MENYELIDIKI SHAINA
Menejer restoran memutuskan untuk meminta bantuan kepada salah seorang teman Shaina di restoran. Yaitu Marselina. Tapi, sebelum itu menejer restoran memberitahukan maksud dan tujuannya, agar nanti Marselina tidak kaget. Menejer restoran menannyakan kepada Marselina, kenapa belakangan ini kinerja Shaina menurun. “Shaina juga sering terlihat bingung, seperti memiliki beban yang berat.”. Lanjut menejer restoran. Hal itu jelas sedikit membuat Marselina bertanya-tanya. “Mengapa menejer restoran begitu peduli terhadap Shaina? Apakah benar yang di ceritakan oleh Kay mengenai Shaina.”. Pikir Marselina. “Jangan pernah berpikir yang tidak-tidak.”. Bentak menejer restoran. Karena curiga melihat gelagat dari anak buahnya ini menejer restoran un menegurnya. “Baik pak, akan saya lakukan.”. Sergah Marselina dengan suara yang agak gemetar karena takut. “Tapi ingat. Jangan beritahu siapa-siapa. Saya tidak ingin hal ini s
KERJASAMAReza melihat ekspresi dari Marselina. Dan menyadari ada yang tidak beres. Setelah diberitahu lebih lanjut. Reza terkejut. Di sisi lain, Reza memang jadi memiliki kesempatan untuk dekat dengan Marselina. Namun, sepertinya Marselina tidak menyukainya.Siang itu, saat jam istirahat. Marselina dan Shaina makan siang bersama. Tak lama kemudian Reza menyusul. Karena sebelumnya Marselina dan Reza telah membuat kesepakatan. Karena tidak ingin karyawan lain curiga, Reza memilih keluar lebih lambat. Ketiganya asyik dalam percakapan mereka. “Shaina, aku sering melihatmu murung setelah menerima panggilan telepon.”. Ucap Marselina dengan senyum hangat. Namun samar-samar ada nada khawatir. Sejak remaja, Shaina hanya menceritakan masalahnya kepada teman-teman yang memang di percayai. “Saya akan mendengarkan Shaina.”. Ujar Marselina lagi. “hmm… Aku tahu, apa aku menggangu kalian di sini?”. Tiba-tiba Reza bersuara. Sebelum
MENGADUDi restoran, kedekatan Shaina dengan Mr. Xiao semakin santer. Karyawan-karyawan yang memang sedari awal tidak menyukai Shaina, sudah berani terang-terangan mengejek Shaina. Bahkan di depan menejer restoran. Wajah Shaina hanya bisa menunduk mendengar ejekan tersebut. “Aku tidak apa-apa.”. Ucap Shaina kepada Marselina. Karena itu Marselina mengurungkan niat untuk melaporkan hasil yang didapat kepada menejer restoran. Kay dan teman-temannya tersenyum dingin sembari melirik Shaina yang juga ada di ruangan. Kay memiliki ekspresi sombong di wajahnya. “Kita lihat, saja apakah dia memang sengaja mendekati Mr. Xiao.”. Ujar Kay dengan nada arogan. Shaina hanya bisa berdiri tak berdaya sambil menatap Kay. “Dasar. Pelacur murah, menyedihkan. Menurutmu apa yang sedang kamu lihat.”. Lanjut Kay. Kay menyilangkan tangan di dadanya.Karena kejadian itu, Marselina melirik kepada Reza tentang Shaina. “Kay, apa yang kamu lakukan itu keterlalua
PertikaianMr. Xiao memanggil Pak Alif. Yang notabene adalah menejer restoran. Di dalam ruangan, terlihat jelas bahwa Pak Alif ketakutan. Pak Alif menghadap Mr. Xiao. Namun Mr. Xiao belum mengatakan apa-apa di depan Pak Alif. Keheningan terjadi di dalam ruangan. Kemudian Mr. Xiao berdiri, lalu berjalan menuju pintu. Sebelum keluar Mr. Xiao berhenti sejenak. “Selesaikan semuanya. Atau kamu tahu akibatnya.”. Tegas mr. Xiao kepada Pak Alif. Kemudian Mr. Xiao pergi meninggalkan restoran.Di tempat kejadian, ketika Pak Alif di panggil Mr. Xiao. “Kamu berani memukul saya. Lihat saja. Aku akan membuat perhitungan denganmu!”. Seru Kay kepada Marselina. Terlihat jelas dari tatapan mata Kay yang melotot kepada Marselina, masih tidak terima atas perlakuan sebelumnya. Kay memimpin teman-temannya untuk mengajak konfrontasi kepada Marselina dan Reza. Shaina mendengar apa yang dikatakan Kay yang juga bertindak agresif, namun Shaina tidak dapat berbuat apa-apa. W
