หน้าหลัก / Romansa / STAKEOUTS / บทที่ 1 - บทที่ 10

บททั้งหมดของ STAKEOUTS: บทที่ 1 - บทที่ 10

16

Chapter 1 : Malam Pesiar Yang Hangat

Ledakan besar menyemburkan pijar-pijar api di angkasa malam. Keindahan yang memukau di langit, membuat hampir semua mata yang berada di atas kapal pesiar terpana. Mereka semua terbuai, menikmati suasana yang membuat adrenalin mereka semakin meningkat. Tidak peduli pada dingin angin laut yang kian menyergap renik kulit mereka. Dentuman yang berkali-kali memuntahkan warna warni di langit, menjadikan tanda bahwa operasi penting dan rahasia di sana harus segera diakhiri. [Beta, beta, perintah untuk seluruh tim.]Suara pria muncul jelas dari sebuah earphone kecil yang menempel di telinga. Suara yang terdengar tegas dan tenang. [Aku ulangi. Beta. Selesaikan semua misi dalam satu jam. Operasi naco harus segera diselesaikan. Ganti.]"Winter mengerti," balas pelan seorang wanita sambil menyelipkan helaian rambut ke daun telinga. Joy Eira Aster. Wanita dua puluh sembilan tahun itu berdiri sejauh tiga langkah dari pagar kapal. Aster nampak cantik dengan balutan gaun malam yang senada dengan
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-08-10
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 2 : Joe Lucas Barioz

Sinar menyilaukan membuat bola mata yang terbungkus kelopak itu bergerak. Suara samar debur ombak juga ayunan pelan, mulai bisa pria itu rasakan kembali setelah beberapa jam lalu tubuhnya dikuasai oleh obat perangsang. Perlahan, mata dalam itu terbuka dan berkedip untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam manik aswadnya. “Ugh!” erang Joe Lucas Barios. Denyut nyeri menyerang kepala. Jemari tangannya pun langsung menyentuh kening yang terasa berat, perlahan meraba rambut depan dan menarik kencang helaian rambut di sana. Kepalanya benar-benar sangat sakit, terlebih bagian bawah di antara kedua paha. “Damn!” runtuk Lucas, saat ingatan samar semalam terulang. “Alex!” seru Lucas berteriak kencang, kemudian berusaha mendudukkan tubuhnya. Pintu yang berada di atas tangga pun terbuka. Seseorang masuk dan menuruni anak tangga dengan cepat. Seorang pria dengan tato elang di tengkuk leher masuk ke dalam. Pakaian kasual hitam membuat lekuk dari tubuh kekarnya nampak jelas. "Ya bos," jaw
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-08-10
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 3 : Joy Eira Aster

“Luc, kau seharusnya tahu apa yang aku inginkan untuk pertukaran besar ini.” Lucas membuka kancing ketiga dari kerah atas kemejanya. Rasanya panas sekali, kalau saja keluarganya tidak menjadi tawanan Abner ... mungkin sekarang tangan gatalnya sudah memukul keras wajah tua mengesalkan itu. Mengangkat tangan kanan, Lucas mengintip jam tangan yang melingkar di lengannya. Sudah pukul satu siang. Artinya, barang yang ia kirimkan sudah sampai. “Apa anak buahmu belum memberitahu? Aku sudah mengirimkan kepala dari musuhmu.” Abner menyeringai licik. Mana mungkin Abner tidak tahu? Beberapa menit lalu, Abner sudah menerima kabar bahwa musuhnya telah mati tanpa kepala. “Istirahatlah, kau juga pasti merindukan tempat ini,” ujar Abner mengalihkan pembicaraan. Lucas menarik kecil sudut bibirnya. Merindukan? Ini bahkan tempat pertama yang sama sekali tidak ingin ia kunjungi. Tempat indah yang hanya merekam pahit hidupnya. “Luc, kau tahu ... aku sangat berharap besar denganmu daripada sepupu-sepu
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-08-12
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 4 : Dua Peretas

