HATI TIDAK DAPAT DIBOHONGI
Di dalam restoran, beberapa karyawan yang menjadi pendukung Kay, memicingkang matanya sebagai tanda ketidaksukaan mereka Ketika bertemu dengan Marselina. Kemudian, Marselina melirik ke Reza, sebelum Kembali bekerja. Seolah-olah mata mereka bisa memberitahukan sesuatu. Jelas sudah, jika beberapa karyawan di sini masih menyimpan dendam terhadapnya. Marselina hanya bisa tersenyum acuh tak acuh. Lagi pula dia sudah mulai terbiasa dengan hal seperti ini.
Shaina menghampiri Marselina sebelum mereka berpisah di depan jalan, untuk Kembali ke rumah masing-masing. “Seli, kamu tahu hari ini adalah hari yang sangat penting bagiku. Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih. Karena semenjak hari pertama aku bekerja di sini. Aku merasa kamu dan Reza sangat peduli terhadapku. Lalu yang Kedua, seminggu belakangan ini aku sudah tiga kali pergi makan malam Bersama Mr. Xiao. Entah aku harus senang atau tidak. Di satu sisi, aku melihat perbedaan dari Mr. XiaMENGUNJUNGI SHINTA Sebuah mobil sedang terlihat meninggalkan sebuah rumah yang tampak sederhana. Kemudian memasuki sebuah daerah yang tampak tidak asing lagi bagi Shaina. Sepanjang jalan Shaina memiliki wajah sumringah. Begitu tiba di tempat tujuan tampak terlihat sesosok perempuan pembawa gerobak reot dengan atap yang di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting. Di sisi samping gerobaknya terdapat tulisan rumah. Keduanya hanya bertemu sesekali untuk sekadar mengobrol. Shaina tersenyum tipis sebelum berkata “Bagaimana kabarmu Shin?”. Tanya Shaina. Tapi Shinta bukannya menjawab pertanyaan Shaina. Malah yang terjadi kemudian sebaliknya, adalah Shinta bertanya ketus kepada Shaina. Melihat reaksi yang ditimbulkan Shinta membuat Shaina terheran-heran. “Apa yang kamu lakukan di sini?”. Ujar Shinta. “Saya di sini untuk…”.“Jangan bilang kalau anda datang kemari Bersama pria di sana itu.”. Potong Shinta sambil telunjuknya mengarah ke Mr. Xiao. “Anda tahu, bahwa saya b
TERKUAKTernyata laki-laki yang dulu pernah membuat Shinta jatuh cinta tidak lain adalah mr. Xiao. Mengetahui itu membuat Shaina tidak bisa berkata-kata. Shaina merasa sangat bodoh, karena tidak bisa menebak siapa orang yang dulu Shinta ceritakan kepadanya.Sejujurnya Shinta masih merasakan sesak di dadanya hingga hari ini. Jika mengingat masa lalunya Ketika dia jatuh cinta kepada Mr. Xiao. Kalau masa lalu dapat di ubah, Shinta tidak menginginkan atau bahkan menghindari orang yang bernama Mr. Xiao itu. Meskipun dulu Shinta sangat miskin. Nyatanya, dulu pria yang Shinta anggap sangat dewasa dan bijaksana itu telah melukainya terlalu dalam. Dan itu tidak bisa di maafkan. Ada segurat luka yang menyusup dalam di hatinya. Cerita hubungan Shinta dengan Mr. Xiao telah dikubur dalam-dalam. Amarah Shinta seperti api yang menjilat-jilat di tengah kehidupan ganas yang mengancam.Sebetulnya Shaina tidak ingin mengorek luka Shinta lebih dalam. Apalagi cara yang dilakukan M
SECARA TIDAK HORMATDi restoran tempat Shaina bekerja. Pak Alif sedang mengumpulkan seluruh karyawan. Di antara kerumunan karyawan tersebut. Terdapat Marselina, Reza, Shaina dan karyawan lainnya. Pada saat Pak Alif memberikan arahan, Marselina sempat melirik ke arah Shaina. Saat itu Shaina sedang menundukkan kepalanya. Seperti orang yang tahu apa yang akan terjadi. “pada hari ini saya akan mengumumkan sesuatu hal. Bahwa mulai hari ini, salah satu karyawan di sini akan di PHK secara tidak hormat. Karena sudah berani menyinggung atasan kita.”. Ujar pak Alif tegas. Hal selanjutnya Pak Alif menjelaskan situasi yang akan terjadi di restoran itu. Dalam kalimatnya Pak Alif juga sedikit menyinggung, alasan lain, yaitu karyawan itu sangat tidak sopan dan kurang ajar terhadap bos besar di restoran tersebut. Maka dari itu hukuman yang patut di berikan ialah pemecatan secara tidak hormat. Mengetahui hal itu, Marselina menepuk Pundak Shaina.***Jam Istirahat tiba, M