SEMAKIN DEKATSeorang Pria tiba. Di sebuah restoran yang lokasinya berada di dalam hotel yang sangat mewah. Dengan setelan jas dan sepatu kulit. Dua orang Pramusaji menyapa pria tersebut dengan ramah sebagai tanda hormat. Pria tersebut memesan meja dengan makanan yang paling mewah. Tak berselang lama di meja pria tersebut sudah tersedia anggur dan hidangan yang menggugah selera. Lalu, perempuan yang ditunggu-tunggu tiba. Dengan dress hitam sebatas lutut. Menampilkan jenjang kakinya yang putih menawan. Juga dengan riasan makeup tipis. Memperlihatkan kecantikan yang natural. “Maaf, menunggu lama Mr. Xiao.”. Ucap perempuan itu dengan lembut. Mr. Xiao tersenyum sambil berdiri menyambut Shaina. “Ini bukan masalah besar.”. Jawab Mr. Xiao terpana melihat kecantikan dari Shaina. Mr. Xiao menghampiri Shaina, mencium lembut tangannya. “Kamu cantik sekali hari ini.”. Lanjut Mr. Xiao. Shaina tersipu malu, kemudian membungkuk sedikit sebagai tanda
HATI TIDAK DAPAT DIBOHONGI Di dalam restoran, beberapa karyawan yang menjadi pendukung Kay, memicingkang matanya sebagai tanda ketidaksukaan mereka Ketika bertemu dengan Marselina. Kemudian, Marselina melirik ke Reza, sebelum Kembali bekerja. Seolah-olah mata mereka bisa memberitahukan sesuatu. Jelas sudah, jika beberapa karyawan di sini masih menyimpan dendam terhadapnya. Marselina hanya bisa tersenyum acuh tak acuh. Lagi pula dia sudah mulai terbiasa dengan hal seperti ini.Shaina menghampiri Marselina sebelum mereka berpisah di depan jalan, untuk Kembali ke rumah masing-masing. “Seli, kamu tahu hari ini adalah hari yang sangat penting bagiku. Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih. Karena semenjak hari pertama aku bekerja di sini. Aku merasa kamu dan Reza sangat peduli terhadapku. Lalu yang Kedua, seminggu belakangan ini aku sudah tiga kali pergi makan malam Bersama Mr. Xiao. Entah aku harus senang atau tidak. Di satu sisi, aku melihat perbedaan dari Mr. Xia
MENGUNJUNGI SHINTA Sebuah mobil sedang terlihat meninggalkan sebuah rumah yang tampak sederhana. Kemudian memasuki sebuah daerah yang tampak tidak asing lagi bagi Shaina. Sepanjang jalan Shaina memiliki wajah sumringah. Begitu tiba di tempat tujuan tampak terlihat sesosok perempuan pembawa gerobak reot dengan atap yang di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting. Di sisi samping gerobaknya terdapat tulisan rumah. Keduanya hanya bertemu sesekali untuk sekadar mengobrol. Shaina tersenyum tipis sebelum berkata “Bagaimana kabarmu Shin?”. Tanya Shaina. Tapi Shinta bukannya menjawab pertanyaan Shaina. Malah yang terjadi kemudian sebaliknya, adalah Shinta bertanya ketus kepada Shaina. Melihat reaksi yang ditimbulkan Shinta membuat Shaina terheran-heran. “Apa yang kamu lakukan di sini?”. Ujar Shinta. “Saya di sini untuk…”.“Jangan bilang kalau anda datang kemari Bersama pria di sana itu.”. Potong Shinta sambil telunjuknya mengarah ke Mr. Xiao. “Anda tahu, bahwa saya b
