelah jenazah Ibu di autopsi di salah satu rumah sakit swasta yang berada di bilangan Ibukota. Kemudian Shaina menceritakan lebih lanjut mengenai Ibu. Rupa-rupanya Ibu menjual ginjalnya untuk mempersiapkan tabungan Shaina di masa depan. Sebab di bupet dekat Kasur yang biasanya Ibu gunakan untuk tidur. Shaina menemukan sebuah rekening yang didalamnya terdapat sejumlah uang sekitar satu setengah miliar rupiah. Maka dari itu, tubuh Ibu kian hari kesehatannya kian memburuk. Ibu menjadi tidak kuat bekerja terlalu lama. Sebab Ibu mudah sekali capai.Hampir tiga jam Shaina dan Mbah berkomunikasi mela
CERAI“Apa aku harus melakukan itu?” Pikir Ayah dalam hati. menurut pemikiran Ayah, apakah dengan cara melakukan hal itu, Ayah akan bisa langsung memiliki seorang anak. Lalu jika tidak berhasil juga, apakah harus berpisah lagi dan menikah lagi. Kalau seperti itu. sama saja dengan tidak memberikan solusi, itu hanya akan menambah-nambah masalah saja.Tapi menurut Mbah, semua keputusan ada di tangan kami. “Coba kaliain pikirkan saja dulu. Barangkali dapat membantu.” Lanjut Mbah memberikan masukan kepada anak dan menantunya itu. menurut Ayah, kenapa keluarga kecilnya ini mendapat cobaan yang sangat berat seperti ini. Kami harus menunggu dan terus menunggu untuk bisa memiliki seorang anak. Padahal diluar sana pasangan yang tidak menikah tapi mereka malah dikaruniai seorang anak. “Kenapa cobaan yang kau berikan sangat berat?” Pikir Ayah dengan putus asa.Di kamar, Ayah dan Ibu bertengkar hebat malam itu. “Kenapa kamu berbohong
SEBELUM SHAINA LAHIRSetelah pertengkaran hebat kala itu. suasana di rumah itu masih sama. Sudah lebih dari seminggu sunyi gemar menaungi rumah tersebut. Ketika itu, Mbah pamit untuk pulang ke kampung halaman. Karena masih ada yang harus diurus di sana. Jadi pagi-pagi sekali Ayah mengantar si Mbok menuju stasiun kereta Api. “Kamu baik-baik ya. Ingat pesan si Mbok.” Ujar si Mbok kemudian sembari memberikan sedikit nasihat kepada anak laki-lakinya tersebut.Malam harinya sehabis pulang bekerja, Ayah tiba di rumah. Namun, tidak seperti awal-awal Ketika mereka menikah yang selalu disambut senyum Ketika ayah tiba dirumah, dan membuat lelahnya hilang seketika itu juga. Kini tak ada lagi ucapan selamat datang dari istri tercintanya itu. Semenjak mereka menginginkan seorang anak. Kehidupan rumah tangga mereka selalu saja dihiasi dengan pertengkaran.Di saat Ayah masuk kedalam kamar, ia menemukan istrinya itu tengah cemberut. “Suami baru pulang bukann
SHAINA LAHIRDua bulan berlalu seperti sedia kala. Namun, memasuki awal bulan September Ayah mendapati Ibu sering sekali mual-mual. Entah itu sehabis makan, atau sedang melakukan aktifitas lainnya. Hal itu berlangsung lebih dari dua minggu. Pada mulanya, menurut Ibu hanya sebatas kurang enak badan. Namun lama kelamaan Ayah mulai curiga dengan keadaan itu. jadi untuk mencegah hal yang buruk terjadi, Ayah mengajak Ibu untuk memeriksa kondisi kesehatannya ke rumah sakit. Dugaan Ayah kemudian terbukti. “Mas, aku hamil.” Ujar Ibu dengan perasaan ceria.Dari minggu pertama hingga minggu ke tiga belas menurut dokter yang memeriksa kondisi Ibu saat itu, Ibu harus menjaga pola makan. kemudian Ibu juga dilarang untuk melakukan aktifiitas yang berlebihan. Karena menurut dokter juga, janin yang Ibu kandung Ketika itu disebut sebagai “Anak mahal”. Jadi untuk mengurangi resiko kegugurannya, Ibu harus mengontrol pola makan dan kesehatannya.