MARSELINA MEMINTA MAAF KEPADA SHAINA “Shaina ini semua adalah salah paham! Sungguh, itu semua adalah kesalahpahaman.”. Ucap Marselina cemas, melihat perubahan wajah dari Shaina. “Kesalahpahaman katamu! Cukup sudah.”. Jawab Shaina kesal, setelah mengetahui bahwa Marselina yang memberikan informasi mengenai permasalahan hutangnya.“Shaina dengarkan aku dulu. Aku tahu aku salah. Tapi, kamu harus tahu kenapa aku melakukan itu. Baru setelah itu kamu berhak untuk tidak memercayaiku lagi.”. Lanjut Marselina dengan hati-hati. Jika Marselina tidak mau mengikuti apa yang di tugaskan oleh Pak Alif, sudah pasti dia akan diberi hukuman. Yang lebih parah mungkin akan dipecat dari restoran. Mungkin kira-kira seperti itu yang ada di pikiran Marselina. Karena keadaan saat itu tidak semudah yang di pikirkan oleh orang-orang. Terlebih Shaina. Sebab orang yang menyuruh marselina tidak lain adalah mr. Xiao. “baik. Aku mengerti. Lalu apa selanjutnya? setelah kamu menjelaskan semua
BALAS DENDAM“Dengan berapa seriusnya kejadian pertengkaran itu, aku tahu bahwa harus waspada.” Pikir Shaina dalam hati. terlihat dari raut wajahnya yang terlihat cemas. Apa pun masalahnya, Shaina harus lebih berhati-hati menghadapi Mr. Xiao. Terlebih istrinya. Mau tidak mau Shaina teringat akan kejadian yang sempat menimpa Shinta. Sejak hubungan di antara Shinta dan Mr. Xiao terendus oleh istri dari Mr. Xiao. Ketika itu Shinta kemudian di culik selama kurang lebih satu minggu. Di sana Shinta mendapat perlakuan yang sangat keji, di lecehkan, di perkosa, dan di siksa. Bahkan penyakit HIV Aids yang di derita Shinta hingga saat ini, di dapat karena saat penculikan seseorang bos di sana telah memerintah bawahannya untuk mengambil secara acak orang di jalan agar ikut memperkosa Shinta.Karena itu, Shaina jadi tahu. Bahwa sekecil apapun kesalahpahaman yang di lakukan baik Shinta, Shaina atau siapapun orangnya kepada mr. Xiao dan keluarganya. Dapat di pa
KABAR BURUKAku berada di daerah yang biasa Shinta singgahi. Hampir sekitar tiga puluh menit aku bulak-balik bertanya kepada setiap orang yang tinggal di sana. Namun tak satupun yang mengetahui keberadaan Shinta. Aku semakin khawatir akan keadaan Shinta. Ada sesuatu yang aneh menurutku. Karena tak kunjung ketemu. Aku memutuskan untuk pindah lokasi. Namun, setelah beberapa Langkah, aku merasa ada yang menguntit. Aku merasakan hawa dingin mengalir di punggung. Dengan hati0hati aku mengamati sekeliling. Karena aku tidak ingin para penguntit itu mengikutiku sepanjang jalan. Begitu tiba-tiba ada kesempatan, aku khawatir tidak akan selamat. Namun tidak peduli seberapa keras aku memindai daerah ini, sepertinya aku tidak menemukan keberadaan mereka. Mengambil napas dalam-dalam, kemudian aku bergegas pergi dari tempat itu. lalu, tiba-tiba aku merasakan pandanganku gelap seketika.***“Bos, Perempuan itu baru saja siuman, setelah tiga hari pingsan.” Ucap salah seorang pria bera
