Beranda / Romansa / Mantan Istri / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Mantan Istri: Bab 21 - Bab 30

186 Bab

Kebenaran

Intan menata duduknya, sesekali ia menggigit bibirnya. Apakah Baskoro telah jelas mengetahui siapa Bastian yang sebenarnya?"Dari semua kesalahanmu, aku semakin tidak mengerti dengan tujuanmu yang sebenarnya!" Baskoro mengeratkan giginya."Katakan sekarang Intan!" Baskoro mengguncang tubuh Intan."Baiklah, dengan satu syarat! Dengarkan baik-baik ucapanku, aku.tak mau kamu.selalu.salah faham kepadaku!""Salah faham katamu? Haruskah aku salah faham setelah hampir enam tahu lamanya? Apakah aku sebuah patung yang bisa menunggumu sepanjang masa?""Tapi Bas...""Tapi apa?!" Apakah kau mencariku karena bocah yang kau sembunyikan dariku?""Dia memang anakmu Bas," suaranya serak dan bergetar, terlalu berat ia mengatakan kebenaran itu."Jadi apa maumu?""Lihatlah mataku Bas, lihatlah agar kamu bisa melihat kebenaran. Tataplah sebentar saja, aku ingin mengatakan kebenarannya kepadamu!"Embun itu sudah menganak sungai di mata
Baca selengkapnya

Serahkan Bastian kepadaku

Baskoro memijat pelipisnya, wanita dihadapannya ini sudah pingsan cukup lama namun belum juga sadarkan diri.Dokter mengatakan bahwa Intan menderita anemia. Itulah sebabnya ia harus segera mendapatkan perawatan dengan memberikan asupan melalui cairan infus."Kenapa kamu lemah sekali?" Gumamnya.Menyusuri pola wajah cantik dihadapannya,  ia menyadari bahwa Intan sangat kurus sekarang. Wajah tirus membuatnya terlihat menyedihkan. Baskoro tak tahu harus menghubungi siapa melihatnya seperti ini.Seharusnya ada hanphone didalam tasnya yang menyimpan nomor teman, atau kekasihnya. Baskoro membuka tas tersebut. Ia mendapati dua buah handphone didalamnya.Ia mulai menekan tombol untuk membukanya, mencari  seseorang yang sekiranya bisa dihubungi. Namun kedua hanphone itu terkunci. Baskoro mencoba mengingat tombol yang biasa Intan gunakan, yaitu tanggal dimana mereka menikah. Dan ternyata cara itu berhasil."Wanita aneh!" Gumam Baskoro, bagai
Baca selengkapnya

Aku lebih baik dari pria itu

"Apa yang kamu lakukan disini? Ba-bagaimana kamu tahu aku disini?" Tanya Intan lagi."Ah, itu nggak penting. Sekarang yang terpenting adalah keadaanmu. Apakah kamu  baik baik saja?" Andre menyentuh tangan Intan, namun refleks Intan menariknya. Andre sedikit heran melihat sikap Intan yang ketakutan, hingga netranya terperangkap pada sosok seorang pria di belakang Intan.Baskoro menarik Intan sedikit memaksa kembali ke brangkar rumah sakit."Susah payah aku membawamu kemari, tapi apa yang kamu lakukan?" Katanya sambil mendudukkan Intan di tepi tempat tidur. "Lihat wajahmu yang pucat, apa kau mau mati?!" Geramnya tepat di wajah Intan."Hei Bung! Apa yang kamu lakukan kepada seorang wanita? Tidak bisakah kamu sedikit lembut?" Andre mengomentari Baskoro yang kasar terhadap Intan."Ini juga bukan urusanmu!""Benarkah? Sejak kapan Intan menjadi urusanmu?" Andre melangkah mendekati  Baskoro, matanya tajam menyoroti penampilan Baskoro yang le
Baca selengkapnya

Siapa yang kau temui?

