KENANGAN YANG MENGGANTUNG DI PELUPUK MATA
“Aku seorang pelacur Shaina.”. ucap Shinta dengan nada getir. Shinta pun bercerita panjang lebar mengenai masa lalunya kepada Shaina.
Sejak kecil ayah Shinta telah memaksanya untuk menjadi seorang pelacur. Karena tuntutan ekonomi yang menghimpit keluarga. Ayah Shinta adalah seorang penjudi. Jadi Ibunya harus banting tulang untuk menghidupi keluarga, dengan bekerja serabutan sebagai buruh suci. Namun itu semua masih dapat dikatakan belum cukup untuk menunjang kehidupan keluarganya. Semenjak Shinta berhenti sekolah dijenjang sekolah menengah pertama, Shinta jadi lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk membantu keluarganya. Semenjak itu pula hal yang mengerikan menimpa Shinta. Hal yang mengerikan itu pula yang menyebabkan trauma berat bagi kondisi Psikis Shinta. Setiap kali Shinta menerima hal yang mengerikan itu, hampir setiap itu pula Shinta akan menangis dan meratapinya di kamar mandi.Rumah Shinta hanya terdiriKElUAR “Aku sudah muak. Aku akan melaporkannya ke kantor polisi!”. Tegas Shinta dalam hatinya. Tak lama ibu Shinta pergi bekerja. Air mukanya menjadi cemas. “Apa lagi yang akan dilakukan oleh bajingan itu hari ini.”. ucap Shinta. Tak berselang kemudian. Shinta mendengar ada suara yang memanggilnya. “Shinta, tolong ambilkan makanan Ayah di meja.”. Pungkas Ayahnya.Semenjak kejadian Shinta di perkosa pertama kali oleh ayah kandungnya sendiri. Shinta mulai merasa tidak nyaman berada di rumah. Rumah menurutnya ibarat neraka yang tak sengaja diciptakan hadir di muka bumi. Shinta merasa tidak betak dan tak nyaman berada di rumah. Shinta ingin sekali pergi. Entah ke ujung bumi bagian mana. Setiap pagi setelah ibu Shinta berangkat bekerja, Shinta harus melayani nafsu purba dari bajingan itu. Shinta tak berani sekalipun mengadu kepada ibu. Selain ayahnya mengancam akan membunuhnya. Shinta juga merasa kasihan, karena ibu Shinta capek setelah seharian bekerja. Pernah suatu Ket
DI JUAL Shinta berkenalan dengan seorang pria paruh baya. Pria paruh baya tersebut sangat peduli terhadap Shinta. Memberikan Shinta sebuah tempat tinggal, memberikan semua kebutuhan yang Shinta butuhkan. Tapi itu semua ternyata hanya tipu daya dari pria paruh baya agar Shinta jatuh ke dalam jangkauannya. Namanya adalah Dani. Seorang pria paruh baya yang berpakaian sangat bagus dan juga kaya. Namun Dani memiliki kepribadian yang kurang baik, yaitu selalu meremehkan perempuan. Menurutnya perempuan derajatnya selalu di bawah laki-laki.Pada mulanya Shinta merasa Dani selalu membantunya. Tak jarang mereka pun sering berbicara berdua. Bahkan Shinta sangat terbuka kepada Dani tentang masa lalunya. Namun, suatu Ketika Dani meminta Shinta untuk mengantarkan barang ke seseorang yang berada di salah satu hotel yang cukup megah. Shinta tak pernah sekalipun berpikir bahwa Dani akan menjebaknya. Jadi, Shinta mengambil barang tersebbut dan bergegas menuju lokasi yang sudah
KEHIDUPAN SEORANG PELACURTujuh tahun lebih Shinta menjalani kehidupan sebagai seorang pelacur. Lebih baik jika Shinta melupakan masa lalu keluarganya. Pada mulanya sangat sulit menerima kebenaran bahwa Shinta menjadi seorang Wanita penghibur. “Lama kelamaan aku akan terbiasa.”. Pikir Shinta. Perekonomian Shinta perlahan mulai membaik. Kadang-kadang Shinta pergi berbelanja bersama dengan teman-teman sesama pelacur. Bahkan beberapa pelanggan setia Shinta memberi kartu kredit kepada Shinta dengan Cuma-Cuma. “Aku tidak akan menjadi Wanita yang rendah diri lagi.”. Pungkas Shinta. Hampir setiap hari dikala tidak ada pelanggan Shinta pergi tamasya, dan berbelanja kebutuhan hidupnya. Kala itu telepon genggam Shinta berdering dan Shinta menyadari bahwa panggilan itu datang dari Dani. Dani memberitahu Shinta bahwa nanti malam Shinta akan menemani salah seorang pelanggan setianya di luar kota. “Baik. Aku akan berangkat nanti sore.”. Jawab Shinta. Saa