KEMATIAN YANG TRAGIS “Tidak. Mungkin. Shintaaaa. Shintaa. Keji, benar-benar keji!” Perempuan muda itu menangis histeris melihat penyiksaan yang di hadapi oleh Shinta. Perempuan muda itu tidak lain adalah Shaina. Shaina meraung sejadi-jadinya menyaksikan penyiksaan keji itu.Shaina tidak menyangka orang-orang keji ini menculik Shinta. Shaina merasa ia tidak punya cara untuk melakukan serangan balik sama sekali. Ia merasa tak berdaya. Setelah menangkap Shinta, dan menyiksanya dengan alat kejut listrik. Seolah belum cukup. Mereka juga memasukkan racun kuat ke dalam tubuh Shinta. Itu adalah penyiksaan yang terburuk. Setelah itu mereka membawa Shinta ke hutan yang lebat. Kemudian yang membuatku menangis cukup parah adalah kenyataan bahwa Shinta telah mati. Aku masih tidak percaya. Apa yang mereka harapkan dari kematian Shinta. Kenapa mereka membunuhnya. Saking histerisnya, Shaina tidak sadarkan diri.Para penculik itu tersenyum dalam hati. ini semua seperti yan
MBAH KHAWATIR Di rumah. Suasana rumah sangat sepi. Perempuan adalah makhluk sensitif, termasuk Mbah. mereka mampu mendeteksi perubahan sekecil apapun. Tak terkecuali kepada Shaina. Beberapa hari belakangan ini, perilaku Shaina menjadi sangat mencurigakan. Dan di rumah, karena Mbah hanya tinggal berdua dengan Shaina merasa bingung dengan situasi ini. Sebelum Shaina tidak pulang ke rumah kurang lebih semenjak tiga hari yang lalu. Mereka masih sempat mengobrol.***“Siapa yang mengirim gerobak ini kemari nak?” tanya Mbah kepada Shaina dengan nada bingung. Melihat sebuah gerobak yang sudah reot dengan atap di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting, dan di sisi samping gerobak terdapat tulisan rumah. “Shaina juga tidak tahu Mbah.” Jawab Shaina.“Teman perempuan yang sering kamu temui waktu siapa namanya?” Tanya Mbah lagi. “Shinta, Mbah.” Ujar Shaina.“Mungkin dia ingin menitipkan gerobak ini kepadamu sebentar.” Pungkas Mbah lagi berbaik sangka. Nam
BAB MENYUSUN RENCANADipenghujung malam. Di luar sana udara cukup mampu untuk menusuk tulang. Beruntung, suara jangkrik yang bersahutan dengan sisa tetes hujan yang turun sejak tadi malam mampu menjagaku dari rasa kantuk. Karena itu pula aku betah berlama-lama di salah satu sudut ruang yang tak terlalu luas, namun cukup membuatku nyaman berada di dalamnya. Seperti indekos kebanyakan. Ada Kasur lusuh, buku yang sampulnya habis dimakan rayap, bantal yang bau apek, ada pula sertifikat-sertifikat yang sudah terbungkus kaca terpampang di dalamnya. Aku dan teman-teman mendapatkan sertifikat-sertifikat itu dari kampus. Namun di situlah mataku tertuju. Terpatri di dinding kumal berwarna hijau. Sertifikat dengan warna seperti buah jeruk, dihiasi salah seorang tokoh pewayangan ini tak hanya menjadi hiasan saja. Tapi juga sebagai kenanganku saat pertama kali melihat Shaina di salah satu seminar yang diadakan oleh kampus tempatku menimba ilmu. Kala itu aku terpe
BAB PUTUSKetika itu pukul Sembilan malam, di dalam rumah di wilayah pinggiran dekat dengan ibu kota, seorang perempuan muda sedang bertengkar dengan seorang pria. Kalau diperhatikan dengan seksama pertengkaran mereka. Perempuan muda itu agak sedikit meremehkan lawannya. Sembari membanting pintu dengan keras, perempuan muda itu kemudian melemparkan beberapa lembar uang kearah Pria tersebut. “Apa maksudmu?” Ungkap pria itu dengan marah. Tanpa menjawab apa-apa perempuan muda itu melempar lagi beberapa uang kertas berwarna biru kearah pria tersebut. Kemudian berseru karena amarahnya sudah membuncah. “ini kan yang kamu inginkan. Ambil semua itu” Geram perempuan muda tersebut. “aku ingin sekali memutuskan hubungan ini sejak lama denganmu. Tapi entah kenapa. Hatiku berkata tidak.” Ujar Shaina dalam hati di hadapan laki-laki yang menyebabkan semua penderitaan ini terjadi. Tapi sayangnya perempuan muda itu sudah terjerembab di jurang cinta terlalu dalam
