Kenapa begitu rumit hanya untuk mengatakan perasaan mu sendiri.
* * *
Si jangkung itu bilang bahwa Eiliyah menyimpan sebuah rahasia, sesuatu yang dia sembunyikan dari kami dengan wajahnya yang selalu tersenyum. Seperti sekarang ketika Aiza mengatakan pada ku, untuk selalu memperhatikannya. Eiliyah tak membahas mengapa ia ada di kafe sendirian tempo hari. Aku juga tidak bisa mempertanyakan alasannya, karena itu sangat tidak sopan. Ya, tidak sopan. Karena aku belum bisa mengutarakan perasaan padanya. Padahal si jangkung itu saja bisa berpikir langsung bahwa aku sangat menyukai Eiliyah.
"Beberapa hari kemari saya nonton film seru Kak, coba deh Kak Wira serching. Filmnya rekomen banget!" Ujar Eiliyah antusias sambil menikmati roti bakar, sebagai cemilan siangnya. Katanya dia sedang diet, tapi kenapa pilih roti coklat keju kacang sebagai topingnya?
"Apa judulnya?"
"Lucifer. Kisah tentang keturunan
Benar. Kita tidak bisa paham, apa yang tak terlihat oleh mata. Tapi kita harus yakin, dunia di antara itu ada nyatanya.* * *Rumah sederhana itu ada di pinggiran kota kembang barat, seseorang sudah menyapa mereka ketika mobil baru saja terparkir di halaman. Wanita sepuh namun nampak masih sehat dan awet muda, tidak akan ada yang percaya kalau usianya sudah menginjak kepala delapan. Pakaian yang digunakan pun daster ibu-ibu rumahan biasa, namun roman wajah dan auranya sangat begitu berbeda.Di halaman rumah tumbuh bermacam-macam tanaman hias, Enah sampai kagum dengan anggrek yang bermacam-macam jenisnya. Ia bahkan iseng bertanya pada Wa Ratna, apa ibu tidak takut kalau tanaman semahal itu hilang. Tapi Wa Ratna malah tersenyum, "ibu bahkan mengikhlaskan kalau semua tanaman kesayangannya akan diambil orang. Asal orang itu, betul-betul mau merawatnya. Tapi ndak tau kenapa, gak ada yang berani ambil." Jawaban dari anak pemilik taman indah
Semakin kau memendamnya, sesuatu akan meledak dengan sangat kuat di suatu hari nanti.* * *Hari itu kakek tak langsung menutup Indra keenam Aiza, beliau mengajak Aiza mempelajari sesuatu di antara mereka. Tentu setelah kalimat yang terlontar dari mulut kecil bocah itu, mengagetkan ibu dan ayahnya.Aiza diberi tahu bahwa nama kakeknya adalah, Raden Raksa Manggala Putra. Tapi bocah itu lebih senang memanggilnya kakek Manggala, dan sepertinya kakek suka-suka saja. Pukul lima sore mereka berdua sudah ada di mushola, kakek belum mengijinkan semua penghuni rumah mengikuti mereka sampai kakek menyuruh mereka masuk ke mushola.Perasaan khawatir menggelayuti hati Enah, begitu juga dengan Wiyata. Hanya saja nenek bilang bahwa semua akan baik-baik saja pada mereka, beliau malah meminta mereka semua mengambil wudu sebelum kakek memanggil mereka nanti. Setelah itu melakukan tadarus bersama, hingga azan maghrib berkumandang. K
Terkadang tangan kami tak perlu bermain, biarkan manusia yang mengambil peran kami sebentar.* * *Wira terluka di bagian pelipis, namun ia berhasil menyelamatkan Eiliyah. Wanita itu sekarang ditemani polisi wanita, sementara Wira memberi keterangan mengenai peristiwa yang terjadi.Setelah mendengar jeritan, si kuncir itu berusaha membuka gerbang dan menghambur ke dalam rumah. Beberapa detik saja ia terlambat, wanita itu mungkin bisa menjadi korban pemerkosaan. Untung saja Wira langsung menghajar mereka, di dalam rumah ada sekitar tiga orang yang terkejut melihat aksi Wira. Eiliyah diteriaki Wira untuk keluar dan berteriak meminta tolong pada tetangga, namun memang sial komplek perumahan masih di jam orang mengantor cenderung sepi. Namun Eiliyah juga tidak tinggal diam, dia berteriak meminta tolong sambil menelepon Polisi. Sementara Wira juga berusaha kabur dari mereka dan berhasil keluar, beberapa warga mulai datang menanyakan keribu
