Home / All / Tujuh Dosa Besar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Tujuh Dosa Besar: Chapter 11 - Chapter 20

112 Chapters

11. POHON KITOS

Arya masih ingat betul dengan suara perempuan itu. Benar saja, saat dia menoleh, matanya mendapati sosok Tomochi.“Ayo, kalian bertiga ikut denganku. Akan aku buktikan bahwa dengan menyimpan uang di Pohon Kitos, uang kalian akan bertambah dengan sendirinya,” papar Tomochi.“Cih!” Gadis yang bersama Arya dan Idun mendengus. “Urusan gue udah selesai, ya. Gue pamit duluan,” kata gadis itu. Dia langsung berjalan meninggalkan Arya dan juga Idun. Namun, tiba-tiba anak gadis itu berbalik dan kembali menghampiri Arya.Gadis itu mendekatkan dirinya pada Arya, lalu berbisik. “Hati-hati, jangan percaya siapa pun di sini. Ingat satu hal lagi, jangan menjadi pemalas.”Setelah itu gadis berambut pendek itu benar-benar pergi meninggalkan Arya dan Idun. Arya langsung tertegun saat mendengar kalimat yang baru saja dikatakan gadis yang tak ia ketahui namanya.“Ah, kamu!” Idun nampak sumringah saat melihat k
Read more

12. IGNIS

Arya langsung menahan tinjuan Idun dengan tangannya. Entah kenapa dia merasa dirinya bertenaga sekarang. Biasanya dia selalu menghindari pertengkaran fisik, jika di dunia nyata. Jelas saja, karena Arya akan kalah dengan lawannya. Badan kurus seperti Arya mana bisa menang saat pertarungan fisik?Namun, sekarang Arya seolah mendapatkan sebuah kekuatan. Ternyata kekuatan itu dia dapatkan dari level dan experience yang Arya miliki. Tentu saja level dan EXP milik Arya lebih unggul dari milik Idun. Hal itu yang membuat Arya bisa untuk menahan serangan balasan dari partner-nya itu.“Denger apa kata gue atau lo mati di level ini?” desis Arya sembari melayangkan tatapan tajam pada Idun.Deg.Seketika jantung Idun seperti dihantam benda berat. Dia merasa terintimidasi dengan tatapan tajam Arya. Entah kenapa Idun merasa ada yang aneh dari tatapan laki-laki itu, tapi dia tak bisa menjelaskan hal itu.Namun, Idun enggan untuk mengakui kekalahannya.
Read more

13. WHITE CHRYSANTHEMUM

Masih mencoba menahan sakit, akibat dari hantaman keras yang baru saja Arya terima. Arya masih tidak tahu apa yang menghantamnya tadi, karena semuanya terasa sangat cepat.Lalu sambil meringis, Arya mencoba untuk mengangkat kepalanya. Dia mengarahkan pandangannya ke depan. Betapa terkejutnya Arya, saat melihat sang singa putih menggeram dan menggretak Arya.Mata Arya membulat seketika. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mencoba bangkit, walau harus tertatih. Dia menahan beban tubuhnya menggunakan katana yang dia tancapkan pada tanah. Singa itu mengaum, tatkala melihat pergerakan dari Arya. Namun, pandangan Arya tak lepas dari menatap kedua bola mata milik si raja hutuan.‘Oke, tenang, Ya. Jangan panik dan tatap mata singa itu!’ Arya membatin. Kemudian dia langsung mengubah posisi katana, lalu memegang senjatanya itu dengan kedua tangannya.Arya masih ingat, dia pernah membaca sebuah artikel tentang cara menghadapi hewan buas seperti singa. D
Read more