"Tidak perlu kesal, sudah sewajarnya sebagai calon suaminya aku sendiri yang akan merawatnya. Apakah Istrimu tahu bahwa suaminya sedang mengurusi perempuan lain?" Suara Andre membuyarkan lamunan Baskoro yang sedang duduk di bawah pohon rindang di sekitar rumah sakit. Baskoro tampak duduk mengorek-ngorek tanah dengan wajah masam."Kamu terlalu banyak tahu urusan kami," kata Baskoro datar."Itu benar. Aku terlalu banyak tahu tentang urusan kalian dan yang paling aku ketahui adalah bagaimana perasaan wanita yang sudah kamu sakiti itu,"Andre berdiri disisi Baskoro dan bersandar pada batang pohon dengan tajuk melebar itu, sesekali hawa sejuk berhembus menghampiri mereka di cuaca yang terik itu. Namun tidak mengurangi panasnya  perbincangan mereka. Kaki Andre bertekuk salah satunya, dan kedua tangannya tersimpan di saku celananya."Apa maumu?" Baskoro to the points."Itu tidak mudah. Karena aku yakin bahwa kau akan menyesalinya.""Menyesal?" "Inta
Baca selengkapnya

Pria bernama Abbas

"Tuan, Nona Intan pergi ke rumah seorang pegawai dari salah satu cabang perusahaan kita. Ia tinggal bersama istrinya di kawasan Jakarta Utara." "Siapa nama pria itu?" "Dari informasi yang kami dapatkan, dia bernama Abbas." "Abbas?" Abraham telah mengutus beberapa orang untuk mengikuti kemana Intan pergi. Itulah sebabnya Abraham juga tahu Intan di bawa ke rumah sakit. Bahkan mereka juga mengabarkan bahwasanya Intan pingsan dan dibawa oleh seorang pria tak di kenal ke rumah sakit. Itulah sebabnya Abraham telah berada di rumah sakit mengunjungi putrinya. "Adakah seseorang yang kau kunjungi?""Ah, di - dia hanya mandor proyek yang bekerja di salah satu perusahaan kita, untuk apa ayah mengurusi hal semacam itu?" Intan mengelak diinterogasi."Apa tidak bisa kau wakilkan kepada orang lain, atau setidaknya ada sopir yang mengantarmu?""Aah, ayah. Intan bertanggung jawab dengan proyek ini. Jadi ayah tidak perlu khawatir Ayah,"Sekarang Inta
Baca selengkapnya

Darah dagingku

Baskoro masih mengingat dengan jelas siluet pria tua itu, dia berdiri dengan seorang pengawal di sisinya.Sekilas ia melirik Wulan yang kebingungan."Mas, siapa mereka sebenarnya?""Kamu tidak perlu takut, tapi sebaiknya tetaplah di dalam kamar," perintah Baskoro yang diikuti anggukan Wulan.Baskoro membuka pintu, tak ada senyuman di wajahnya saat pria tua itu menatapnya."Aku tak mengerti mengapa putriku selalu terobsesi dengan pria brengsek sepertimu!"Baskoro melebarkan telinganya, mencermati ucapan Abraham."Anda datang hanya untuk memaki Tuan? Tampaknya itu tidaklah sesuai dengan anda. Bukankah kita tidak punya urusan apapun untuk dibicarakan?"Abraham terkekeh."Kamu bahkan berada dibawah naungan perusahaanku, aku tak pernah menyangka ada tikus got di bawahku. Mulai besok, hentikan proyek itu! Dan satu hal lagi, selesaikan urusanmu dengan Intan secepatnya!" Abraham mengeluarkan sebuah amplop besar dan tebal lalu melemparkannya ke ata
Baca selengkapnya

"Akan kulempar uang ini ke wajahnya!"

Intan menyibak korden ruang kantornya. Setelah dua hari beristirahat sekarang Intan memulai aktivitasnya di kantor.Beberapa Berkas sudah menumpuk di meja kantornya mungkin hari ini adalah hari yang berat untuknya bekerja. Ia menghirup dalam-dalam udara yang berada di ruangannya untuk memberinya semangat dan kekuatan menjalani pekerjaannya, lalu ia mulai membolak-balik lembaran kertas yang ada di meja kerjanya. Tiba-tibamatanya terpaku pada sebuah berkas yang bertuliskan logo MPM, Ia langsung teringat bahwa itu adalah perusahaan kecil yang dikelola Baskoro. Sedikit penasaran Intan membuka lembaran tersebut, akan tetapi ia dikejutkan dengan  berita acara yang menyatakan bahwa perusahaan MPM sudah tidak bisa beroperasi lagi di bawah naungan Wijaya Group. Hal itu tentu saja membuat instan penasaran. Sebab, sebenarnya ia menaruh perhatian besar terhadap perusahaan itu dikarenakan pimpinanya adalah Baskoro. Agak berdebar Intan membaca detail dari berkas
Baca selengkapnya

Aku memang mencintaimu, tak akan berubah!

