Home / All / Tujuh Dosa Besar / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Tujuh Dosa Besar: Chapter 41 - Chapter 50

112 Chapters

41. SIDE QUEST; DANAU (2)

Seseorang mengintrupsi Arya, ketika dia hendak menekan tombol ‘lanjutkan’ untuk mengkonfirmasi pemain yang  sudah dipilihnya untuk menyelesaikan misi ini. “Ada apa?” tanya Arya dengan wajah kesal. “Kenapa tidak ada nama saya?” protes Candra. Dia melihat dengan jelas, bahwa dirinya tidak di pilih oleh sang leader. “Tidak bisa! Pokoknya kamu harus memilih saya!” tegasnya lagi. Ya. Memang pada daftar pemain yang Arya pilih untuk menyelesaikan side quest ini, tidak ada nama Candra. Arya hanya memilih dirinya dan empat anggota tim RD; Idun, Dida, Reza dan Firman. Untuk Candra dan Angel, Arya tak memilihnya. “Begini juga sudah cukup, Pak,” balas Arya. “Tidak bisa! Tetap kamu harus memasukkan saya ke dalam daftar pemain yang kamu pilih! Kenapa kamu harus memilih Di? Jelas-jelas level dia itu jauh di bawah saya. Level dia itu masih 24, setara dengan salah satu buaya di sana,” tunjuk Candra yang mengungkapkan protesnya. Benar. Anggota tim
Read more

42. SIDE QUEST; DANAU (3)

Candra mengeluarkan skill yang memiliki efek sangat kuat dan besar untuk musuhnya. Ah, tidak! Bukan hanya untuk musuhnya, tapi untuk siapa pun yang ada di dalam jangkauannya. “Bangsat!” umpat Arya saat dirinya merasa sedikit sesak. Helth Poin miliknya benar-benar berkurang. Dia tahu betul, ini adalah efek yang dia dapatkan dari skill yang baru saja dikeluarkan oleh Candra. “Dasar laki-laki tua!” desisnya. Prang. Terdengar suara seperti pecahan kaca. Kelima buaya tadi langsung dikalahkan oleh Candra. Tubuhnya yang besar dan menyeramkan itu, seketika hancur, saat HP milik kelima buaya itu terkuras habis oleh Candra. Seketika, lingkaran hitam yang tadi muncul akibat efek dari skill Forgo Sarlo milik Candra menghilang. Terlihat laki-laki berumur kepala tiga itu, terengah-engah, tapi sejurus kemudian dia tersenyum penuh. Wajahnya terlihat sangat segar dan bugar. Jelas saja, dia mengisap semua HP musuh dan bahkan rekan satu timnya—yang tadi ada dalam jangka
Read more

43. KITA INI TIM

“Ja-jangan!” Teriakan itu berasal dari Dida. Perempuan itu mencoba berdiri, walau butuh sedikit perjuangan. “Jangan keluar. Aku tahu dan sadar, kalau levelku masih di bawah kalian … tapi, dari pada mengeluarkan Pak Candra yang jelas memiliki skill lebih baik dari aku. Lebih baik aku aja yang keluar, karena aku pasti jadi beban buat kalian,” ucapnya. “Loh, kok, kakak yang keluar, sih?” sergah Idun. Dari raut wajahnya terlihat, bahwa anak laki-laki itu tak ingin Dida meninggalkan timnya. “Lagi pula sebelum dia, Kak Dida yang lebih dulu masuk ke tim ini.” Idun menunjuk Candra tanpa segan. “Tapi … aku-aku nggak mau jadi beban kalian.” Dida menunduk dengan perasaan bersalah. “Nggak, siapa yang bilang Kakak beban kita?” “Pak Candra yang bilang,” timpal Dida dengan setengah berteriak. Terlihat mata perempuan itu berkaca. Jauh dari dalam lubuk hatinya, Dida merasa sakit ketika dianggap sebagai beban tim. Memang, kemampuan Dida berbeda dari yang lain,
Read more