TERKUAKTernyata laki-laki yang dulu pernah membuat Shinta jatuh cinta tidak lain adalah mr. Xiao. Mengetahui itu membuat Shaina tidak bisa berkata-kata. Shaina merasa sangat bodoh, karena tidak bisa menebak siapa orang yang dulu Shinta ceritakan kepadanya.Sejujurnya Shinta masih merasakan sesak di dadanya hingga hari ini. Jika mengingat masa lalunya Ketika dia jatuh cinta kepada Mr. Xiao. Kalau masa lalu dapat di ubah, Shinta tidak menginginkan atau bahkan menghindari orang yang bernama Mr. Xiao itu. Meskipun dulu Shinta sangat miskin. Nyatanya, dulu pria yang Shinta anggap sangat dewasa dan bijaksana itu telah melukainya terlalu dalam. Dan itu tidak bisa di maafkan. Ada segurat luka yang menyusup dalam di hatinya. Cerita hubungan Shinta dengan Mr. Xiao telah dikubur dalam-dalam. Amarah Shinta seperti api yang menjilat-jilat di tengah kehidupan ganas yang mengancam.Sebetulnya Shaina tidak ingin mengorek luka Shinta lebih dalam. Apalagi cara yang dilakukan M
SECARA TIDAK HORMATDi restoran tempat Shaina bekerja. Pak Alif sedang mengumpulkan seluruh karyawan. Di antara kerumunan karyawan tersebut. Terdapat Marselina, Reza, Shaina dan karyawan lainnya. Pada saat Pak Alif memberikan arahan, Marselina sempat melirik ke arah Shaina. Saat itu Shaina sedang menundukkan kepalanya. Seperti orang yang tahu apa yang akan terjadi. “pada hari ini saya akan mengumumkan sesuatu hal. Bahwa mulai hari ini, salah satu karyawan di sini akan di PHK secara tidak hormat. Karena sudah berani menyinggung atasan kita.”. Ujar pak Alif tegas. Hal selanjutnya Pak Alif menjelaskan situasi yang akan terjadi di restoran itu. Dalam kalimatnya Pak Alif juga sedikit menyinggung, alasan lain, yaitu karyawan itu sangat tidak sopan dan kurang ajar terhadap bos besar di restoran tersebut. Maka dari itu hukuman yang patut di berikan ialah pemecatan secara tidak hormat. Mengetahui hal itu, Marselina menepuk Pundak Shaina.***Jam Istirahat tiba, M
BAB MENYUSUN RENCANADipenghujung malam. Di luar sana udara cukup mampu untuk menusuk tulang. Beruntung, suara jangkrik yang bersahutan dengan sisa tetes hujan yang turun sejak tadi malam mampu menjagaku dari rasa kantuk. Karena itu pula aku betah berlama-lama di salah satu sudut ruang yang tak terlalu luas, namun cukup membuatku nyaman berada di dalamnya. Seperti indekos kebanyakan. Ada Kasur lusuh, buku yang sampulnya habis dimakan rayap, bantal yang bau apek, ada pula sertifikat-sertifikat yang sudah terbungkus kaca terpampang di dalamnya. Aku dan teman-teman mendapatkan sertifikat-sertifikat itu dari kampus. Namun di situlah mataku tertuju. Terpatri di dinding kumal berwarna hijau. Sertifikat dengan warna seperti buah jeruk, dihiasi salah seorang tokoh pewayangan ini tak hanya menjadi hiasan saja. Tapi juga sebagai kenanganku saat pertama kali melihat Shaina di salah satu seminar yang diadakan oleh kampus tempatku menimba ilmu. Kala itu aku terpe
BAB PUTUSKetika itu pukul Sembilan malam, di dalam rumah di wilayah pinggiran dekat dengan ibu kota, seorang perempuan muda sedang bertengkar dengan seorang pria. Kalau diperhatikan dengan seksama pertengkaran mereka. Perempuan muda itu agak sedikit meremehkan lawannya. Sembari membanting pintu dengan keras, perempuan muda itu kemudian melemparkan beberapa lembar uang kearah Pria tersebut. “Apa maksudmu?” Ungkap pria itu dengan marah. Tanpa menjawab apa-apa perempuan muda itu melempar lagi beberapa uang kertas berwarna biru kearah pria tersebut. Kemudian berseru karena amarahnya sudah membuncah. “ini kan yang kamu inginkan. Ambil semua itu” Geram perempuan muda tersebut. “aku ingin sekali memutuskan hubungan ini sejak lama denganmu. Tapi entah kenapa. Hatiku berkata tidak.” Ujar Shaina dalam hati di hadapan laki-laki yang menyebabkan semua penderitaan ini terjadi. Tapi sayangnya perempuan muda itu sudah terjerembab di jurang cinta terlalu dalam
