Beranda / Semua / Tujuh Dosa Besar / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Tujuh Dosa Besar: Bab 31 - Bab 40

112 Bab

31. ANGGOTA KE-TIGA

Arya mengernyitkan dahinya, dia merasa heran karena Idun sangat terkejut saat bertemu dengan Dida. Makanya dia langsung menoleh ke arah Idun. Namun, saat Dida memanggil namanya, Arya kembali mengalihkan pandangannya pada Dida.“Oh, Kak Dida kamu sendirian di sini? Maksudnya nggak ada satu pun pemain yang kakak kenal atau dekat?” tanya Arya to the point.Dida menggeleng. Sesekali matanya itu melirik ke arah Idun yang masih terkejut saat melihat sosok Dida. Dia tersenyum canggung, seperti sedang merasakan sebuah kekhawatiran.“Jadi dari awal Kak Dida sendirian?” tanya Arya lagi.Dida mengangguk. “Pemain yang aku kenal di sini cuman kamu. Dari awal aku emang sendirian, makanya cuman bisa sembunyi,” jawab Dida, dia tersenyum kecut.“Aah ….” Arya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Pantas saja perempuan itu terlihat sangat ketakutan. Padahal skill yang dimilikinya cukup bagus. Tinggal diarahka
Baca selengkapnya

32. SATU JAM TERAKHIR

Setelah berkeliling mencari anggota sekitar empat jam, akhirnya Arya bisa mendapatkan dua pemain tambahan. Mereka adalah Firman, dengan aura berwarna merah muda, dan Reza dengan aura berwarna merah. Ya … kalau boleh jujur, sebenarnaya Firman bukanlah pilihannya. Namun, karena pemain pilihannya sudah terkunci dan direkrut oleh anggota lain, dan Arya beberapa kali gagal merekrut karena auranya yang sama dengan pemain yang sudah direkrutnya. Akhirnya saat dia berpapasan dengan Firman—yang memiliki aura berbeda dan jobclass yang dia inginkan, tanpa basa-basi Arya langsung merekrutnya. “Thanks, ya, Bang, kalian udah mau bergabung di tim saya,” ucap Arya pada Firman dan Reza. Walau begitu Arya sebenarnya sempat putus asa saat mencari anggota timnya. Karena ternyata tidak semudah yang dia bayangkan; mencari anggota dengan aura yang berbeda dan jobclass yang berbebda. Memang jobclass bukanlah syarat, tapi Arya tahu misi kedepannya akan sulit. Dia butuh tim yang bisa
Baca selengkapnya

33. JANGAN MEREMEHKANKU

“Bapak mencari leader yang kuat?” Arya menghampiri pria jangkung dan berkharisma itu.Jika tadi Arya tak salah dengar, di kehidupan nyata pria itu adalah seorang direktur perusahaan. Sepertinya laki-laki itu tidak berbohong. Terlihat dari pembawaan dan visual-nya yang mendukung bahwa dia adalah seorang pemimpin perusahaan. Walau untuk seumurannya masih sangat muda.“Siapa kamu anak kecil?” Pria itu mengernyitkan dahi dan menatap Arya dengan tatapan meremehkan.“Perkenalkan saya Arya. Salah satu pemain yang ditunjuk menjadi leader dalam misi selanjutnya,” ucap Arya. Ia mengulurkan tangan kanannya, hendak berjabat tangan dengan pria tersebut.Pria itu menyidik anak laki-laki di hadapannya. Matanya itu memindai postur tubuh Arya dari atas sampai bawah. “Bahahahaha!” Dia tertawa terbahak-bahak. Bahkan tangan kanannya itu memegang perutnya sendiri.Arya menarik sebelah alisnya, lalu menarik kembali tangan
Baca selengkapnya