Bab SEPERTI TERSAMBAR PETIR DI SIANG BOLONGDi dalam kamar indekosnya Yudhis kaget bukan kepalang. Jantung Yudhis berdegup lebih kencang dari biasanya. Matanya berkedut, Yudhis ingat dengan jelas ketika bertemu dengan orang tua Shaina waktu itu. Namun, cobaan yang datang silih berganti sepertinya telah menghancurkan kebahagiaan keluarga mereka, itu seperti halnya mewarnai batu taman dengan cantik, namun sebelum taman itu selesai, hujan turun membuat luntur warna yang sudah menghiasi batu yang ada di sana. Dengan pemikiran seperti itu Yudhis merasa kehidupan tidak adil terhadap Shaina. “Si bajingan itu, jika Shaina tidak bekerja untuk melunasi hutang, kejadian seperti ini tidak mungkin akan terjadi.” Umpat Yudhis.Melihat betapa terpukulnya Yudhis, Ghai dan Adit saling memandang satu sama lain. Ghai sendiri menunjukkan campuran emosi di wajahnya saat tau orang tua Shaina sudah tiada. Apalagi dengan cobaan yang menimpa keluarga itu silih berganti. Kemudian mereka berdua
BAB BAGAS YUDHISTIRA GELISAHNyatanya Yudhis enggan untuk mendatangi kediaman orang tua Shaina. Karena Yudhis tahu bahwa kedua orang tua Shaina juga sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu Yudhis tidak mengikuti saran yang diberikan oleh teman-temannya. Yudhis menggerutu dalam hati ”Bua tapa aku ikuti saran mereka, toh mereka juga meninggalkan aku kemarin, di saat aku membutuhkan mereka.” Ungkap Yudhis. Sejurus kemudian pintu kamar Yudhis diketuk dari depan beberapa kali. Namun Yudhis tak juga menanggapi. “ini aku Dhis.” Ujar seseorang dari balik pintu. Suara yang tak asiing lagi di telinga Yudhis. Siapa lagi kalau bukan Anya. Salah satu teman yang cukup dekat dengan Yudhis. “Aku tahu kamu ada di dalam, cepat buka aku ada berita penting untukmu!” Ujar Shaina lagi dengan nada suara memaksa.***“Anya…” Kamu dari mana saja, dari tadi sehabis jam perkuliahan selesai aku mencarimu kemana-mana. Ujar wanita muda itu. Dengan nafas yang terengah-engah wanita muda
BAB TAK BISA DIHUBUNGISebelum Yudhis menunggu di stasiun, satu hari sebelumnya Shaina sempat memberitahu Yudhis untuk menjemputnya. Sambil menanggung kecewa Yudhis segera keluar dari stasiun, terlihat pula Yudhis menggelengkan kepalanya. Lalu Yudhis mampir ke salah satu club malam yang ada di sana untuk sekadar menghilangkan kesedihannya. Yudhis memesan table untuk dirinya sendiri. Kemudian dua botol anggur dan tiga botol bir segera meluncur ke tempat yudhis. Sambil menunggu kabar yang tak kunjung datang dari Shaina, Yudhis menenggak minuman yang ada di mejanya, tak lama kemudian Yudhis tampak mulai mabuk. Salah seorang penari striptis yang ada di club malam dekat stasiun itu menghampiri yudhis. Meminta izin untuk duduk di dekat Yudhis, lantas kemudian mereka mulai berkenalan. Karena sedang mabuk Yudhis sekenanya menimpali obrolan dari penari striptis itu. Entah apa yang dibicarakan oleh penari itu Yudhis menanggapi dengan acuh tak acuh. Disamping itu jug
