Home / Pernikahan / Simpanan Dokter Konglomerat / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Simpanan Dokter Konglomerat : Chapter 31 - Chapter 40

43 Chapters

Chapter 31. Tragedi meloloskan diri

"Jangan Rai! Aku mohon!!!" teriak Diva pada laki laki tampan di depannya.Raizel tetap melangkahkan kakinya mendekati kursi tempat Diva terikat. Ia sama sekali tak menggubris apa yang gadis itu ucapkan kepadannya. Ia meraih tapi yang mengikat kedua tangan Diva lebih dulu, dan berusaha melepaskan ikatannya."Plisss Rai stop! Berhenti gue bilang!!!""Gue mohon Rai, gue gak papa! Lho pergi sekarang dari sini!" teriaknya mengeluarkan air mata karena khawatir Raizel akan kenapa kenapa jika melepaskannya.Hati Raizel mengatakan bahwa Ia harus segera menyelematkan gadis yang ada di hadapannya itu. Urusan hasil dan bahaya adalah urutan yang kesekian. Ia tak akan benar benar mendengarkan apa yang Diva teriakan padanya."Raizel! Berhenti, gue mohon..." lirihnya."Lo waras?" bentak Raizel membuat gadis iti terdiam, namun tetap mempertahankan air matanya yang meratapi bahaya di sekitar Raizel."Apa lho udah gak waras? Lho nyuruh gue pergi dari si
Read more

Chapter 32. Hendrik

Sambil mengusap darah dari hidungnya, karena bocah kota itu Hendrik duduk di kursi halaman depan rumah kakangnya. Ia juga sedikit kesal dengan kakangnya yang kurang cekatan dalam menyelesaikan masalah. "Sial!" gumamnya merogoh kotak rokok dari saku celananya.Ia menyulut api dari korek gas yang dipegangnya. Menyodorkan api pada rokok yang sudah nangkring di mulutnya sekarang. Asap tercipta usai api membakar tembakau di ujung rokok itu.Hendrik adalah adik kesayangan Ki Daweh. Apapun yang ia inginkan akan Ki Daweh turuti. Sekalipun nyawanya yang diminta oleh adik laki-laki satu-satunya itu. Mereka besar berdua saja usai ibunya meninggal lebih dari sewindu yang lalu.Sebuah kisah tentang dendam Hendrik, Ia adalah kekasih Fani. Istri Gunawan yang gagal dinikahinya karena terhalang restu orangtua .'Jika hujan menumpahkan seluruh isinya kepada bumi secara cuma-cuma, maka aku dapat mencintaimu tanpa syarat.'Sebuah suara hati, yang tak mamp
Read more

Chapter 33. Rencana Guna-guna

Sampailah hendrik di sebuah gubug tua milik kakangnya, Ki Daweh. Ia berniat meminta bantuan dari dukun teluh itu. Hendrik yang dalam keadaan kesal menerobos masuk melalu pintu kayu bagian samping, tanpa memberi salam.Ia kemudian duduk bersimpuh, dengan raut wajah cemberut di hadapan kakangnya yang tengah bersemedi. Hendrik melirik kakangnya yang masih memejamkan mata dalam posisi bersila di ruang praktek perdukunannya."Kang!" ucapnya mencolek lutut kiri kakangnya, seraya bergelayut layaknya bocah SD.Ki Daweh masih fokus pada semedinya. Mulutnya tetap komat kamit merapal mantra yang tidak dimengerti oleh Hendrik. Ia tak merespon rengekkan adiknya itu.Plakkk...Hendrik dengan sengaja menepuk paha kakangnya itu dengan cukup kasar, membuat Ki Daweh sedikit terjingkat. Ia sedikit membuka kelopak matanya, dan melirik adiknya."Ada apa?" ucapnya kembali menutup matanya.
Read more