“Siapa yang berani mengintip informasiku?” ujar Aster, mulutnya masih setia mengunyah permen karet yang sudah tidak lagi berwarna. “Untuk saat ini, aku tidak tahu,” jawab Ziggy santai. Perangkat yang pria itu bawa tidak akan bisa melacaknya. “Queen, izinkan aku untuk memeriksa ini di ruanganku,” lanjutnya, memandang Edbert yang berdiri tegap dengan dua tangan terlipat di dada. Nampaknya sang ketua pun kesal pada orang yang berani memasuki pertahananya. “Tidak, izinkan aku yang memeriksa--” “Winter, kau diam di sini dan Zi, lakukan pekerjaanmu dalam sepuluh menit, lalu laporkan semuanya padaku,” sela Edbert tegas, memberikan izin pada Ziggy. Semua anak timnya memang ahli meretas dan melacak, tetapi tetap saja tugas itu sudah ia fokuskan untuk Ziggy. Lagi pula, ia harus menanyakan sesuatu pada Aster. Ziggy tersenyum sumrigah, pria dengan baju yang sama seperti Edbert itu segera bergegas menutup laptop kesayangannya dan beranjak dari sana, meninggalkan rapat yang tengah hampir selesai
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-08-13
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 5 : Palsu

Tuk, tuk, tuk. Ketukan jari di atas meja membuat hati dua orang di sana merasa tak nyaman. Siku kirinya, bertengger di atas armrest dengan dua jari yang menyentuh sisi wajah. Lucas kesal karena sejak pagi, tidak ada satupun anak buahnya yang memberikan kabar gembira. Terlalu kesal sampai ia tidak tahu harus berkata apa, selain meredam kemarahannya sekarang. Mata dalam Lucas terus menatap tajam ke depan. Memandang dua pria di sana. Kekesalan semakin memuncak saat Jay--sekretarisnya--memberikan kabar kalau Abner mengirimkan pesan dan berkata, bahwa kakek tua itu sedang sangat bosan. “Dia sungguh ingin membuatku menjadi anjingnya,” gumam Lucas, mendengkus dengan hati yang panas. “Dia menyediakan panggung dan ingin membuatku menari di sana?” Lucas berdecak. Dalam mimpi! “Apa yang harus kita lakukan, bos?” tanya Alex yang belum lama ini membawa kabar buruk itu. “Apa lagi?” Lucas beranjak dari kursi dan mengambil jas yang tergantung di sana. “Kita akan ke sana dan menjemput Erica.” Sun
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-08-17
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 6 : Aroma

“Dari mana datangnya orang-orang itu?” Aster mengerutkan dahi, berbisik sambil menatap keluar jendela. Di luar sana, ada beberapa orang yang bersembunyi di dalam mobil dan memperhatikan ke arah rumah yang sedang menjadi target tim Beta. [Apa maksudmu? Ganti.]Suara wanita muncul dari alat komunikasi mungil yang menempel pada daun telinga Aster. “Lihat ke luar. Satu menit lalu tidak ada mobil di sana, sekarang rumah ini dikunjungi orang lain selain kita,” ujar Aster seraya menutup kembali tirai putih nan tipis di sana. Pakaian kemeja putih dengan rompi dan celana hitam panjang. Aster sedang menyamar sebagai seorang pelayan di rumah itu. Perintah dari atasan, meminta tim Beta untuk melanjutkan misi. Lebih tepatnya, mencari kebenaran dari pengakuan palsu tahanan yang berhasil mereka tangkap beberapa hari lalu. Dua orang kriminal yang menjajakan barang terlarang di kapal pesiar. [Kau benar. Ganti.] Suara Natalie terdengar. [Aku sudah melacak plat mobil dan identitas mereka. Semua ad
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-08-23
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 7 : Berhasil Dan Gagal

“Lucas? Huh?” Suara wanita menyapa, membuat Aster langsung melarikan diri. “Siapa wanita itu?” ucap Scarlett Bruyne--dengan kontak nama S di ponsel Lucas--wanita itu memandang punggung Aster yang sudah menjauh. “Bukankah dia pelayan di sini?” ungkap Lucas. “Pelayan?” ulang Scarlett. Meski bingung, dua matanya tetap turut mengekori Lucas yang mendekat. Lucas berjalan perlahan mendatangi seorang gadis muda. Rambut kecokelatan bergelombang yang mengembang indah sampai melewati bahu, dress putih crinkle memanjang hingga lutut, warna senada dengan sandal bertali yang terlihat nyaman di kaki jenjang itu. Erica Ashley Luke seperti burung merpati yang terlihat ringkih. Tubuhnya kurus, sinar mata pun seperti tatapan yang kehilangan harapan. Lelah. Entah apa yang telah Abner lakukan pada keluarganya. Apapun itu, Lucas akan memberikan bayaran setimpal untuk siapapun yang sudah berani melukai keluarganya. Ini pertemuan yang cukup mengharukan, meski terasa aneh dengan iringan latar musik dari
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-08-28
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 8 : Tuhan Telah Ikut Campur