BAB. STASIUN Bagian IITepat Ketika matahari sepenggalah tingginya. Sesosok laki-laki muda tengah menunggu sesorang di peron salah satu stasiun kereta api di Jakarta. Wajah laki-laki muda itu tampak sumringah. Seperti orang yang sudah lama menanti karena lama tidak bertemu. Setelah semua yang terjadi, Yudhis mendapat kabar bahwa Shaina akan pindah Kembali ke Ibu Kota. Untuk meneruskan kuliahnya yang sempat tertunda karena harus melunasi hutang kala itu. Namun sepertinya Shaina tidak berharap bertemu dengan Yudhis dalam waktu dekat.Yudhis sudah mengatur segala sesuatunya dengan begitu baik. Bahkan meminta bantuan kepada Ghai, dan sahabat-sahabatnya yang lain untuk memberikan kejutan kepada Shaina. Anya diberikan tugas untuk mengobrol dengan Shaina, lalu Ghai diberi tugas sebagai orang yang selalu sigap untuk diperintah kemana saja. “Yang benar saja Dhis, masa kamu suruh aku menjadi seperti babu.” Ungkap Ghai dengan nada mengeluh. “Tolonglah Ghai
BAB TAK BISA DIHUBUNGISebelum Yudhis menunggu di stasiun, satu hari sebelumnya Shaina sempat memberitahu Yudhis untuk menjemputnya. Sambil menanggung kecewa Yudhis segera keluar dari stasiun, terlihat pula Yudhis menggelengkan kepalanya. Lalu Yudhis mampir ke salah satu club malam yang ada di sana untuk sekadar menghilangkan kesedihannya. Yudhis memesan table untuk dirinya sendiri. Kemudian dua botol anggur dan tiga botol bir segera meluncur ke tempat yudhis. Sambil menunggu kabar yang tak kunjung datang dari Shaina, Yudhis menenggak minuman yang ada di mejanya, tak lama kemudian Yudhis tampak mulai mabuk. Salah seorang penari striptis yang ada di club malam dekat stasiun itu menghampiri yudhis. Meminta izin untuk duduk di dekat Yudhis, lantas kemudian mereka mulai berkenalan. Karena sedang mabuk Yudhis sekenanya menimpali obrolan dari penari striptis itu. Entah apa yang dibicarakan oleh penari itu Yudhis menanggapi dengan acuh tak acuh. Disamping itu jug
BAB BAGAS YUDHISTIRA GELISAHNyatanya Yudhis enggan untuk mendatangi kediaman orang tua Shaina. Karena Yudhis tahu bahwa kedua orang tua Shaina juga sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu Yudhis tidak mengikuti saran yang diberikan oleh teman-temannya. Yudhis menggerutu dalam hati ”Bua tapa aku ikuti saran mereka, toh mereka juga meninggalkan aku kemarin, di saat aku membutuhkan mereka.” Ungkap Yudhis. Sejurus kemudian pintu kamar Yudhis diketuk dari depan beberapa kali. Namun Yudhis tak juga menanggapi. “ini aku Dhis.” Ujar seseorang dari balik pintu. Suara yang tak asiing lagi di telinga Yudhis. Siapa lagi kalau bukan Anya. Salah satu teman yang cukup dekat dengan Yudhis. “Aku tahu kamu ada di dalam, cepat buka aku ada berita penting untukmu!” Ujar Shaina lagi dengan nada suara memaksa.***“Anya…” Kamu dari mana saja, dari tadi sehabis jam perkuliahan selesai aku mencarimu kemana-mana. Ujar wanita muda itu. Dengan nafas yang terengah-engah wanita muda