14. SOSOK IDUN

“Arya kamu kenapa?”Arya mendengar suara idun dengan sangat samar. Matanya kini terpejam, mencoba menahan rasa sakit yang sangat dahsyat dia rasakan pada kepalanya.‘Kenapa sakit sekali?’ batin Arya. Otaknya kini benar-benar terasa penuh dan perlahan mulai menunjukkan sesuatu.Sebuah bayangan yang menampilkan kenangan seseorang. Tapi kenagan siapa? Perasaan Arya tak memiliki kenangan seperti ini. Dia mencoba memfokuskan dirinya pada bayangan yang muncul di benaknya. Anehnya, walau Arya tahu itu hanya sebuah kenagan, tapi Arya merasa dirinya hadir di sana.  Idun. Iya, Arya melihat ada Idun di sana. Memangnya Arya pernah bertemu dengan Idun sebelumnya? Ah, tidak! Yang sedang dilihat oleh Arya adalah kenangan Idun. Benar. Ini adalah efek dari item bunga white chrysnathemum yang tadi dia gunakan.“Tidak ada sejarahnya ketua OSIS itu malas!” sentak seorang wanita yang berumur sekitar pertengahan lima puluh tahun
Read more

15. IDUN BERUBAH

“Thanks, Dun,” ucap Arya. Dirinya kini sedang dibaringkan oleh laki-laki berambut cepak.Tadi status HP milik Arya sangat kritis, sudah terjadi perubahan warna dari hijau ke merah. Dengan cekatan Idun langsung mengeluarkan item penambah darah yang kemarin sempat dibelinya. Kemudian dia berikan item tersebut untuk mengisi HP milik Arya.“Santai,” jawab Idun.Arya mencoba bangkit dan duduk. Dia langsung menekan jam pada pergelangan kirinya, lalu muncullah layar digital yang berbentuk transaparan miliknya. Kini status HP dia kembali terisi penuh.“Dun, itemnya gue ganti, ya,” kata Arya merasa tak enak. Dia mencoba untuk membeli item yang sama kemudian, dia akan berikan pada Idun.“Nggak usah,” tolak Idun. “Gue punya banyak potion itu,” katanya terdengar seperti sedang bealasan.“Tapi, tetep aja ini jatah lo.” Arya memaksa untuk menggantinya.“Udah, pokoknya ngg
Read more

16. WARNING!

Arya memijat dagunya pelan. Kini dia sedang duduk bersila sembari melihat ke arah layar miliknya. Ia sedang memilih item untuk mengganti penampilannya. Bagaimanapun penampilan itu penting. Karena terkadang kebanyakan orang ketika menilai orang lain, pasti melihat cover-nya dulu.“Argh!” Arya menggeram, ia mengacak rambutnya sendiri. Kemudian dia memijit keningnya pelan.“Arya. Oke, nggak?” tanya Idun. Sontak Arya menoleh, lalu dia mendapati Idun dengan kostum barunya.Kini Idun mengenakan sebuah baju dengan lengan terbuka. Pada kerahnya terdapat bulu halus berwarna putih. Bagian bawahnya menggunakan celana panjang dan sepatu cokelat. Tak lupa, Idun mengenakan sarung tangan grizzly.Arya menganga. Penampilan Idun benar-benar keren sekali. Dia memicingkan matanya, melihat ke arah lengan Idun. “Sejak kapan lo punya otot, Dun?” tanya Arya.“Oh, ini?” Idun memegang salah satu lengan berototnya. Kemudian di
Read more

17. DINDING KACA

[PERINGATAN!] Layar digital Arya di dominasi warna merah. Dia dan Idun saling melempar pandang. Tak lama kemudian dia mencoba untuk menutup tanda peringatan itu, tapi tidak bisa.“Apa ini?” tanya Idun panik. Dia juga berusaha menghentikan sebuah peringatan itu, dengan memijit tombol jamnya berkali-kali, tapi hasilnya nihil.“Gue juga nggak tahu,” timpal Arya. Dia mengigit bibir bawahnya. menarik napas dalam, lalu menghembuskannya dengan perlahan. Laki-laki berumur delapan belas tahun itu nampak gugup. Perasaannya mendadak tidak enak.Tiba-tiba ada ikon peringatan pada ikon peta yang tersedia di sudut layar. Kedua bola mata Arya langsung tertuju ke sana. Penasaran, telunjuknya itu langsung menyentuh layar pada ikon peta.Kedua alis Arya hampir bertautan, saat melihat tanda peringatan itu muncul di sebuah titik. Merasa tidak asing dengan titik itu, Arya mencoba memperbesar ukurannya.“Dun, ini &helli
Read more

