Semua Bab Simpanan Dokter Konglomerat : Bab 21 - Bab 30

43 Bab

Chapter 21. Akar mimang

"Huaaa..." teriak Raizel terkejut.Raizel terjingjat mundur melihat isi dari bungkusan kain kafan itu. Diva yang ikut terkejut menutupi mulutnya yang menganga karena hal tersebut."Ya Tuhan," sambung Diva."Santet!" ucap Raizel dengan sangat jelas."Rumah ini jelas diguna-gunai!"Raizel kembali mendekati kain berisi keris belumur darah segar yang tadi dilemparnya."Apa Ki Daweh, yang melakukan ini semua?" gumam Raizel yang suarajta terdengar oleh gadis di hadapannya."Ki Daweh?""Pria tadi Ki Daweh Rai?" tanya Diva meminta penjelasan."Iya," balas Raizel seraya mengangguk."Ki Daweh itu dukun yang semalem kan Rai?""Ngapain ya, dia merhatiin kita di luar sana! Kan bisa masuk jaa kalau emang ada perly!" tutur Diva begitu polos.Raizel tidak menanggapi pembicaraan Diva, dan memilih membungkus keris berdarah itu dengan kain kafan tadi."Bantuin gua Div," celetuk Raizel."Iya Rai!" ucapnya
Baca selengkapnya

Chapter 22. Siluman Ular Loreng

"Rai!!!" teriak Egy yang mendapati temannya terbaring di rerumputan.Raizel tergeletak pingsan tak sadarkab diri di arel pekarangan sebrang balkon tadi. Diva melongo, sambil menutupi mulut dengan kedua tangannya karena melihat Raizel pingsan. Ia merasa tak percaya, belum lama semenjak dirinya meninggalkan Raizel di sana.Egy berlari, kemudian berjongkok dan segera memangku kepala temannya itu. Dia memasang mimik wajah sendunya sambil menepuk nepuk pipi mungil Raizel yang hampir memerah karena pukulannya. Vano melipat kedua tangan, ditemani Caca dan Cindy yang sibuk mengerubungi Raizel . Diva dan Ayah Egy berlutut di belakang Egy seraya mengelus pundak anaknya."Rai! Rai bangun!" panggil Egy berulang kali."Div? Raizel kenapa? Kok bisa pingsan gini ?" tambah Egy yang agak penasaran.Diva mengusap air mata bersalahnya yang membasahi sedikit pipi kirinya. Ia menggelengkan sedikit kepalanya karena tak tahu-menahu dengan apa yang dialami Raizel. Ia meny
Baca selengkapnya

Chapter 23. Ahli Teluh

Beberapa jam sebelum kejadian..."Kenapa gagal Kang! Gimana sih!" Suara perdebatan dua orang pria menyeruak dari sebuah rumah yang ukurannya tak terlalu besar. Dari balik jendela rumah kayu itu terlihat pria paruh baya yang sudah memasang raut wajah marah pada laki-laki tua yang duduk bersila di depannya."Saya sudah menunggu lama Kang! Seharusnya kemaren adalah hari yang tepat untuk membalaskan dendamku. Tapi apa ini! Gagal sudah!" protesnya.Pria tua itu adalah Ki Daweh, Ia menghela napas panjang sembari menenangkan pria di hadapannya itu."Iya sabar, akang pasti bantu kamu! Balas dendammu pasti terbalaskan!" jelas Ki Daweh tenang."Kemaren ada pengacau di sana! Bocah dari kota. Kini dia di rumah Gunawab bersama anak sulungnya.0"Iya sabar, kakang pasti tetep bantuin kamu buat balas dendam ... Kemaren ada pengacau, bocah dari kota yang tinggal dirumah Gunawan bersama anak sulung Gunawan"Sebagai dukun Ki Daweh terkenal
Baca selengkapnya

