All Chapters of Kekasihku Berengsek: Chapter 11 - Chapter 20

67 Chapters

Prasangka

Sepulang dari rumah orang tua Shaina, Yudhis mampir ke kafetaria yang berada di dekat kampusnya. Di sana Yudhis segera duduk di kursi dan memanggil pramusaji. Yudhis memesan kopi. Sambil mencecap kopi yang sudah dihidangkan. Yudhis segera menghubungi Ghai, salah satu teman indekos untuk menemaninya. Sembari menunggu kedatangan Ghai, Yudhis mencoba menghubungi telepon genggam Shaina. Kring kring kring Yudhis gembira bukan main, “sambungannya masuk.”. kata Yudhis dalam hati. Terdengar suara lembut dari suatu tempat. “halo beb.”. suaranya terdengar renyah di telinga Yudhis. Tiba-tiba Jantung Yudhis deg degan untuk melepas rindu yang menggebu-gebu. Tak terasa sudah lebih dari dua jam mereka berbicara, juga melepas rindu. “Beb, aku sudah memutuskan untuk membantu meringankan bebanmu.”. ucap Shaina. Yudhis juga mengatakan bahwa dia tidak jadi untuk mengunjungi Shaina. Mendengar ucapan itu dari Yudhis membuat Shaina menjadi kecewa, sebab setelah be
Read more

Memutuskan

Setelah berbicara dengan Ghai, Yudhis memutuskan untuk bekerja paruh waktu demi membantu Shaina melunasi hutangnya. Dia membuka aplikasi yang memuat info lowongan pekerjaan. banyak sudah surat lamaran kerja yang Yudhis kirim. Satu bulan berlalu semenjak kekasihnya pindah ke luar kota. Yudhis pun mendapat panggilan interview di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pencari berita untuk bekerja paruh waktu. Sebagai seorang mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra, menjadi seorang pewarta bukan hal yang asing bagi Yudhis. Seminggu pertama Yudhis di sibukkan dengan tulisan-tulisan yang banyak di revisi oleh editor tempat Yudhis bekerja. Hubungannya dengan Shaina pun terbilang baik-baik saja. Di tempat Yudhis bekerja tak ada hal-hal menarik yang Yudhis lakukan, selain bekerja dan sesekali mengunjungi kediaman orang tua Shaina. Di sana Yudhis dan kedua orang tua Shaina banyak mengobrol dan bercerita. Yang menarik perhatian Yudhis kekita kedua orang tua Shaina menceritakan masa kecil Shaina
Read more

Semenjak kejadian itu

 Malam ini kamu jangan pulang dulu Shaina, kamu harus menemani Mr. Xiao. Dia akan sampai beberapa saat lagi. “ucap menejer restoran. Wajah Shaina berubah menjadi kecut, Shaina tidak bisa menolak permintaan tersebut.Di kejauhan terdengar suara kendaraan berhenti tepat di depan pintu restoran tempat Shaina bekerja. Samar-samar Shaina melihat bahwa yang datang tidak lain adalah Mr. Xiao. Setelah Mr. Xiao memasuki restoran, dia langsung disambut oleh menejer restoran. Tak berapa lama kemudian suara menejer restoran terdengar memanggil Shaina. Segera Shaina menghampiri sumber suara dengan dandanan yang sangat aduhai. Kalau kamu sudah siap. Segera berangkat. Mr. Xiao sudah menunggu. “Baik Pak.”. pungkas Shaina. Setelah itu kendaraan yang membawa Mr. Xiao dan Shaina pergi meninggalkan restoran. Kendaraan tersebut menuju sebuah villa besar yang terletak di atas bukit. Di villa tersebut sedang berlangsung sebuah pesta yang sangat megah. Hampir semua yang
Read more

