KUNJUNGAN DARI SESEORANG
Aku kembali setelah seharian penuh bersama Shinta. Tak menyangka ternyata Shinta juga memiliki perasaan terhadap salah satu pelanggannya. Memang benar. Bagaimana pun semua Wanita akan luluh terhadap laki-laki yang memperlakukannya dengan baik. Aku merasa sedikit terharu saat ini. Tentu saja, karena bertemu dengan Shinta. Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dan menjalin pertemanan dengan Shinta. Saat ini aku tengah berpikir bagaiman Shinta bisa menjalani kehidupan seperti itu.*kring* *kring* *kring* segera aku melihat ID penelepon. Ternyata itu adalah panggilan dari Mr. Xiao. “Halo, Mr. Xiao.”. Ucapku. Sambil berjalan menuju rumah aku berbicara dengan Mr. Xiao. Katanya, dia sangat khawatir karena seharian ini aku tidak dapat dihubungi. “Astaga, karena asyik berbincang dengan Shinta aku mengghiraukan beberapa panggilan telepon. Salah satunya adalah panggilan telepon dari Mr. Xiao. Di rumah. Mr. Xiao sudah meliihat Shaina dTAK TERDUGAAku segera menutup telepon. Dengan wajah masam Mr. Xiao memerhatikanku. Alih-alih Kembali melanjutkan makan, aku tak berniat lagi melanjutkannya. Saat aku duduk dengan wajah hampa, Mr. Xiao melambai padaku. “kenapa kamu tidak bersuara tadi saat menerima panggilan?”. Tanya Mr. Xiao heran. “Tidak apa-apa.”. Jawabku canggung. Sejujurnya, aku merasa seakan-akan dunia telah berhenti semenjak aku menerima telepon tadi. Mr. Xiao juga bertanya kenapa aku tidak menghabiskan makananku. aku mengatakan sekenanya bahwa perutku sudah kenyang. Melihat gelagatku yang aneh Mr. Xiao mengatakan ingin mengantar pulang. Namun, aku menolaknya. Aku segera pergi meinggalkan Mr. Xiao. Di samping jalan aku memberhentikan sebuah taksi. Lalu segera mengatakan alamat rumahku kepada pengemudi taksi. Di sepanjang jalan aku mengecek uang tabunganku yang tersimpan di akun bank. “Masih kurang setengahnya, aku harus mencari di mana lagi. Tinggal satu minggu batas waktuny
MENYELIDIKI SHAINAMenejer restoran memutuskan untuk meminta bantuan kepada salah seorang teman Shaina di restoran. Yaitu Marselina. Tapi, sebelum itu menejer restoran memberitahukan maksud dan tujuannya, agar nanti Marselina tidak kaget. Menejer restoran menannyakan kepada Marselina, kenapa belakangan ini kinerja Shaina menurun. “Shaina juga sering terlihat bingung, seperti memiliki beban yang berat.”. Lanjut menejer restoran. Hal itu jelas sedikit membuat Marselina bertanya-tanya. “Mengapa menejer restoran begitu peduli terhadap Shaina? Apakah benar yang di ceritakan oleh Kay mengenai Shaina.”. Pikir Marselina. “Jangan pernah berpikir yang tidak-tidak.”. Bentak menejer restoran. Karena curiga melihat gelagat dari anak buahnya ini menejer restoran un menegurnya. “Baik pak, akan saya lakukan.”. Sergah Marselina dengan suara yang agak gemetar karena takut. “Tapi ingat. Jangan beritahu siapa-siapa. Saya tidak ingin hal ini s
KERJASAMAReza melihat ekspresi dari Marselina. Dan menyadari ada yang tidak beres. Setelah diberitahu lebih lanjut. Reza terkejut. Di sisi lain, Reza memang jadi memiliki kesempatan untuk dekat dengan Marselina. Namun, sepertinya Marselina tidak menyukainya.Siang itu, saat jam istirahat. Marselina dan Shaina makan siang bersama. Tak lama kemudian Reza menyusul. Karena sebelumnya Marselina dan Reza telah membuat kesepakatan. Karena tidak ingin karyawan lain curiga, Reza memilih keluar lebih lambat. Ketiganya asyik dalam percakapan mereka. “Shaina, aku sering melihatmu murung setelah menerima panggilan telepon.”. Ucap Marselina dengan senyum hangat. Namun samar-samar ada nada khawatir. Sejak remaja, Shaina hanya menceritakan masalahnya kepada teman-teman yang memang di percayai. “Saya akan mendengarkan Shaina.”. Ujar Marselina lagi. “hmm… Aku tahu, apa aku menggangu kalian di sini?”. Tiba-tiba Reza bersuara. Sebelum
MENGADUDi restoran, kedekatan Shaina dengan Mr. Xiao semakin santer. Karyawan-karyawan yang memang sedari awal tidak menyukai Shaina, sudah berani terang-terangan mengejek Shaina. Bahkan di depan menejer restoran. Wajah Shaina hanya bisa menunduk mendengar ejekan tersebut. “Aku tidak apa-apa.”. Ucap Shaina kepada Marselina. Karena itu Marselina mengurungkan niat untuk melaporkan hasil yang didapat kepada menejer restoran. Kay dan teman-temannya tersenyum dingin sembari melirik Shaina yang juga ada di ruangan. Kay memiliki ekspresi sombong di wajahnya. “Kita lihat, saja apakah dia memang sengaja mendekati Mr. Xiao.”. Ujar Kay dengan nada arogan. Shaina hanya bisa berdiri tak berdaya sambil menatap Kay. “Dasar. Pelacur murah, menyedihkan. Menurutmu apa yang sedang kamu lihat.”. Lanjut Kay. Kay menyilangkan tangan di dadanya.Karena kejadian itu, Marselina melirik kepada Reza tentang Shaina. “Kay, apa yang kamu lakukan itu keterlalua