Chapter 24. Penyekapan dan Terus Terang

Aroma kuat dari makhluk-makhluk peliharaan Ki Daweh memenuhi sesak atmosfer kediaman dukun Teluh itu. Termasuk siluman ular yang sebelumnya mengacau di rumah Pak Gunawan sebelumnya.Rumah Ki Daweh terbilang cukup kecil, jika di tempati sebuah keluarga. Hanya ada 2 ruangan dan sebuah ruang tamu tempat dirinta menerima permintaan dari para kliennya. Tak jarang orang yang datang untuk meminta pesugihan, pelet pengasihan , hingga susuk pemikat. Beberapa pelanggan VVIP nya biasanya dari kalangan juragan. Seringkali juragan juragan itu datang untuk menyantet pesaing usahannya, atau juga pembalasan dendam.Ki Daweh duduk bersila, sambil memejamkan mata dalam posisi semedinya. Ia sedikit mengguratkan senyuman usai kedatangan makhluk suruhannya membawa hasil. Tidak jauh dari tempatnya bersemedi. Seorang gadis hasil tangkapan siluman ular peliharaannya, sudah dalam kondisi tak berdaya. Diva terduduk di sebuah bangku kayu dengan kedua tangan dab kaki yang terikat ke
Baca selengkapnya

Chaoter 25. Ketenangan Hati

Kemudian Raizel menyodorkan keris dengab beberapa bercak darah yang mulai mengering dari kedua sisinya ke arah Egy dan ayahnya."Kalian ingin lihat Ega?" tanya Raizel pada kedua ayah dan anak itu.Karena terkejut dengan pertanyaan yang disodorkan Raizel, mereka berdua saling beradu mata tak paham."Maksudnya?" sanggah Egy heran, menatap Raizel."Iya, aku akan coba mempertemukan kalian berdua dengan arqah Ega!" balas Raizel meyakinkan kembali."Ega di sini nak?" tandas ayah Egy."Hmmm..." gumam Raizel mengangguk."Baiklah nak, om mau mencobanya..." tutupnya.Mata dari ayah dan anak itu berkaca kaca seolah tak benar benar percaya dengan apa yang Raizel bicarakan. Setelah bertahun tahun wajah mereka tak bersua dengan gadis kecil kesayangannya."Ulurkan kedua tangan kalian!" perintah Raizel pelan."Genggam punggung tangan saya om!" imbuhnya berkata pada Gunawan.Raizel menggenggam gagang keris yang dibaluti guu
Baca selengkapnya

Chapter 26. Ega Hilang

5 Tahun SilamDesa Bagaharuni, ruang hidup yang belum risak oleh tatanan kota. Masih asri dan belum terjamah. Senyum penduduk lokal yang masih kental terjaga. Manusia dan binatang hidup berdampingan layaknya berumah tangga dalam ekosistem. Penuh semenjana.Bukan pemandangan langka, jika bertemu satwa liar di jalanan desa. Burung Rangkong Paruh Putih, Macan Tutul, Kasuari hingga Babirusa.Listrik hanya tersedia hingga jam 5 sore, sisanya hanya obor dan lampu minyak yang dapat diandalkan. Tpi ada satu rumah yang punya akses listrik 24 jam. Kediaman milik Gunawan, juragan padi kaya raya, bergelimang harta. Ia punya genset pribadi di rumahnya.Rumahnya bertingkat 2 dengan cat putih yang masih cukup baru karena belum lama selesai di bangun. Hampir separuh sawah yang ada di desa adalah kepunyaannya. Ia beristri dan memiliki seorang putra bernama Egy dan putri bungsunya Ega. Meski punya rumah sebesar itu, bangunan mewah tersebut jarang di tempati. K
Baca selengkapnya

Chapter 27. Garis Polisi

"Tolong anak saya pak?""Dia hilang!!" Gunawan berteriak teriak kebakaran jenggot."Tenang pak, tenang!! Gimana kronologinya?" tanya pak polisi hutan itu.Salah satu polisi hutan di sana berjalan menuju Gunawan, sambil membawa nampan."Duduk pak! Duduk dulu! Ini minum dulu," ucapnya menyodorkan segelas air putih.Gunawan segera menenggak habis air tersebut, dan mengelus dadanya pelan."Jadi gimana ceritanya pak? Gimana bisa hilang?""Tadi, waktu saya ke dapur. Anak saya, sendirian di halaman rumah,main ayunan. Tiba tiba waktu saya ngisi air di dalem, ada suara teriakan pak?""Menurut bapak siapa yang teriak?" tanyanya agak nyeleneh.Plakkk..."Ya anaknya lah, semprull!!" ucapnya seniornya menampol anak buah di sampingnya itu."Suaranya memang terdengar seperti anak saya pak, makanya saya langsung lari ke depan,""Di sana anak saya sudah tidak ada di tempat pak. Yang ada tinggal buku gambar yang berse
Baca selengkapnya

