Kau pikir menyenangkan mengetahui kebenaran, tentu saja tidak. Apa lagi jika itu berhubungan dengan orang yang telah meninggal!* * * Wira menarikku ke belakang labolatorium IPA, ia datang dengan marah pagi ini. Tentu karena alasan yang sudah jelas, mempertanyakan mengapa aku bisa dengan wanita itu, kenapa aku meninggalkannya, dan alasan aku meneleponnya. "Lu! Gua gak akan semarah ini kalau kejadian kemarin gak terjadi, tapi lu! Kenapa ninggalin Eiliyah sendirian di kafe! Apa maksudnya nyusuh gua jemput setelah lu, justru ninggalin dia. Lu pikir ini bisa bantu gua apa!" Wira menahan lengannya di dadaku dengan tujuan agar aku tidak kabur sebelum menjelaskan apapun padanya, tapi sungguh aku tidak berniat kabur sedikitpun saat ini. "Lu mau introgasi gua, dengan cara begini?" Wira sigap menurunkan tangannya, tapi masih menatapku marah. "Gua jelasin, tapi pikir menurut akal sehat lu sendiri. Ketika gua ceritain, sama s
Read more