“Jangan pernah berani untuk mengintip,” ingat Caraline sesaat sebelum melakukan aksinya. Wanita itu mengembus napas panjang, mengelus dada yang tiba-tiba berdebar kencang. Ini tidak sulit, Caraline. Bukankah ini hal yang selalu kau inginkan, batinnya kemudian.Caraline memulai dari mengeringkan wajah Deric. Gerakannya perlahan dengan tatapan yang tertuju pada pria itu. Kesempatan ini ia gunakan untuk menatap semua pahatan paras pria bermanik biru itu. Sungguh sebuah mahakarya sempurna yang diciptakan Tuhan. Mata, alis, hidung, bibir, pipi, semuanya tanpa cela.Caraline kembali mengembus napas panjang ketika tangan mulai berpindah ke arah leher. Saat jarinya tak sengaja menyentuh permukaan kulit Deric secara langsung, ia refleks menjauhkan handuk dari tubuh pria itu. Namun, tak lama kemudian ia kembali melakukan aksinya.“Jangan mengintip,” pinta Caraline seraya mengatur pola napas yang mendadak tak beraturan.&ldq
Read more