44. NOTIFIKASI

“Eh? Itu apa?” seru Firman. Arya yang penasaran, dia mendekat ke cahaya tersebut. “Sepertinya ini item yang kita dapat dari buaya tadi,” ucap Arya. Tangan anak laki-laki itu terulur ke depan. Sedetik kemudian cahaya emas yang sedang mengapung itu turun dan sebuah benda asing mendarat di telapak tangan Arya. Dia menautkan alisnya, saat melihat benda bulat dan kecil berwarna emas. Dalam benda itu terdapat sebuah tombol. Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi dari jam digital milik Arya. Dengan sekejap pada jam itu keluar sebuah hologram yang menampilkan sebuah benda yang menyerupai barang yang sedang dipegang di tangan kanan Arya. [Tombol Pembuka Portal. Kamu bisa menggunakan benda ini untuk membuka portal otomatis. Sebelumnya tentukan titik koordinat tempat yang ingin kamu tuju. Memiliki jarak maksimal 1500 km.] “Wah! Ini item bagus, kita sangat membutuhkan benda seperti ini.” Arya membalikkan badannya, wajahnya nampak sumringah. “Apa?” s
Read more

45. KEKERINGAN

“Apaan ini?” pekik Arya, saat dirinya selesai membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke akun miliknya.Penasaran, rekan satu timnya langsung menoleh dan mendekat kea rah Arya. Mereka pun membaca secara saksama isi pesan itu.“Maksudnya apa? Besok tempat ini akan dilanda bencana kekeringan?” ujar Firman.“Sepertinya begitu,” timpal Arya.Menurut pesan yang baru saja Arya dapatkan, kekeringan akan melanda tempat ini besok. Semua persediaan air dan makanan tidak tersedia lagi. Itu berarti sumber kehidupan mereka akan hilang. Sedangkan, untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka harus memanfaatkan alam. Dalam misi kedua ini mereka tak menemukan toko sama sekali.“Terus gimana dong?” keluh Dida. Bibirnya itu melengkuk ke bawah dan wajahnya pun nampak memelas.Arya menarik napas dalam. Kedua bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Sesekali dia mengigit bibir bawahnya. Kemudian dia mencoba melihat
Read more

46. SANG PENUNGGU HUTAN

“Siapa yang beraninya mengambil makananku di sini!” teriaknya lagi.Arya terus mendongak, memindai daerah di sekitar hutan yang bisa terjangkau oleh pandangannya. Namun, dia tak menemukan apa pun. Hanya saja, dia merasa bahwa suara itu sangat dekat dengannya.Brug!Arya menoleh ke belakang, dan dia mendapati Dida tersungkur ke tanah. Dida mengangkat kepalaya dan mata hitamnya membelalak maksimal.“A-Arya,” ucapnya lirih. Telunjuknya itu di arahkan ke satu titik di atas sana. Tangan kanan Dida terlihat bergetar hebat.Arya langsung memperhatikan ke mana Dida menunjuk. Sontak mata Arya pun langsung membulat. Tubuhnya seketika menengang, sampai-sampai dia tidak bisa bergerak sama sekali.“Keluar kalian! Aku bisa mendengar suaramu!” raung makhluk itu lagi.Ternyata benar, sosok itu adalah seorang monster. Di lihat dari perwujudannya; kepala besar, mata dan mulut pun besar, gigi bertaring tajam. Arya men
Read more

47. SIA-SIA

Tak membantah perintah dari Arya, Dida pun hanya mengangguk dan langsung berlari dengan cepat. Sedangkan Arya dan Idun berhenti, lalu saling bertatapan.“Tes drive, lo keluarin satu item yang lo ambil dari hutan itu,” bisik Arya. Idun hanya mengangguk dan langsung mengeluarkan item yang baru saja diambil olehnya beberapa saat lalu. Sedetik kemudian dia langsung melemparkannya dengan sekuat tenaga.  Mata monster itu bisa menangkap apa yang dilempar oleh Idun. Labu! Mata monster itu langsung berbinar. “MAKANANKU!” pekiknya, yang kemudian lidahnya itu terulur. Menangkap labu besar itu dengan cara melilitnya. Dengan cepat, buah labu itu ditarik oleh lidahnya yang ternyata bisa memanjang, dan dia langsung melahapnya.“Mana makananku yang lain?!” berang Tao-Tie. Monster itu tidak bodoh, dia tahu bahwa Arya dan Idun masih menyembunyikan sebagian besar makanan yang diambil tanpa seizinnya. Ah, lagi pula, jika mereka meminta izin
Read more

