Kami tak terlihat untuk sementara, tapi kami pasti kembali.
* * *
Pukul sebelas malam lewat beberapa menit, ketika mobil keluarga Aiza berhasil menepi di halaman sebuah pesantren. Mereka turun dengan Aiza yang terlelap tidur, rupanya seseorang telah menunggu mereka sejak tadi di depan pintu. Seorang wanita kisaran 40 tahunan, menyapa mereka berdua dan mempersilahkannya masuk.
Mereka berdua nampak terlihat lelah, tentu bukan hanya karena fisik. Pria berjanggut menghela napas sejenak, sebelum akhirnya meminta saudara termuda mereka melakukan sesuatu pada mobil di parkiran sana. Entah doa apa yang dibacakan lelaki itu, sebelum mempersilahkan keduanya duduk setelah lima menit yang terasa berat dan panjang.
Begitu mereka cukup tenang, wanita tadi membawakan air bening hangat dan beberapa cemilan. Sebelum mereka minum, lelaki berjanggut tadi membacakan doa yang ditiupkan pada airnya dan mempersilahkan keduanya minum.
Berdamai dengan keadaan dan kenyataan, lebih sulit ketika memotivasi diri sendiri. Terkhusus, orang yang pergi adalah seseorang yang paling kau sayangi. * * * Mereka duduk berhadapan setelah ucapan wanita itu, kembali mengusik ketenangan Aiza. Sengaja Aiza memilih tempat yang jauh dari jangkauan Wira, dan tak pernah dikunjungi lelaki itu. Kalau tidak mereka akan bertemu dan meributkan kembali, permasalahan yang tidak penting untuk Aiza. Dua cangkir kopi panas baru saja dihidangkan di atas meja, namun suasana ini jauh lebih pahit untuk Aiza. Wanita di hadapannya tak juga bergeming, walau ia mengatakan berbagai macam hal mengenai keinginannya untuk mengetahui dunia ini. Dunia yang justru terasa mencekam dan mengerikan bagi mereka yang memiliki mata keenam. "Jadi, kau ingin aku membuatmu bisa melihat hantu?" Aiza menatap tajam, sedangkan Eiliyah mengangguk menjawab. "Sudah kubilang sebelumnya. Tidak se
Jangan lihat! Jangan dengarkan mereka, mereka ingin kamu mati!* * *"Kenapa kamu tidak boleh berteman dengan kami?" Bocah tampan dengan rambut coklat dan pakaian kuno, duduk di samping ayunan dengan bocah berambut hitam."Iya Aiza, kenapa kau tidak boleh bermain dengan kami. Kalau kau tidak bisa bermain dengan kami, kau akan terus dipaksa oleh mereka untuk terus melakukan hal itu!" Bocah berambut pirang lainnya, berdiri di depan Aiza. Ia lebih tinggi dari bocah berambut hitam itu."Kau bisa ikut kami, kau mau bermain dengan kami terus kan?" Satu lagi duduk berjongkok dengan membawa boneka Teddy bear ditangannya. Gadis kecil berambut pirang tergerai, mata birunya menatap dingin penuh harap.Si bocah lelaki berambut hitam, duduk di ayunan nampak sedih dan bingung. Ia telah bermain terlalu sering dengan mereka, saat orang tuanya tak ada. Merekalah yang menemaninya, tertawa dan berbagi banyak cer
Setiap yang mati akan kembali ke asalnya. Kalaupun kau bertemu seseorang seperti yang kau kenal, dia bukanlah 'dia' yang sesungguhnya.* * *Aiza baru sadar setelah berlari jauh, bahwa motornya tertinggal di parkiran gedung cafe. Mau tidak mau ia harus kembali ke titik awal, walau enggan ia mencoba memberanikan diri kembali dengan menanyakan bagaimana keadaan di sana. Sesuatu yang sempat membantu Aiza menjelaskan, bahwa ia telah membereskan semuanya namun memang kali ini lawannya berhasil kabur. Ia juga mengatakan untuk tidak takut, pada makhluk seperti mereka.Setelah memastikan keamanan, Aiza berjalan menuju kafe tempat ia dan Eiliyah bertemu. Saat itu tepat sekali Eiliyah berjongkok di pinggir jalan, hingga menit berikutnya sebuah motor yang dikenali Aiza menepi dan memberikan helm pada wanita itu. Mereka pun pergi sementara Aiza memerhatikan dari jauh.Aiza bergegas menuju parkiran dan menghidupkan mesin motor
Kau pikir menyenangkan mengetahui kebenaran, tentu saja tidak. Apa lagi jika itu berhubungan dengan orang yang telah meninggal!* * *Wira menarikku ke belakang labolatorium IPA, ia datang dengan marah pagi ini. Tentu karena alasan yang sudah jelas, mempertanyakan mengapa aku bisa dengan wanita itu, kenapa aku meninggalkannya, dan alasan aku meneleponnya."Lu! Gua gak akan semarah ini kalau kejadian kemarin gak terjadi, tapi lu! Kenapa ninggalin Eiliyah sendirian di kafe! Apa maksudnya nyusuh gua jemput setelah lu, justru ninggalin dia. Lu pikir ini bisa bantu gua apa!" Wira menahan lengannya di dadaku dengan tujuan agar aku tidak kabur sebelum menjelaskan apapun padanya, tapi sungguh aku tidak berniat kabur sedikitpun saat ini."Lu mau introgasi gua, dengan cara begini?" Wira sigap menurunkan tangannya, tapi masih menatapku marah. "Gua jelasin, tapi pikir menurut akal sehat lu sendiri. Ketika gua ceritain, sama s