Manusia saat ini memang gila, hantu saja banyak dicari. Setelah kami menampakkan diri, mereka malah lari. Aneh! * * * Masih pukul delapan malam, ketika Aiza baru kembali dari menengok dua sejoli yang terlibat masalah di kantor Polisi. Sepanjang jalan bahkan hantu-hantu yang meminta tolong, membuat ia harus mengusir mereka terlebih dulu. Malam ini ia akan ikut patroli sekolah, bersama Kang Hermawan si penjaga sekolah yang baru. Lelaki itu entah kenapa jadi satpam, kalau iya dia memang penakut, Aiza jadi bingung sendiri. Sementara di ruangan kantor, mahluk tinggi itu masih ada di tempatnya, mempertanyakan kenapa dia berada di ruang ini pada malam hari. "Maaf sebelumnya, saya cuma menengok. Karena belakangan ini ada cerita dari anak-anak, bahwa mereka sering dijaili oleh salah satu penghuni sekolah ini. Apa anda tau sesuatu?" Aiza berdiri di depan makhluk bertinggi lebih dari dua meteran itu. Wujudnya seperti batang pohon namun memi
Waktu kami adalah malam, waktu kalian adalah siang. Jika kalian datang ke rumah kami pada malam hari, kalian adalah tamu yang tak diundang.* * *Ada yang bilang, 'apa yang tak terlihat bukan berarti tak ada.' Berprilakulah sopan dan santun, dimana pun kalian berada. Atau jika tidak, kami yang akan meminta sesuatu dari kalian!Sama seperti malam ini, aku kira hanya mereka yang akan datang. Tidak kusangka malah bertemu sesuatu yang tak di duga. Tepatnya di ruang kesenian, begitu aku dan Kang Hermawan melewati ruangan ini. Awalnya aku tidak mau menanggapi cerita lelaki itu, tapi karena aura ku nampaknya ia memanggil untuk memberi tahu keberadaanya.Ruang kesenian itu ada di lantai satu, sebelah kanan di ujung lorong paling akhir. Kata lelaki berkepala plontos dengan tubuh cukup terbentuk dan tinggi seratus tujuh puluhan itu. Ia sering mendengar suara musik gamelan dan gong, yang tiba-tiba memainkan sebuah lagu
Hidup bisa sangat terasa keras, membuat luka, dan menyimpan duka.Bagi yang tak pernah mempersiapkan diri, untuk membawa bekal diperjalanan ini.* * *Eiliyah berada di dalam kamarnya, Wira tak berani bertanya lagi setelah wanita itu turun dan langsung masuk ke dalam rumah. Bahkan ketika keluarganya mempertanyakan, apa pria yang mengantarkannya itu Wira. Eiliyah hanya tersenyum dan bilang, sudah malam jadi dia buru-buru pulang. Walau ayah mempertanyakan apa mereka berada dalam hubungan, Eiliyah tak menjawab dan memilih langsung masuk ke dalam kamarnya.Dalam gelap ia menangis, sedih dan kacau. Dia sadar semua ini terjadi karena ulahnya sendiri, tapi Eiliyah masih yakin bahwa hanya itu satu-satunya jalan agar ia bisa memastikan sesuatu. Bukan. Lebih tepatnya mungkin keinginan untuk, menghapus rasa bersalah dalam hatinya. Ia kembali menangis dalam kesendirian, di balik pintu kamar duduk berjongkok, sampai ia tertidur karena lelah
Bisakah kamu menanggungnya setelah mengetahui, dunia lain itu dan kau tak bisa menutupnya kembali.Resiko ini harus kamu tanggung, seumur hidup mu.* * *Lagi-lagi wanita itu seenaknya sendiri, apa dia sudah lupa dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Sekarang dia masih juga meminta hal yang sama pada ku.Eiliyah duduk menghadap Aiza yang sudah makin lelah sekarang, belum lagi waktu subuh yang terasa lambat ini makin membuat ia tertekan. Setidaknya si jangkung itu harus bisa mengulur waktu sebentar lagi.Kang Hermawan sepertinya tidak ingin terlibat, ia memutuskan tidur sebentar di pos jaga. Setidaknya ia tidak berada diantara perasaan buruknya saat ini, walau sepertinya ia merasa masih juga diikuti sesuatu. Sementara Eiliyah menunggu jawaban pasti dari Aiza, walau sudah jelas lelaki itu menolaknya dengan tegas."Kau tau konsekuensi apa yang akan di dapat, kalau sampai aku membuka m
Teman masa kecil yang kembali.* * *Satu Minggu setelah menutup mata ke enam, Aiza tak lagi bertemu dengan para makhluk dunia sana. Walau bapak masih sering merasakan kehadiran mereka, tapi beliau tidak membicarakannya. Kalaupun mereka datang ia telah membentengi rumah, dengan apa yang disarankan kakek atau ayah mereka.Namun rupanya itu membawa perasaan tak enak untuk Aiza, walau kakek bilang dia akan baik-baik saja Enah masih kawatir dengan keadaan Aiza. Hingga di tahun berikutnya kelahiran adik Aiza, juga membawa kabar yang memberatkan hati Enah. Tak jauh berbeda dengan Aiza dulu, Nayanika bisa melihat sosok tak kasat mata.Semua bermula saat Aiza di bangku menengah pertama, kakaknya itu baru saja masuk sekolah. Kegiatannya mulai membuat ia jarang ada di rumah, tentu saja Naya hanya seorang diri sebelum tahun besok ia juga masuk sekolah dasar. Tapi kebiasaan aneh Nayanika, sudah mulai terlihat sejak ia berumur