Dentuman musik dengan lampu warna warni yang menyorot indah. Suara bising dan bau alkohol turut menyerbu ke setiap sudut ruang. Sudah dini hari, tetapi lantai dansa masih saja ramai dipenuhi lautan manusia. Menari dengan tubuh yang kian memanas. Tak henti, mereka terus menggerakan semua anggota tubuh dengan bebas. "Natalie, coba lihat apa yang kutemukan," ucap Aster sambil menyeruput minuman non alkoholnya. "Hm?" Natalie menurunkan bibir gelas dari mulutnya. "Apa yang kau temukan?" tanyanya seraya mengintip laptop yang sejak tadi Aster perhatikan. Di luar pekerjaan, mereka memang akan menggunakan nama asli dan terkadang, ada beberapa kasus yang mengharuskan identitas asli mereka untuk dilenyapkan demi kepentingan tugas dan menggantinya dengan identitas baru. Bagaimana pun, agen mata-mata pemerintahan adalah boneka millik negara. Mereka pahlawan tanpa nama. "Dugaanku benar, ternyata dia pria yang sama." Aster menaruh minumannya, menyesap bibir yang sedikit menyisakan rasa lemon.
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-09-01
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 9 : Satu Nada Tunggu

“Ibuku pernah mengatakan, pertemuan ketiga itu bukanlah sebuah kebetulan. Melainkan sebuah tanda, bahwa Tuhan telah ikut campur secara langsung. Cara Tuhan mempertemukan kita cukup luar biasa, bukan?” bisik Lucas Mata dalam setajam elang itu memandang tepat ke dalam dua manik biru yang terbuka lebar di depannya. Jari jemari yang mencengkram dua pergelangan tangan itu bergerak lembut mengusap telapak tangan kiri Aster. "Dasar gila! Apa dia sedang menggodaku?" runtuk Aster dalam hati. Ingin sekali ia melayangkan tendangan tepat di kedua paha pria ini. Kenapa Tuhan mempertemukan mereka kembali. Terlebih setelah ia mengetahui identitas Lucas. Aster sungguh sedang menahan diri untuk tidak berhubungan dengan mafia Eagle. “Lepaskan!” seru Aster, memberontak dengan sekuat tenaga. Lucas tersenyum tipis. Ternyata tidak salah. Lucas juga merasakan ini saat dipertemuan kedua mereka. Perasaan seperti terbuai hanyut ketika beradu pandang dengan wanita ini. Manik biru Aster memang memberikan ef
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-09-08
อ่านเพิ่มเติม

Chapter 10 : Kerja Bagus

Suara ketikan dari papan keyboard terdengar jelas. Bau kopi lebih menyengat daripada tinta dan tumpukan kertas di ruangan itu. Kembali, manik biru sebening kristal menoleh pada benda hitam mungil di atas meja. Suara walkie talkie terdengar setiap beberapa menit untuk membawa kabar informasi dari luar. Aster terus memindai, melirik tanpa terlewat sambil menjawab pertanyaan dari pria muda berseragam kepolisian. Sudah menjadi kebiasaan dirinya untuk menganalisis situasi dan tempat yang dikunjunginya. Saat ini, Aster sedang berada di kantor polisi Manhattan bagian distrik timur. Satu setengah jam lalu, Aster memutuskan untuk mengikuti saran Lucas. Meski sempat ada keraguan. Namun Aster pikir, saat Lucas meminta melaporkan kepada pihak hukum. Ia merasa itu taruhan yang cukup untuk mempercayai ucapannya. Lucas tentu juga mempertaruhkan masa depannya. Mafia tidak akan mau berhubungan dengan hukum. Meski bisa bebas dengan uang jaminan besar, tetapi tetap saja akan merepotkan. Terlebih, L
last updateปรับปรุงล่าสุด : 2021-12-26
อ่านเพิ่มเติม
ก่อนหน้า
12
DMCA.com Protection Status