Pernah dengar kalimat ini,"Di akhirat, para penghuni neraka terbanyak adalah kaum hawa."Bukan maksudku menakuti, tapi.. mungkin ucapan itu ada benarnya.* * *Setelah kepergian Elmo, Berend, dan Lara. Hantu-hantu menakutkan mulai mengganggu ketenangan rumah, bahkan bapak yang biasanya abai ikut merasakannya juga. Rasa tidak nyaman yang aneh mengikuti aura rumah ini, dan kali ini Enah dan Bapak benar-benar meminta Wa Ega dan Wa Ratna untuk membantu mereka. Tepatnya seminggu setelah kejadian aneh mulai banyak terjadi di sekitar mereka. Enah mempertanyakan kembali pada apa yang dilihat Aiza kecilnya. Namun karena rasa takut akan mengalami kejadian buruk, Aiza memilih bungkam. Tapi ia selalu nampak ketakutan sekarang, selalu tak mau lepas dari Enah dan Bapak.Akhirnya Wa Ega mengusulkan bapak dan Enah untuk hijrah saja dari rumah itu. Lebih tepatnya pindah secepat mungkin, ke sebuah rumah yang sempat di
Kenapa begitu rumit hanya untuk mengatakan perasaan mu sendiri.* * *Si jangkung itu bilang bahwa Eiliyah menyimpan sebuah rahasia, sesuatu yang dia sembunyikan dari kami dengan wajahnya yang selalu tersenyum. Seperti sekarang ketika Aiza mengatakan pada ku, untuk selalu memperhatikannya. Eiliyah tak membahas mengapa ia ada di kafe sendirian tempo hari. Aku juga tidak bisa mempertanyakan alasannya, karena itu sangat tidak sopan. Ya, tidak sopan. Karena aku belum bisa mengutarakan perasaan padanya. Padahal si jangkung itu saja bisa berpikir langsung bahwa aku sangat menyukai Eiliyah."Beberapa hari kemari saya nonton film seru Kak, coba deh Kak Wira serching. Filmnya rekomen banget!" Ujar Eiliyah antusias sambil menikmati roti bakar, sebagai cemilan siangnya. Katanya dia sedang diet, tapi kenapa pilih roti coklat keju kacang sebagai topingnya?"Apa judulnya?""Lucifer. Kisah tentang keturunan
Benar. Kita tidak bisa paham, apa yang tak terlihat oleh mata. Tapi kita harus yakin, dunia di antara itu ada nyatanya.* * *Rumah sederhana itu ada di pinggiran kota kembang barat, seseorang sudah menyapa mereka ketika mobil baru saja terparkir di halaman. Wanita sepuh namun nampak masih sehat dan awet muda, tidak akan ada yang percaya kalau usianya sudah menginjak kepala delapan. Pakaian yang digunakan pun daster ibu-ibu rumahan biasa, namun roman wajah dan auranya sangat begitu berbeda.Di halaman rumah tumbuh bermacam-macam tanaman hias, Enah sampai kagum dengan anggrek yang bermacam-macam jenisnya. Ia bahkan iseng bertanya pada Wa Ratna, apa ibu tidak takut kalau tanaman semahal itu hilang. Tapi Wa Ratna malah tersenyum, "ibu bahkan mengikhlaskan kalau semua tanaman kesayangannya akan diambil orang. Asal orang itu, betul-betul mau merawatnya. Tapi ndak tau kenapa, gak ada yang berani ambil." Jawaban dari anak pemilik taman indah
Semakin kau memendamnya, sesuatu akan meledak dengan sangat kuat di suatu hari nanti.* * *Hari itu kakek tak langsung menutup Indra keenam Aiza, beliau mengajak Aiza mempelajari sesuatu di antara mereka. Tentu setelah kalimat yang terlontar dari mulut kecil bocah itu, mengagetkan ibu dan ayahnya.Aiza diberi tahu bahwa nama kakeknya adalah, Raden Raksa Manggala Putra. Tapi bocah itu lebih senang memanggilnya kakek Manggala, dan sepertinya kakek suka-suka saja. Pukul lima sore mereka berdua sudah ada di mushola, kakek belum mengijinkan semua penghuni rumah mengikuti mereka sampai kakek menyuruh mereka masuk ke mushola.Perasaan khawatir menggelayuti hati Enah, begitu juga dengan Wiyata. Hanya saja nenek bilang bahwa semua akan baik-baik saja pada mereka, beliau malah meminta mereka semua mengambil wudu sebelum kakek memanggil mereka nanti. Setelah itu melakukan tadarus bersama, hingga azan maghrib berkumandang. K