Jatuh Cinta

Jatuh Cinta Bangun dari siumannya, Shaina merasa sudah bukan lagi berada di rumah nenknya. “Mbah, kita di rumah sakit?”. Pungkas Shaina, setelah memperhatikan dengan seksama apa yang ada di sekitarnya. “Iya. Setelah kamu pingsan semalam, atasanmu membawamu ke mari.”.  jawab Mbah. Mendengar itu Shaina merasa agak sedikit merasa tidak enak terhadap Mr. Xiao. Jadi Shaina memutuskan untuk mengucapkan terima kasih kepada Mr. Xiao jika Shaina sudah pulih. Namun sebelum Shaina menyelesaikan apa yang semenjak tadi terlintas di pikirannya. Pintu kamar Shaina berderit. Seorang lelaki tampan masuk setelah membuka pintu kamar. Dia tidak lain adalah Mr. Xiao.Semenjak Shaina pingsan semalam, Mr. Xiao tidak bisa tidak khawatir terhadap Shaina. Karena sebelum meninggalkan pesta Shaina sudah mabuk berat. Ditambah Shaina mendapat kabar yang kurang baik mengenai orang tuanya yang berada di Jakarta. Jadi mau tidak mau Mr. Xiao secara tidak langsung bertanggung jawab juga atas pingsanny
Read more

Perempuan yang membawa rumahnya kemana-mana

PEREMPUAN YANG MEMBAWA RUMAHNYA KEMANA-MANASatu bulan sudah berlalu semenjak aku masuk rumah sakit. Kabar dari ibu yang mengatakan ayahku telah sembuh juga membuat keadaan psikisku menjadi lebih baik. Aku tidak perlu khawatir lagi mengenai kondisi kedua orang tuaku di Jakarta. Namun begitu aku sadar, bahwa hutang-hutangku semakin membengkak. Aku harus begegas mengumpulkan uang dan segera Kembali ke Jakarta untuk melunasi hutang. Entah mengapa hubunganku dengan Mr. Xiao semakin dekat. Mr. Xiao kini lebih sering mengantarkanku pulang. Dia tidak lagi menggunakan supir pribadinya untuk mengendarai mobil. Kini Mr. Xiao sendiri yang mengemudikannya. Sebelum pulang kami selalu mampir membeli makanan untuk Mbah di rumah. Semenjak kedekatanku di endus oleh Orang-orang di tempatku bekerja Kay, dan beberapa orang di sana semakin tidak suka denganku. Mereka selalu memasang wajah sinis setiap berpapasan denganku. Tapi aku tak menghiraukan mereka. Pernah suatu Ketika sedang makan siang, s
Read more

Wanita itu adalah

  “Halo, selamat malam.”. Ucapku seraya lengulurkan tangan. Tetapi Perempuan pembawa gerobak reot dengan atap yang di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting. Di sisi samping gerobaknya terdapat tulisan rumah itu tak acuh terhadap uluran tanganku. Melenggang pergi bahkan tidak menengok sama sekali. “aku pikir, dia bukan pengemis. Aku menjadi semakin penasaran terhadapnya.”. Tuturku dengan suara yang cukup pelan. Tanpa sepengetahuan dari Perempuan pembawa gerobak reot dengan atap yang di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting, dan di sisi samping gerobak terdapat tulisan rumah itu aku mengikutinya dengan cara mengendap-endap dari belakang. Aku melihat dengan seksama punggung perempuan itu. Di sebuah tempat. Perempuan itu berhenti sesaat, melihat itu aku juga ikut berhenti dan memperhatikannya dari kejauhan. Sesekali, aku perhatikan tempat kami berhenti. Tempat itu banyak terdapat bar dan hiburan malam di sepanjang jalan. Di beberapa sudut beran
Read more

Shinta

SHINTA Kami berjanji untuk saling bertemu pada pukul sepuluh malam. Di tempat biasa kami bertemu. Jadi sehabis bekerja, aku segera meluncur ke tempat yang sudah kami tentukan. Setibanya di sana aku melihat dia sedang duduk di salah satu kursi sambil mencecap kapucino. Tanpa buang waktu aku segera menghampirinya. Dia kaget setelah aku tepuk pundaknya sembari mengatakan “Hei, apa kabar?”. Mengetahui bahwa aku yang menepuknya dia segera membalas dengan mengatakan baik-baik saja. Kami pun berbincang-bincang hangat. Tapi tetap saja, dengan jelas aku mau tidak mau memerhatikan orang-orang di sekelilingku yang bersileweran sambil menunjukkan wajah ketidak sukaan mereka terhadap kami. “Sudah abaikan saja. Mereka tidak pernah melihat Wanita cantik sepertiku”. Ucap peremuan pembawa gerobak reot dengan atap yang di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting, dan di sisi samping gerobak terdapat tulisan rumah. Ya, tidak lain, Wanita yang sedari tadi bersamaku ini adalah peremu
Read more