Bab SEPERTI TERSAMBAR PETIR DI SIANG BOLONGDi dalam kamar indekosnya Yudhis kaget bukan kepalang. Jantung Yudhis berdegup lebih kencang dari biasanya. Matanya berkedut, Yudhis ingat dengan jelas ketika bertemu dengan orang tua Shaina waktu itu. Namun, cobaan yang datang silih berganti sepertinya telah menghancurkan kebahagiaan keluarga mereka, itu seperti halnya mewarnai batu taman dengan cantik, namun sebelum taman itu selesai, hujan turun membuat luntur warna yang sudah menghiasi batu yang ada di sana. Dengan pemikiran seperti itu Yudhis merasa kehidupan tidak adil terhadap Shaina. “Si bajingan itu, jika Shaina tidak bekerja untuk melunasi hutang, kejadian seperti ini tidak mungkin akan terjadi.” Umpat Yudhis.Melihat betapa terpukulnya Yudhis, Ghai dan Adit saling memandang satu sama lain. Ghai sendiri menunjukkan campuran emosi di wajahnya saat tau orang tua Shaina sudah tiada. Apalagi dengan cobaan yang menimpa keluarga itu silih berganti. Kemudian mereka berdua
BAB BAGAS YUDHISTIRA GELISAHNyatanya Yudhis enggan untuk mendatangi kediaman orang tua Shaina. Karena Yudhis tahu bahwa kedua orang tua Shaina juga sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu Yudhis tidak mengikuti saran yang diberikan oleh teman-temannya. Yudhis menggerutu dalam hati ”Bua tapa aku ikuti saran mereka, toh mereka juga meninggalkan aku kemarin, di saat aku membutuhkan mereka.” Ungkap Yudhis. Sejurus kemudian pintu kamar Yudhis diketuk dari depan beberapa kali. Namun Yudhis tak juga menanggapi. “ini aku Dhis.” Ujar seseorang dari balik pintu. Suara yang tak asiing lagi di telinga Yudhis. Siapa lagi kalau bukan Anya. Salah satu teman yang cukup dekat dengan Yudhis. “Aku tahu kamu ada di dalam, cepat buka aku ada berita penting untukmu!” Ujar Shaina lagi dengan nada suara memaksa.***“Anya…” Kamu dari mana saja, dari tadi sehabis jam perkuliahan selesai aku mencarimu kemana-mana. Ujar wanita muda itu. Dengan nafas yang terengah-engah wanita muda
BAB TAK BISA DIHUBUNGISebelum Yudhis menunggu di stasiun, satu hari sebelumnya Shaina sempat memberitahu Yudhis untuk menjemputnya. Sambil menanggung kecewa Yudhis segera keluar dari stasiun, terlihat pula Yudhis menggelengkan kepalanya. Lalu Yudhis mampir ke salah satu club malam yang ada di sana untuk sekadar menghilangkan kesedihannya. Yudhis memesan table untuk dirinya sendiri. Kemudian dua botol anggur dan tiga botol bir segera meluncur ke tempat yudhis. Sambil menunggu kabar yang tak kunjung datang dari Shaina, Yudhis menenggak minuman yang ada di mejanya, tak lama kemudian Yudhis tampak mulai mabuk. Salah seorang penari striptis yang ada di club malam dekat stasiun itu menghampiri yudhis. Meminta izin untuk duduk di dekat Yudhis, lantas kemudian mereka mulai berkenalan. Karena sedang mabuk Yudhis sekenanya menimpali obrolan dari penari striptis itu. Entah apa yang dibicarakan oleh penari itu Yudhis menanggapi dengan acuh tak acuh. Disamping itu jug