BAB. STASIUN Bagian IITepat Ketika matahari sepenggalah tingginya. Sesosok laki-laki muda tengah menunggu sesorang di peron salah satu stasiun kereta api di Jakarta. Wajah laki-laki muda itu tampak sumringah. Seperti orang yang sudah lama menanti karena lama tidak bertemu. Setelah semua yang terjadi, Yudhis mendapat kabar bahwa Shaina akan pindah Kembali ke Ibu Kota. Untuk meneruskan kuliahnya yang sempat tertunda karena harus melunasi hutang kala itu. Namun sepertinya Shaina tidak berharap bertemu dengan Yudhis dalam waktu dekat.Yudhis sudah mengatur segala sesuatunya dengan begitu baik. Bahkan meminta bantuan kepada Ghai, dan sahabat-sahabatnya yang lain untuk memberikan kejutan kepada Shaina. Anya diberikan tugas untuk mengobrol dengan Shaina, lalu Ghai diberi tugas sebagai orang yang selalu sigap untuk diperintah kemana saja. “Yang benar saja Dhis, masa kamu suruh aku menjadi seperti babu.” Ungkap Ghai dengan nada mengeluh. “Tolonglah Ghai
SHAINA LAHIRDua bulan berlalu seperti sedia kala. Namun, memasuki awal bulan September Ayah mendapati Ibu sering sekali mual-mual. Entah itu sehabis makan, atau sedang melakukan aktifitas lainnya. Hal itu berlangsung lebih dari dua minggu. Pada mulanya, menurut Ibu hanya sebatas kurang enak badan. Namun lama kelamaan Ayah mulai curiga dengan keadaan itu. jadi untuk mencegah hal yang buruk terjadi, Ayah mengajak Ibu untuk memeriksa kondisi kesehatannya ke rumah sakit. Dugaan Ayah kemudian terbukti. “Mas, aku hamil.” Ujar Ibu dengan perasaan ceria.Dari minggu pertama hingga minggu ke tiga belas menurut dokter yang memeriksa kondisi Ibu saat itu, Ibu harus menjaga pola makan. kemudian Ibu juga dilarang untuk melakukan aktifiitas yang berlebihan. Karena menurut dokter juga, janin yang Ibu kandung Ketika itu disebut sebagai “Anak mahal”. Jadi untuk mengurangi resiko kegugurannya, Ibu harus mengontrol pola makan dan kesehatannya.
SEBELUM SHAINA LAHIRSetelah pertengkaran hebat kala itu. suasana di rumah itu masih sama. Sudah lebih dari seminggu sunyi gemar menaungi rumah tersebut. Ketika itu, Mbah pamit untuk pulang ke kampung halaman. Karena masih ada yang harus diurus di sana. Jadi pagi-pagi sekali Ayah mengantar si Mbok menuju stasiun kereta Api. “Kamu baik-baik ya. Ingat pesan si Mbok.” Ujar si Mbok kemudian sembari memberikan sedikit nasihat kepada anak laki-lakinya tersebut.Malam harinya sehabis pulang bekerja, Ayah tiba di rumah. Namun, tidak seperti awal-awal Ketika mereka menikah yang selalu disambut senyum Ketika ayah tiba dirumah, dan membuat lelahnya hilang seketika itu juga. Kini tak ada lagi ucapan selamat datang dari istri tercintanya itu. Semenjak mereka menginginkan seorang anak. Kehidupan rumah tangga mereka selalu saja dihiasi dengan pertengkaran.Di saat Ayah masuk kedalam kamar, ia menemukan istrinya itu tengah cemberut. “Suami baru pulang bukann
CERAI“Apa aku harus melakukan itu?” Pikir Ayah dalam hati. menurut pemikiran Ayah, apakah dengan cara melakukan hal itu, Ayah akan bisa langsung memiliki seorang anak. Lalu jika tidak berhasil juga, apakah harus berpisah lagi dan menikah lagi. Kalau seperti itu. sama saja dengan tidak memberikan solusi, itu hanya akan menambah-nambah masalah saja.Tapi menurut Mbah, semua keputusan ada di tangan kami. “Coba kaliain pikirkan saja dulu. Barangkali dapat membantu.” Lanjut Mbah memberikan masukan kepada anak dan menantunya itu. menurut Ayah, kenapa keluarga kecilnya ini mendapat cobaan yang sangat berat seperti ini. Kami harus menunggu dan terus menunggu untuk bisa memiliki seorang anak. Padahal diluar sana pasangan yang tidak menikah tapi mereka malah dikaruniai seorang anak. “Kenapa cobaan yang kau berikan sangat berat?” Pikir Ayah dengan putus asa.Di kamar, Ayah dan Ibu bertengkar hebat malam itu. “Kenapa kamu berbohong