Kenangan dan Air mata

KENANGAN DAN AIR MATAShaina adalah orang yang sangat baik. Selama seminggu ini dia sering menemani Shinta mengobrol. Itu merupakan hal yang tak dapat Shinta temui lagi dalam hidupnya. Shaina selalu mengunjungi Shinta sehabis pulang bekerja. Membawa makanan untuk dimakan Bersama. Shinta mengalami hari-hari yang begitu menyenangkan Ketika Bersama Shinta. Tak lagi Nampak kenestapaan di wajahnya Ketika mereka Bersama. Saat itu Shinta sedang berada di gerobak reotnya dengan atap yang di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting, dan di sisi samping gerobak terdapat tulisan rumah Ketika Shaina datang. Saat itu Shinta tengah mengingat momen-momen dalam hidup yang tak bisa Shinta lupakan. Tak ada kenangan pahit yang tidak diikuti oleh air mata. Kenangan dan air mata ibarat dua mata uang yang tak dapat dipisahkan satu sama lain menurut Shinta. Berusaha tegar hanya akan memperdalam luka yang tak bisa diobati. Dijauhi keluarga, teman dekat. Bahkan kekasih sekali pun. Orang-o
Read more

Kenangan yang menggantung di pelupuk mata

KENANGAN YANG MENGGANTUNG DI PELUPUK MATA “Aku seorang pelacur Shaina.”. ucap Shinta dengan nada getir. Shinta pun bercerita panjang lebar mengenai masa lalunya kepada Shaina.Sejak kecil ayah Shinta telah memaksanya untuk menjadi seorang pelacur. Karena tuntutan ekonomi yang menghimpit keluarga. Ayah Shinta adalah seorang penjudi. Jadi Ibunya harus banting tulang untuk menghidupi keluarga, dengan bekerja serabutan sebagai buruh suci. Namun itu semua masih dapat dikatakan belum cukup untuk menunjang kehidupan keluarganya. Semenjak Shinta berhenti sekolah dijenjang sekolah menengah pertama, Shinta jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk membantu keluarganya. Semenjak itu pula hal yang mengerikan menimpa Shinta. Hal yang mengerikan itu pula yang menyebabkan trauma berat bagi kondisi Psikis Shinta. Setiap kali Shinta menerima hal yang mengerikan itu, hampir setiap  itu pula Shinta akan menangis dan meratapinya di kamar mandi.Rumah Shinta hanya terdiri
Read more

Keluar

KElUAR “Aku sudah muak. Aku akan melaporkannya ke kantor polisi!”. Tegas Shinta dalam hatinya. Tak lama ibu Shinta pergi bekerja. Air mukanya menjadi cemas. “Apa lagi yang akan dilakukan oleh bajingan itu hari ini.”. ucap Shinta. Tak berselang kemudian. Shinta mendengar ada suara yang memanggilnya. “Shinta, tolong ambilkan makanan Ayah di meja.”. Pungkas  Ayahnya.Semenjak kejadian Shinta di perkosa pertama kali oleh ayah kandungnya sendiri. Shinta mulai merasa tidak nyaman berada di rumah. Rumah menurutnya ibarat neraka yang tak sengaja diciptakan hadir di muka bumi. Shinta merasa tidak betak dan tak nyaman berada di rumah. Shinta ingin sekali pergi. Entah ke ujung bumi bagian mana. Setiap pagi setelah ibu Shinta berangkat bekerja, Shinta harus melayani nafsu purba dari bajingan itu. Shinta tak berani sekalipun mengadu kepada ibu. Selain ayahnya mengancam akan membunuhnya. Shinta juga merasa kasihan, karena ibu Shinta capek setelah seharian bekerja. Pernah suatu Ket
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status