BAB. STASIUN Bagian IITepat Ketika matahari sepenggalah tingginya. Sesosok laki-laki muda tengah menunggu sesorang di peron salah satu stasiun kereta api di Jakarta. Wajah laki-laki muda itu tampak sumringah. Seperti orang yang sudah lama menanti karena lama tidak bertemu. Setelah semua yang terjadi, Yudhis mendapat kabar bahwa Shaina akan pindah Kembali ke Ibu Kota. Untuk meneruskan kuliahnya yang sempat tertunda karena harus melunasi hutang kala itu. Namun sepertinya Shaina tidak berharap bertemu dengan Yudhis dalam waktu dekat.Yudhis sudah mengatur segala sesuatunya dengan begitu baik. Bahkan meminta bantuan kepada Ghai, dan sahabat-sahabatnya yang lain untuk memberikan kejutan kepada Shaina. Anya diberikan tugas untuk mengobrol dengan Shaina, lalu Ghai diberi tugas sebagai orang yang selalu sigap untuk diperintah kemana saja. “Yang benar saja Dhis, masa kamu suruh aku menjadi seperti babu.” Ungkap Ghai dengan nada mengeluh. “Tolonglah Ghai
SHAINA LAHIRDua bulan berlalu seperti sedia kala. Namun, memasuki awal bulan September Ayah mendapati Ibu sering sekali mual-mual. Entah itu sehabis makan, atau sedang melakukan aktifitas lainnya. Hal itu berlangsung lebih dari dua minggu. Pada mulanya, menurut Ibu hanya sebatas kurang enak badan. Namun lama kelamaan Ayah mulai curiga dengan keadaan itu. jadi untuk mencegah hal yang buruk terjadi, Ayah mengajak Ibu untuk memeriksa kondisi kesehatannya ke rumah sakit. Dugaan Ayah kemudian terbukti. “Mas, aku hamil.” Ujar Ibu dengan perasaan ceria.Dari minggu pertama hingga minggu ke tiga belas menurut dokter yang memeriksa kondisi Ibu saat itu, Ibu harus menjaga pola makan. kemudian Ibu juga dilarang untuk melakukan aktifiitas yang berlebihan. Karena menurut dokter juga, janin yang Ibu kandung Ketika itu disebut sebagai “Anak mahal”. Jadi untuk mengurangi resiko kegugurannya, Ibu harus mengontrol pola makan dan kesehatannya.
SEBELUM SHAINA LAHIRSetelah pertengkaran hebat kala itu. suasana di rumah itu masih sama. Sudah lebih dari seminggu sunyi gemar menaungi rumah tersebut. Ketika itu, Mbah pamit untuk pulang ke kampung halaman. Karena masih ada yang harus diurus di sana. Jadi pagi-pagi sekali Ayah mengantar si Mbok menuju stasiun kereta Api. “Kamu baik-baik ya. Ingat pesan si Mbok.” Ujar si Mbok kemudian sembari memberikan sedikit nasihat kepada anak laki-lakinya tersebut.Malam harinya sehabis pulang bekerja, Ayah tiba di rumah. Namun, tidak seperti awal-awal Ketika mereka menikah yang selalu disambut senyum Ketika ayah tiba dirumah, dan membuat lelahnya hilang seketika itu juga. Kini tak ada lagi ucapan selamat datang dari istri tercintanya itu. Semenjak mereka menginginkan seorang anak. Kehidupan rumah tangga mereka selalu saja dihiasi dengan pertengkaran.Di saat Ayah masuk kedalam kamar, ia menemukan istrinya itu tengah cemberut. “Suami baru pulang bukann
CERAI“Apa aku harus melakukan itu?” Pikir Ayah dalam hati. menurut pemikiran Ayah, apakah dengan cara melakukan hal itu, Ayah akan bisa langsung memiliki seorang anak. Lalu jika tidak berhasil juga, apakah harus berpisah lagi dan menikah lagi. Kalau seperti itu. sama saja dengan tidak memberikan solusi, itu hanya akan menambah-nambah masalah saja.Tapi menurut Mbah, semua keputusan ada di tangan kami. “Coba kaliain pikirkan saja dulu. Barangkali dapat membantu.” Lanjut Mbah memberikan masukan kepada anak dan menantunya itu. menurut Ayah, kenapa keluarga kecilnya ini mendapat cobaan yang sangat berat seperti ini. Kami harus menunggu dan terus menunggu untuk bisa memiliki seorang anak. Padahal diluar sana pasangan yang tidak menikah tapi mereka malah dikaruniai seorang anak. “Kenapa cobaan yang kau berikan sangat berat?” Pikir Ayah dengan putus asa.Di kamar, Ayah dan Ibu bertengkar hebat malam itu. “Kenapa kamu berbohong