Chapter 34. Melumpuhkan dalam tiga kali gerakan

"Kang??" ucap Hendrik mengetuk pintu rumah kakangnya."Kang???" panggilnya sekali lagi, namun tak ada kabar burung yang menjawab panggilannya dari dalam rumah."Akangmu di rumah?" tanya Fani mulai sedikit merasakan cemas melekat di pundaknya."Tadi sore sih di rumah,""Apa dia, ada urusan diluar ya?" gumam Hendrik cukup keras didengar oleh wanita yang berdiri di sampingnya itu."Kita, pulang aja deh. Keliatannya kakangmu nggak di rumah!" serunya dengan nada gemetar, karena bulu romanya meremang tanpa sadar.Brakkk...Pintu rumah Ki Daweh yang full terbuat dari kayu, menabrakkan diri ke tembok. Yang aneh dan membuat Fani semakin panik kengerian karena tak ada seseorang pun yang menyentuh pintu itu, baik dari dalam rumah."Ayo masuk," ucap Hendrik memasang wajah dingin, dengan tatapan datar."Bentar," balas Fani menggaet len
Read more

Chapter 35. Pemujaan

"Kau apakan kekasihku kang!" teriaknya.Hendrik sedikit terkejut sekaligus marah melihat kelakuan akangnya itu. Ia bangkit dari duduknya, seraya memprotes dukun teluh di depannya itu.  Hendrik jelas tak terima meski itu akangnya sendiri. Ia tak rela kekasihnya itu disakiti oleh siapapun, termasuk kakak tercintanya."Tenang, aku hanya membuatnya diam!" ujar Ki Daweh mengelus pundak kiri Hendrik, yang tengah dalam kondisi marah."Kau tidak menyakitinya kan?" tanya Hendrik memastikan kembali apa yang dilakukan oleh kakaknya."Hmmm," Ki Daweh hanya mengangguk-angguk."Sekarang kau ingin aku melanjutkan hal ini tidak?" tanya Ki Daweh."Aku harus bagaimana!" Hendrik berbalik dan memasang wajah cemberutnya karena bingung."Kau ingin menikahinya kan?" dukun itu bertanya sembari berjalan ke tempat duduknya sebelumnya."Kan aku sudah bilang kang, aku ingin memiliki Fani seutuhnya!" jelas Hendrik sekali lagi untuk meyakinkan kakangny
Read more

Chapter 36. Menikah

"Sembah hamba padamu gusti!" ucap Ki Daweh menyatukan kedua telapak tangannya ke atas sambil menunduk hormat pada suara tersebut.Hendrik hanya mengikuti apa yang sedang kakaknya itu lakukan. Walaupun bulu romanya sudah menegang sedari tadi, dia berusaha mengabaikan rasa takutnya. Semua ini demi cintanya pada kekasihnya Fani."Hamba kemari meminta bantuanmu gusti," "Bantuan apa yang kau butuhkan Daweh?" suara beratnya cukup membuat telinga Hendrik bergidik ngeri."Perempuan di depan hamba ini, adalah kekasih adek saya! Dia menginginkan gadis itu menjadi miliknya selamanya!" Daweh bercerita keinginannya membawa gadis itu ke sana."Huahhaaahahah...""Ini bukan masalah, apalagi untuk pengikut setiaku seeprtimu Daweh,""Huahhahahaha..." tawanya menggema pada langit langit gua itu.Raja iblis yang di sembah Daweh adalah penguasa alam bawah. Lebih hantu dari pada iblis manapun. Menurut mitologi tanah jawa namanya Bathara Kala,
Read more

Chapter 37. Membunuh atau Membiarkanmu Bunuh diri!

"Kakang dari mana sih!" teriak Hendrik membentak kakaknya dengan kasar.Kesabarannya sekarang sudah tak mampu dibendung lebih lama lagi. Terlebih ini sudah kesekian kalinya rencana Ki Daweh gagal untuk membantu menyatukan Fani dan Hendrik. Ia memeinta pertanggungjawaban dari kakaknya itu."Liat nih kang, Hendrik jadi gagal kan menikahi Fani!" keluhnya pada laki laki yang yang baru memasuki pintu rumah itu."Kenapa lagi dengan Fani?" tanya Daweh yang tak tau apa apa mengenai kejadian yang terjadi di rumahnya tadi."Ayahnya tadi kemari, marah-marah.""Dia membawa Fani kembali, sambil terus memakiku! Aku tidak terima jika aku dibeginikan kang!" teriak Hendrik menggebu-gebu karena sakit hati dengan omongan ayahnya Fani."Udah kamu tenang dulu!" Daweh berkata dengan tatapan tenang, sambil mendekat mengusap punggung Hendrik pelan."Gimana bisa tenang sih kang! Kalau aku gabisa dapetin Fani, maka tidak ada orang yang boleh memiliki Fani!" te
Read more