Sudah hampir satu jam Baskoro menunggu di lobby perusahaan itu. Ia baru mau beranjak meninggalkan tempat duduknya, hingga sepasang matanya menumpu pada seorang wanita yang baru saja turun dari mobilnya. Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya nampak menghentikan langkahnya dan membungkuk memberikan hormat kepadanya. Tampak sekali bahwa dia adalah seorang wanita yang dihormati di perusahaan ini. Tak diragukan talenta yang ia miliki, ia memang seorang wanita penuh pesona. Didalam hati Baskoro memuji wanita yang ia lihat itu.Ia bahkan sedikit terharu menyaksikan bahwa Intan menjadikan nomor teleponnya sebagai panggilan yang disimpan bersama Bastian. Benarkah dia masih mencintaiku?Namun tiba-tiba ia mengepalkan tangannya. "Cinta?" cibirnya dalam hati. Baskoro mengiringi langkah wanita yang telah ditunggunya sejak tadi.Intan hanya melirik dan membiarkan Baskoro mengikutinya hingga mereka berada dalam satu lift."Apakah kau berubah pikiran?" Intan memul
Baca selengkapnya

Istri?

Baskoro tidak segera merespon apa yang ia dengar. Ucapan itu seperti cambuk petir di kepalanya."Hentikan! Aku tak membutuhkan kamu lagi, aku hanya butuh Bastian. Berikan padaku dan menikahlah dengan pria pilihanmu!" "Sungguh aku tak ingin menikahi siapapun jika Bastian harus pergi dariku," air mata Intan meluncur, itu terlalu menyakitkan baginya."Kumohon Bas, biarkan Bastian bersamaku! Namun aku membiarkan kamu menemuinya kapanpun kamu mau.""Baiklah jika itu maumu, tapi memang benar aku tidak akan menceraikanmu dan juga tidak menganggap kamu adalah istriku!" Ucapnya kemudian."Bas, itu tidak mungkin bukan?" Intan masih menggantung pernyataan Baskoro."Kalau aku istrimu, maka biarlah aku menjadi istrimu Bas, mengapa kamu membuatku bingung?" Intan memegangi kedua lengan Baskoro. Ia ingin Baskoro melihatnya."Apa maksudmu? Kau tahu aku telah mempunyai seorang istri bukan?""Aku tak akan perduli, aku hanya ingin kamu hadir sebagai ayah Bastian dan ak
Baca selengkapnya

Kontrak kerja

"Tidak! Aku tidak bisa bersamamu Wulan, apakah kamu tidak mengingat perjanjian yang telah kita sepakati? Maafkan, aku tidak bisa bersamamu!" Ucapan itu cukup menggema di telinga Wulan. Ia benar-benar tak bisa membuat Baskoro tertarik kepadanya. Namun ia tak boleh menyerah begitu saja."Jika kamu mengembalikan aku ke kampung, lebih baik aku mati saja. Aku tidak mau bercerai denganmu Mas," lirih Wulan, tetapi itu cukup jelas di telinga Baskoro.Baskoro mengacak rambutnya."Mengapa masalah semakin rumit saja!!" Geramnya."Apa yang kamu lakukan? Mengapa aku harus mengikuti kemauanmu?" Baskoro frustasi."Aku tidak bisa Mas, aku sangat mencintaimu!" Wanita benar-benar gila! Mengapa mencintai harus seperti ini? Batinnya berkecamuk."Tidak! Aku tidak mengijinkan kamu mencintaiku, kamu harus segera kembali. Disini Jakarta Wulan, apa kamu mau tidur di kolong jembatan?""Aku tidak perduli Mas, aku akan lakukan apapun untuk bersamamu," Wu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status