34. LAST MEMBER

 “Fire Hawk!” serunya Arya dengan lantang. Mata Candra membelalak, saat melihat tiga ekor burung yang terbuat dari api muncul begitu saja dari ujung pedang milik bocah yang sedang berdiri di hadapannya. “I-itu, kan ….” Jantung pria itu berdegup dengan kencang. Ya! Candra tahu betul dengan skill itu. Tiga ekor burung elang dari pemilik elemen api. Ini adalah skill milik seseorang yang menyelamatkan nyawa para pemain lain di misi pertama, saat melawan Belphegor. Dia sangat takjub dengan skill tersebut, apalagi saat skill itu digabungkan dengan burung falcon milik pemain berelemen angin. “Sekarang Bapak tahu siapa saya?” tanya Arya sambil tersenyum menyeringai. Rekan Arya di belakangnya pun ikut tersenyum. Mereka tak menyangka bahwa bocah yang duduk di bangku kelas tiga SMA itu memiliki kecerdasan dan keberanian yang sangat tinggi. Candra masih dibuat terkejut oleh Arya. Saat Candra mengangguk menjawab pertanyaan Arya, seketika tiga
Baca selengkapnya

35. GAGAK PERUSAK

“Apakah tawaran lo masih berlaku buat gue, Arya Kusuma?” Arya membulatkan matanya, ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu dari seorang gadis yang dia kenal. Kenapa gadis itu ada di sini? Bukannya tadi dia menolak mentah-mentah ajakan Arya? “Angel!” pekik Idun. Kemudian dia menghampiri si gadis pemanah. “Masih! Masih, kan, Ya?” Idun beralih memandang Arya. Arya melepaskan tangan Candra pada kerah bajunya. Untungnya Candra melonggarkan cengkramannya itu. Mungkin karena dia juga sama terkejutnya saat mendapati sosok Angel. “Lo, yakin?” tanya Arya lagi. Angel menyisir rambutnya dari depan ke belakang. “Setelah gue pikir-pikir, emang nggak ada pemain yang bisa ngimbangin gue selain lo. Dari pada gue rugi dapat leader yang nggak kompeten. Ya … walau lo sendiri belum oke banget buat jadi leader,” timpal Angel dengan nada yang siapa pun yang mendengarnya akan merasa jengkel. “Cih!” Arya berdecih, lalu mendengus. “Nggak usah malu-malu gitu.
Baca selengkapnya

36. MENUJU KEKAISARAN DAINIKU

Ting. Seluruh rekan satu tim Arya langsung menoleh ke arah jam digital mereka. Ternyata keenam anggota itu mendapatkan pesan secara bersamaan.   [Selamat, kalian resmi bergabung bersama ‘Ravens Destroyers’, Leader; Arya Kusuma. Selamat menjalankan misi!]   “Hah? Ravens Destroyers?” dengus Candra. Hatinya merasa kesal, karena bocah itu tak menampung saran darinya. “Not bad, lah,” ucap Reza sambil menarik sebelah sudut bibirnya. Matanya melirik ke arah Firman. Dia merasa senang ketika Arya menampung sarannya, walau … kata ‘maung’ tak dia pakai. Firman berdecih saat mendapatkan tatapan mendelik dari Reza. Dia paham laki-laki itu sedang menyombongkan dirinya sendiri. Tapi dia enggan untuk meladeni bocah seperti Reza. Jadi, untuk menghemat energi dia lebih baik diam. Lagi pula Firman lebih tertarik dengan keberadaan Angel. Arya sendiri bergeming, dia masih fokus menatap layarnya. Pasalnya pesan yang dia dapatkan be
Baca selengkapnya

37. KEUNTUNGAN LIMA TIM TERATAS

“Arya!” seru seseorang dari arah kanan Arya. Anak laki-laki itu langsung menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Kemudian dia melihat sosok laki-laki yang menghampiri dirinya. Nampak tak asing bagi Arya, tapi dia sendiri merasa tidak yakin dengan laki-laki itu. “Masih ingat saya?” tanya laki-laki itu. “Ah, tapi mana mungkin kamu ingat saya. Lagi pula dulu saya tidak memperkenalkan diri padamu,” imbuhnya sambil tersenyum. Arya mendadak canggung. “Ta-tapi wajahnya nggak asing, kayaknya kita pernah bertemu, ya?” timpal Arya. Laki-laki—yang terlihat memilliki jobclass swordman itu mengangguk. “Iya. Tepat setelah kami, ah, tidak, lebih tepatnya kamu mengalahkan Belphegor, saya datang menyapamu,” ujar laki-laki itu. Arya mencoba untuk memutar kembali ingatan tepat setelah kekalahan Belphegor. “Ah! Iya, saya ingat!” seru Arya. Saat dia melihat ke belakang laki-laki itu, terlihat ada enam pemain lainnya sedang berkumpul dan berdiskusi di sana. Seper
Baca selengkapnya