Chapter 28. Hasil Autopsi

Toktoktok... Toktoktok...Suara ketukan terdengar, suarnya mengusik gendang telinga milik seorang kakek yang tengah nonton TV di ruang keluarga."Gunawan?" ucap lansia itu usai membukakan pintu."Ayah," ucapnya segera memluk pria itu."Kamu kenapa nak?" tanyanya mengusap rambut anaknya yang sudah menjadi ayah itu."Aku harus gimana yah? Aku bukan ayah yang baik?" ucapnya menangis di pundak ayahnya."Kamu kenapa? Ada masalah?" balasnya melonggarkan pelukan kemudian menatap anaknya yang baru pertama kalinya menangis sejak ia sudah menjadi suami."Gunawan salah yahh!!" lanjutnya masih menangis mengusap air matanya."Siapa yah?" suara seorang Ibu ikut bergabung mendekati mereka berdua."Loh Gunawan?" teriaknya melihat anaknya menangis di pelukan ayahnya, membuat ayahnya menoleh."Kamu kenapa nak? Ada masalah?" tambahnya lagi bertanya.Mereka bertiga duduk di ruang tengah, untuk melanjutkan menginterogasi anakny
Baca selengkapnya

Chapter 29. Pemakaman tanpa izin

Setengah hari Fani melakukan perjalanan ke rumah ayah Gunawan. Ia membawa Egy yang saat itu masih kelas 6 SD menuju Desa Bagaharuni.Brakkk...Sosok perempuan muncul dari balik pintu rumah yang menghantam tembok."Fani?" ucap Gunawan di ruang tamu."Dimana lokasi kejadiannya mas?" teriaknya seperti hewan buas."Kamu sudah datang Fan? Sudah makan?" tanyanya mendekati istrinya di pintu, dan menyeret Egy masuk agar di bawa ke kamar oleh neneknya."Antar aku ke sana sekarang mas!"Tanpa pikir panjang, Gunawan menarik pergelangan tangan istrinya menuju mobil. Mereka langsung menuju ke lokasi kejadian."Berikan barang bujti kemaren pak!" ucap Gunawan pada polisi yang berjaga di sana.Mata Fani mendelik tidak percaya saat melihat baju berwarna oren bunga bunga. Baju itu sudah compang- camping, sobek sana sini seperti terkoyak digigiti hewan. Ditambah darah segar yang mengering telah mengental dirumput, tepatnya di bawah garis p
Baca selengkapnya

Chapter 30. Penjaga Jiwa

Apa yang tak benar-benar Egy ketahui 5 tahun lalu kini sudah jelas. Hanya sebab kematian Ega yang belum terungkap."Setelah itu, Mamah sama papah barjauhan seperti yang kamu tau sekarang," ungkap Gunawan menatap Egy merasa bersalah."Maafkan papah Egy!" ucapnya lagi.Egy menangis dalam diam. Ia benar-benar terpukul mendengar kenyataan bahwa Ega tak pernah dimakamkan. Ia juga tak tahu penyebab Ega meninggal yang sebenarnya.Tapi Egy tahu, dia tidak bisa menyalahkan Ayahnya. Ini tak sepenuhnya salah ayahnya."Papah masih nyimpen baju milik Ega yang dulu ditemukan?" tanya Egy berharap bahwa Ayahnya masih menyimpannya."Papah masih menyimpannya kok," Gunawan beranjak dan berjalan menaiki anak tangga, berniat untuk mengambil baju Ega yang selama ini masih ia simpan dengan baik.Tidak lama setelah itu, Gunawan kembali menuruni anak tangga, di tangannya ada sebuah kotak. Gunawan kembali duduk di lantai tempat ia duduk tadi, lalu meletakan ko
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status