Chapter 38. Kamu Harus Mati

Pranggg...Sebuah gelas dijatuhkan begitu saja karena uap panas membuat tangan seorang gadis melepuh. Dia Ajeng sari, putri Joko. Gadis itu meniup ibu jarinya yang melepuh karena gelas teh yang terlalu panas oleh air mendidih."Sial!" umpatnya."Firasat buruk apa ini!" ucapnya merasakan sesak di dadanya karena tak enak hati.Ajeng Sari adalah kembang desa, wajahnya yang rupawan memikat pemuda seumurannya. Masih SMA, masih sangat muda. Dia adalah anak perempuan Joko yang sangat penurut dan baik hati. Ia juga sangat menyayangi ayahnya yang duda ditinggal mati, juga adeknya Reza yang belum lulus SD."Ayah?" pekiknya.Gadis itu menjinjing roknya yang berwarna abu abu karena hendak berangkat sekolah saat itu. Berlarilah dirinya menghampiri ayahnya. Ia ingat bahwa ayahnya sedang naik ke atas bukit. Ia juga tahu kalau Daweh bukan dukun baik baik. Hanya memastikan kalau kalau ada apa apa dengan ayah tercintanya.Sementara itu ayahnya masih be
Read more

Chapter 39. Tuhanku lebih kejam dari Iblismu

"Ayahh!!!" Ajeng Sari berteriak menatap ayahnya yang melayang terikat lidah Genderuwo itu.Wajahnya memerah, dengan isi kepala yang hampir meledak karena terus menghirup bau busuk dari lendir di lidah Ge IPnderuwo itu. Ia hanya mampu menoleh ke arah anak gadisnya, dan berteriak lirih."Ja-nggann..." ucapnya tak genap.Genderuwo yang awalnya hendak segera menyantap tubuh Joko, langsung menjatuhkan laki laki malang itu ke tanah lagi. Ia melihat mangsa lain yang lebih menggoda imannya. Ajeng Sari terhirup anyir amis, karena darah haid yang masih deras saat itu. Aromanya membuat jiwa buas makhluk itu berubah arah."Ayah!" ucapnya memeluk ayahnya yang hampir tak sadarkan diri terkapar di tanah."Sadar yah, ayah kenapa!" teriaknya lagi menepuk nepuk pelan wajah ayah tercintanya.Firasat Ajeng Sari tak salah, seperti dugaannya bahwa Daweh akan mencelakai ayahnya. Ajeng Sari tak menatap Genderuwo itu lebih bengis. Ia memang wanita, tapi ia tak perna
Read more

Chapter 40. Joko Gila

Makhluk suruhan Daweh lainnya kini bertindak keras. Wujudnya seperti ular, tetapi tubuhnya mirip manusia pada umumnya, mulai dari bagian perut hingga kepala. Bisa di sebut siluman ular jika dipikir-pikir.Makhluk itu meruncingkan taring dari kedua sudut bibirnya, lidahnya sesekali menggeliat menjulur  keluar masuk, benar benar mirip gelagat ular. Ia meringis buas usai membuat Ajeng Sari tersungkur ke semak semak."Kau mau ke mana gadis manis?" kekehnya dengan puas menatap gadis muda itu gelimbungan."Makhluk sialan!" teriak Ajeng Sari tak terima.Pandangannya masih tak terlalu menggubris makhluk tersebut, dan lebih memilih bangkit untuk menengok ayahnya yang nggelundung ke bawah sebelumnya."Arghhh, ayah?" ucap Ajeng Sari sedikit mengusap sikutnya yang tergores beberapakali oleh ranting semak semak, dan menengok ke arah bawah."Ayah?"Ajeng Sari masih
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status