PertikaianMr. Xiao memanggil Pak Alif. Yang notabene adalah menejer restoran. Di dalam ruangan, terlihat jelas bahwa Pak Alif ketakutan. Pak Alif menghadap Mr. Xiao. Namun Mr. Xiao belum mengatakan apa-apa di depan Pak Alif. Keheningan terjadi di dalam ruangan. Kemudian Mr. Xiao berdiri, lalu berjalan menuju pintu. Sebelum keluar Mr. Xiao berhenti sejenak. “Selesaikan semuanya. Atau kamu tahu akibatnya.”. Tegas mr. Xiao kepada Pak Alif. Kemudian Mr. Xiao pergi meninggalkan restoran.Di tempat kejadian, ketika Pak Alif di panggil Mr. Xiao. “Kamu berani memukul saya. Lihat saja. Aku akan membuat perhitungan denganmu!”. Seru Kay kepada Marselina. Terlihat jelas dari tatapan mata Kay yang melotot kepada Marselina, masih tidak terima atas perlakuan sebelumnya. Kay memimpin teman-temannya untuk mengajak konfrontasi kepada Marselina dan Reza. Shaina mendengar apa yang dikatakan Kay yang juga bertindak agresif, namun Shaina tidak dapat berbuat apa-apa. W
SEMAKIN DEKATSeorang Pria tiba. Di sebuah restoran yang lokasinya berada di dalam hotel yang sangat mewah. Dengan setelan jas dan sepatu kulit. Dua orang Pramusaji menyapa pria tersebut dengan ramah sebagai tanda hormat. Pria tersebut memesan meja dengan makanan yang paling mewah. Tak berselang lama di meja pria tersebut sudah tersedia anggur dan hidangan yang menggugah selera. Lalu, perempuan yang ditunggu-tunggu tiba. Dengan dress hitam sebatas lutut. Menampilkan jenjang kakinya yang putih menawan. Juga dengan riasan makeup tipis. Memperlihatkan kecantikan yang natural. “Maaf, menunggu lama Mr. Xiao.”. Ucap perempuan itu dengan lembut. Mr. Xiao tersenyum sambil berdiri menyambut Shaina. “Ini bukan masalah besar.”. Jawab Mr. Xiao terpana melihat kecantikan dari Shaina. Mr. Xiao menghampiri Shaina, mencium lembut tangannya. “Kamu cantik sekali hari ini.”. Lanjut Mr. Xiao. Shaina tersipu malu, kemudian membungkuk sedikit sebagai tanda
HATI TIDAK DAPAT DIBOHONGI Di dalam restoran, beberapa karyawan yang menjadi pendukung Kay, memicingkang matanya sebagai tanda ketidaksukaan mereka Ketika bertemu dengan Marselina. Kemudian, Marselina melirik ke Reza, sebelum Kembali bekerja. Seolah-olah mata mereka bisa memberitahukan sesuatu. Jelas sudah, jika beberapa karyawan di sini masih menyimpan dendam terhadapnya. Marselina hanya bisa tersenyum acuh tak acuh. Lagi pula dia sudah mulai terbiasa dengan hal seperti ini.Shaina menghampiri Marselina sebelum mereka berpisah di depan jalan, untuk Kembali ke rumah masing-masing. “Seli, kamu tahu hari ini adalah hari yang sangat penting bagiku. Pertama, aku ingin mengucapkan terima kasih. Karena semenjak hari pertama aku bekerja di sini. Aku merasa kamu dan Reza sangat peduli terhadapku. Lalu yang Kedua, seminggu belakangan ini aku sudah tiga kali pergi makan malam Bersama Mr. Xiao. Entah aku harus senang atau tidak. Di satu sisi, aku melihat perbedaan dari Mr. Xia
MENGUNJUNGI SHINTA Sebuah mobil sedang terlihat meninggalkan sebuah rumah yang tampak sederhana. Kemudian memasuki sebuah daerah yang tampak tidak asing lagi bagi Shaina. Sepanjang jalan Shaina memiliki wajah sumringah. Begitu tiba di tempat tujuan tampak terlihat sesosok perempuan pembawa gerobak reot dengan atap yang di tutupi Jerami yang di pilin-pilin menyerupai genting. Di sisi samping gerobaknya terdapat tulisan rumah. Keduanya hanya bertemu sesekali untuk sekadar mengobrol. Shaina tersenyum tipis sebelum berkata “Bagaimana kabarmu Shin?”. Tanya Shaina. Tapi Shinta bukannya menjawab pertanyaan Shaina. Malah yang terjadi kemudian sebaliknya, adalah Shinta bertanya ketus kepada Shaina. Melihat reaksi yang ditimbulkan Shinta membuat Shaina terheran-heran. “Apa yang kamu lakukan di sini?”. Ujar Shinta. “Saya di sini untuk…”.“Jangan bilang kalau anda datang kemari Bersama pria di sana itu.”. Potong Shinta sambil telunjuknya mengarah ke Mr. Xiao. “Anda tahu, bahwa saya b