48. JALAN PINTAS

“Lo yang nyuruh dua jam, tapi lo yang telat tiga puluH menit!” Bukannya disambut dengan baik, Reza malah menyindir Arya. Dua anak laki-laki itu baru saja datang dan bergabung bersama dengan anggota timnya yang lain. “Ish! Aku, kan, udah bilang, Za. Kalau kita ini ketemu monster!” sanggah Dida. “Monster apa? Kita aman-aman aja, tuh?” Reza membandingkan dengan timnya. “Ah, udahlah, Bang Reza. Lo nggak lihat, Arya sama Idun mukanya kelelahan gitu?” timpal Angel. Dia mengeluarkan dua kendi botol dan diberikan pada Arya juga Idun. “Thanks,” ucap Arya. Dia langsung menengadahkan kepalanya dan segera meminum air dalam botol tersebut. Ah, rasanya segar sekali. “Arya, gimana persediaan makannya aman, kan?” tanya Dida sedikit khawatir. Mendapat pertanyaan itu, raut wajah Arya berubah. Dia hanya menghela napas. “Kenapa lo kayak hopeless gitu? Jangan-jangan lo nggak bawa apa-apa?” serang Reza lagi, kini nada bicaranya naik satu okt
Read more

49. MENYEBRANGI LAUTAN

Sejak diperjalan tadi, Arya terus merubah rute perjalanannya. Rekan satu timnya terus mempertanyakan hal itu. Namun, Arya hanya berkata bahwa mereka harus mengikuti perintahnya.Kesal, karena tak mendapat jawaban yang memuaskan. Angel pun marah pada Arya, dia menuntut penjelasan, kenapa Arya terus merubah rute perjalanannya. Padahal di dalam sistem sudah diberi tahu rute yang harus mereka tempuh, agar bisa sampai di tempat tujuan mereka, Kekaisaran Dainiku.“Ya, lo yakin, kan ini jalan yang bener?” tanya Angel ragu.Arya mengangguk. “Tenang, Jel. Ini jalan pintas yang gue maksud,” jawabnya.Angel mendadak tak yakin dengan ide Arya. Pasalnya sejauh mata memandang, dia hanya melihat laut lepas. Dia masih ingat betul, jika mereka mengikuti arahan sistem, mereka tidak akan menemui lautan, hanya sungai biasa.“Lo nggak berniat buat kita pakai jalur laut, kan?” tanya Angel lagi.“Sayangnya gue nggak bisa j
Read more

50. KEBERADAAN TIM LAIN

“Ini apa?” gumam Arya yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia mencoba memperbesar layarnya, guna mengetahui titik berwarna merah itu. “Wah! Ini titik tim lain!” pekik Arya.Ya, saat Arya mencoba memperbesar, dia bisa melihat tulisan Grim Reaper—yang ada di depan, dan Speed Hunter—yang ada di belakang. Berarti kalau begitu jarak antara ketiga tim ini sangat dekat. Dan satu hal yang membuat Arya senang, Ravens Destroyers lebih unggul dari Speed Hunter—ranking ke-2 saat misi kedua ini dimulai.Saat ini, memang leaderboard belum di-update, masih menampilkan data yang lama. Jadi, Ravens Destroyers masih berada diurutan ketiga. Walau begitu, mengetahui kondisinya saat ini, cukup membuat Arya senang. Untung saja dia bisa mencari jalan pintas.“Huek!” Tiba-tiba saja Dida memuntahkan isi perutnya. “Ahhh… sial! Kenapa harus muntah? Sayang, kan, ini makanan.” Dida meratapi isi perutnya yang sudah
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status