38. TIKET EMAS

Arya menatap layar besar itu dengan sangat tajam. Dia sudah tidak sabar mendengar apa keuntungan yang akan didapatkannya. Tak hanya Arya, tapi semua rekannya pun sangat antusias dengan keuntungan tersebut.Terdengar suara aneh di tempat tersebut. Arya mencoba mencari dari mana suara seperti gemuruh itu berasal. Sampai akhirnya tepat di depan hutan tersebut muncul lima lubang, yang perlahan terbuka semakin lebar.Dari dalam lubang itu tak terlihat apa pun, hanya warna hitam pekat. Selain itu, semua pemain di sana bisa merasakan semilir angin yang berembus dengan kencang dari dalam lubang tersebut. Arya mencoba memicingkan matanya, mengarahkan pandangannya ke lubang hitam tersebut.“Keuntungan kalian adalah bisa mempersingkat perjalanan menuju Kekaisaran Dainiku,” ungkap Poppy.“Hah?” Arya terlihat kebingungan dengan apa yang diucapkan Poppy. Mempersingkat perjalanan? Maksudnya apa?“Jadi, di depan kalian ada lima portal
Baca selengkapnya

39. TIDAK BERSYUKUR

Arya perlahan bangkit, walau dia masih merasa nyeri pada bagian dadanya. Matanya masih memindai sekeliling tempat itu. Mereka terdampar di sebuah hutan yang sangat lebat. Dasar atau lantai hutan itu terasa sangat lembab dan juga sedikit berlumut.“Sepertinya kita sudah memasuki bagian dalam hutan,” ucap Angel sembari menepuk-nepuk pakaiannya yang terlihat sedikit kotor.“Jarak tempuh kita tinggal 4.900 km lagi,” ucap Idun yang sedang mengecek peta pada layar digital miliknya.“Hah? 4.900? Bukan 4.500?” pekik Candra. Dia buru-buru mengecek dan ternyata yang dikatakan Idun benar. “Sial! Gini, nih, kalau bukan tim nomor satu. Kita cuman mengurangi jarak tempuh sebanyak enam ratus kilometer? Cih!” cecar Candra kesal.Muak. Arya mulai merasa kesabarannya sudah habis. Dari kemarin Candra selalu mengoceh karena timnya tidak bisa duduk di peringkat pertama. Awalnya Arya malas menanggapi, tapi lama-kelamaan, dia mera
Baca selengkapnya

40. SIDE QUEST; DANAU (1)

Dida tersungkur dan meringis. Badannya terasa sakit, ketika dengan tidak sengaja tubuhnya itu membentur sesuatu di depannya. “Kak Dida, Kakak baik-baik saja?” tanya Arya, mencoba mengecek keadaan salah satu anggota timnya. “Sepertinya tempat ini dihalangi dinding kaca,” ucap Firman. Arya langsung menoleh saat mendengar ucapan dari Firman itu. Terlihat laki-laki itu sedang meraba sebuah dinding kaca yang tak begitu nampak. Iya, dinding itu tidak akan terlihat, jika tidak bersentuhkan dengan manusia—lebih tepatnya avatar manusia. Selang beberapa detik, dari jam digital yang melingkat di tangan kanan para pemain, terdengar bunyi notifikasi pesan. Dengan serempak, mereka langsung mengalihkan fokusnya pada jam tersebut. Membuka layar digital masing-masing dan melihat sebuah pesan muncul begitu saja.   [Side Quest]   Arya mengerutkan keningnya. Ternyata memang ada misi lain seperti ini, dia kira seperti di level pertama yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status