SHINTA JATUH CINTAShinta benar-benar cantik dan elegan hari itu. Shinta menerima undangan dari Dani untuk menemani seseorang. Tempat yang diputuskan untuk bertemu adalah restoran yang terletak di utara. Tempat itu bernama Heaven hotel. “Kamu pasti Shinta.”. Ucap pria tersebut. Mereka pun berkenalan dan makan Bersama. “Kamu sangat Cantik hari ini.”. Sambung pria itu lagi. Shinta mengerti arti di balik kata-kata tersebut. Faktanya, Shinta memiliki kesan yang baik terhadap pria tersebut, Menurut Shinta, Pria ini sangat dewasa dan bijaksana. Mereka berdua berbicara hingga sore menjelang. “Mari Shinta, aku sudah menyiapkan kamar untuk kita.”. Pria tersebut berkata sambil tersenyum pada Shinta. Shinta tahu apa yang coba pria ini lakukan. Shinta bangkit tanpa terlalu memikirkan apa-apa. Mereka disambut oleh manajer hotel dengan ramah, menejer itu tahu bahwa orang yang sedang Bersama Shinta adalah orang kaya yang memiliki banyak bisnis di ba
KENYATAAN PAHITDua bulan berlalu begitu saja seperti hari-hari biasanya. ketika Shinta memarkirkan mobilnya. Sehabis belajar mengendarainya. Karena itu, Shinta menyiman kunci mobilnya sebelum berbalik dan meninggalkan temat parkir. Shinta berjalan beberapa Langkah, telepon genggamnya tibatiba berdering. Itu adalah panggilan dari pria tersebut. Shinta segera menjawab panggilan tersebut. Begitu Shinta selesai berbicara dengan pria tersebut. Shinta segera menutup telepon genggamnya. Setelah beberapa saat, Shinta akhirnya sampai di lokasi. Pria tersebut mengenakan kacamata hitam dengan kaus berkerah berwarna hitam. Sedang menunggu kedatangan Shinta. Mereka berdua segera bertemu. Begitu asyik obrolan mereka. Hingga mereka berdua hilang dari pandangan, dan segera memasuki kamar yang sudah di pesan.Gubrak, pintu kamar mereka tiba-tiba di buka dengan paksa. Shinta sangat terkejut. Sesosok Wanita muncul, dengan wajah yang terlihat marah. “Ternyata istri dari pria tersebut
KUNJUNGAN DARI SESEORANGAku kembali setelah seharian penuh bersama Shinta. Tak menyangka ternyata Shinta juga memiliki perasaan terhadap salah satu pelanggannya. Memang benar. Bagaimana pun semua Wanita akan luluh terhadap laki-laki yang memperlakukannya dengan baik. Aku merasa sedikit terharu saat ini. Tentu saja, karena bertemu dengan Shinta. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dan menjalin pertemanan dengan Shinta. Saat ini aku tengah berpikir bagaiman Shinta bisa menjalani kehidupan seperti itu.*kring* *kring* *kring* segera aku melihat ID penelepon. Ternyata itu adalah panggilan dari Mr. Xiao. “Halo, Mr. Xiao.”. Ucapku. Sambil berjalan menuju rumah aku berbicara dengan Mr. Xiao. Katanya, dia sangat khawatir karena seharian ini aku tidak dapat dihubungi. “Astaga, karena asyik berbincang dengan Shinta aku mengghiraukan beberapa panggilan telepon. Salah satunya adalah panggilan telepon dari Mr. Xiao.Di rumah. Mr. Xiao sudah meliihat Shaina d
TAK TERDUGAAku segera menutup telepon. Dengan wajah masam Mr. Xiao memerhatikanku. Alih-alih Kembali melanjutkan makan, aku tak berniat lagi melanjutkannya. Saat aku duduk dengan wajah hampa, Mr. Xiao melambai padaku. “kenapa kamu tidak bersuara tadi saat menerima panggilan?”. Tanya Mr. Xiao heran. “Tidak apa-apa.”. Jawabku canggung. Sejujurnya, aku merasa seakan-akan dunia telah berhenti semenjak aku menerima telepon tadi. Mr. Xiao juga bertanya kenapa aku tidak menghabiskan makananku. aku mengatakan sekenanya bahwa perutku sudah kenyang. Melihat gelagatku yang aneh Mr. Xiao mengatakan ingin mengantar pulang. Namun, aku menolaknya. Aku segera pergi meinggalkan Mr. Xiao. Di samping jalan aku memberhentikan sebuah taksi. Lalu segera mengatakan alamat rumahku kepada pengemudi taksi. Di sepanjang jalan aku mengecek uang tabunganku yang tersimpan di akun bank. “Masih kurang setengahnya, aku harus mencari di mana lagi. Tinggal satu minggu batas waktuny
MENYELIDIKI SHAINAMenejer restoran memutuskan untuk meminta bantuan kepada salah seorang teman Shaina di restoran. Yaitu Marselina. Tapi, sebelum itu menejer restoran memberitahukan maksud dan tujuannya, agar nanti Marselina tidak kaget. Menejer restoran menannyakan kepada Marselina, kenapa belakangan ini kinerja Shaina menurun. “Shaina juga sering terlihat bingung, seperti memiliki beban yang berat.”. Lanjut menejer restoran. Hal itu jelas sedikit membuat Marselina bertanya-tanya. “Mengapa menejer restoran begitu peduli terhadap Shaina? Apakah benar yang di ceritakan oleh Kay mengenai Shaina.”. Pikir Marselina. “Jangan pernah berpikir yang tidak-tidak.”. Bentak menejer restoran. Karena curiga melihat gelagat dari anak buahnya ini menejer restoran un menegurnya. “Baik pak, akan saya lakukan.”. Sergah Marselina dengan suara yang agak gemetar karena takut. “Tapi ingat. Jangan beritahu siapa-siapa. Saya tidak ingin hal ini s