Mataku melihatnya, tapi ketika ku katakan pada mereka. Aku bukan lagi, aku yang dikenal.* * * Masih jelas di ingatan ketika umurku masih empat tahun. Di samping rumah kami ada seorang paman yang hidup sendirian, usianya baru tiga puluh tahun. Ia sangat baik, sering membagi kami hasil kebunnya, bahkan sesekali juga berkunjung ke rumah. Namanya Paman Bushra. Perawakannya tidak terlalu tinggi, tapi ia memiliki otot yang kuat, senyuman ramah dengan mata yang akan membentuk garis ketika ia tertawa. Dia suka sekali menggulung lengan bajunya, hingga aku bisa bergelantungan di lengannya. Suatu hari aku pernah bertanya, kenapa paman Bushra tidak menikah? Tapi dia hanya menjawab singkat, "seseorang menunggu ku." Karena masih kecil jadi tidak terlalu paham maksudnya, mungkin dia menunggu seseorang itu sampai sekarang. Hingga suatu hari ketika sedang bermain di taman pada sore hari, paman itu tersenyum melihatku sedangkan ia duduk di kursi warna
Last Updated : 2021-09-17 Read more