Sahabat itu dikenang, diingat, dipertahankan, bukan dilupakan.* * * Kami berdua pergi ke pemakaman Taklif, sebuah tempat yang tak cukup jauh dari pemukiman warga. Hanya berjarak beberapa puluh meter, dengan gapura di depan pintu sebagai penanda dan benteng berukuran satu meter sebagai pembatas. Tempat itu juga tidak sulit dicari, alasannya karena pohon beringin besar yang tepat terdapat di tengah-tengah pemakaman. Aiza selalu serba salah kalau ia harus pergi ke pemakaman, entah suka atau tidak suka. Pohon besar dan kuburan pasti selalu membuat ia juga kalang kabut, bukan takut tapi aura sekitar yang kadang membuat ia merinding. Padahal hanya berkunjung untuk mendoakan kerabat, tapi yang say hello malah dapat yang tak disangka-sangka. Bahkan yang lebih parahnya sekarang, Wira juga ikut-ikutan ketakutan segala. Baiklah salahkan dia lagi, mungkin. Karena memiliki sahabat yang bisa melihat dunia sana, membuat Wira jadi mulai mengasah kep
Read more