18. IBLIS PERTAMA

Arya mencoba menembus pertahanan dinding kaca itu. Dia dan pemain lainnya mencoba untuk mengeluarkan skill-skill yang mereka miliki. Namun, hasilnya tetap saja nihil. Sedangkan kondisi di dalam sana sudah sangat kacau.“Sial!” Arya mengumpat, karena usahanya itu tidak membuahkan hasil.Kemudian pandangan Arya diarahkan pada Tomochi yang sedang berada di tengah-tengah kekacauan itu. Perempuan yang memiliki rambut panjang bergelombang itu nampak mencurigakan.“Aaaakkk!” Terdengar suara teriakan dari dalam dinding kaca itu. Semua pemain yang terjebak di sana berteriak; merintih kesakitan.Mata Arya membulat seketika, saat melihat pemandangan yang sangat tidak wajar di dalam sana. “Apa-apaan itu?!” pekiknya. Bulu kuduk milik anak laki-laki itu berdiri. Rasa merinding kini menjalar disetiap jengkal tubuhnya.Mengerikan. Itulah yang bisa Arya katakan sekarang terhadap kondisi yang ada di hadapannya. Bagaimana tidak? Ti
Read more

19. SANG KEMALASAN

‘Tidak!’ Arya menjerit dalam hatinya. Sepertinya laki-laki yang gagah berani itu lupa memperhitungkan satu hal. Pada tangan kanan iblis itu terdapat dua ekor ular. Pergerakan hewan reptil itu jangan pernah disepelekan. Benar saja, saat laki-laki yang mengenakan baju besi itu berlari dan hendak mengincar tubuh sang iblis. Dua ekor ular itu mengetahui pergerakannya. Dengan cepat mereka merayap dan menghampiri laki-laki itu. “Jangan!” teriak Arya. Dia refleks langsung menarik pedangnya dan berlari, hendak mengincar ular yang sedang mengintai laki-laki itu. Namun, sayang pergerakan Arya tak secepat kedua ekor ular itu. Salah satu ular berbisa yang dimiliki sang iblis, langsung mengigit pemain berbaju besi itu. “Aaaakk!” teriaknya. Walau laki-laki itu mengenakan baju besi, tapi tidak dengan bagian kakinya. Ular itu sangat pintar, tahu mana area terbuka yang bisa ditembuh olehnya. Dia langsung mengigit area itu. Seketika ular itu mengisap da
Read more

20. KRITIS

‘Oh, shit!’ rintih Arya dalam hati.Sesak. Arya merasa semakin kesulitan bernapas. Tangan besar milik Belphegor itu dengan kuat mencengkram tubuhnya yang kurus.‘Kalau gini terus, bisa-bisa gue mati,’ batin Arya sambil meringis. Matanya menyipit, gigi bagian atas dan bawahnya beradu, ditekan dekan kuat, menahan rasa sakit yang dirasakannya.“Ah, kamu ini si anak yang menyebalkan, ya?!” ucap sang iblis kemalasan. “Aku dari awal tidak pernah menyukaimu! Berani-beraninya kamu menghalang-halangi mangsaku!” sentak Belphegor. Matanya kini menyala menatap wajah Arya yang sedang menahan sakit.Ada pertanyaan yang muncul di benak Arya. Dengan berusaha sekuat tenaga, dia mencoba membuka mulutnya. “Ma-maksudmu?” tanyanya lirih.Namun, ternyata sang iblis bisa mendengar pertanyaan Arya. Kemudian dia mendengus kesal. “Kamu selalu menghalangi temanmu. Padahal dia bukanlah seorang pekerja keras. Di
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status