Beranda / Semua / Tujuh Dosa Besar / 49. MENYEBRANGI LAUTAN

Share

49. MENYEBRANGI LAUTAN

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sejak diperjalan tadi, Arya terus merubah rute perjalanannya. Rekan satu timnya terus mempertanyakan hal itu. Namun, Arya hanya berkata bahwa mereka harus mengikuti perintahnya.

Kesal, karena tak mendapat jawaban yang memuaskan. Angel pun marah pada Arya, dia menuntut penjelasan, kenapa Arya terus merubah rute perjalanannya. Padahal di dalam sistem sudah diberi tahu rute yang harus mereka tempuh, agar bisa sampai di tempat tujuan mereka, Kekaisaran Dainiku.

“Ya, lo yakin, kan ini jalan yang bener?” tanya Angel ragu.

Arya mengangguk. “Tenang, Jel. Ini jalan pintas yang gue maksud,” jawabnya.

Angel mendadak tak yakin dengan ide Arya. Pasalnya sejauh mata memandang, dia hanya melihat laut lepas. Dia masih ingat betul, jika mereka mengikuti arahan sistem, mereka tidak akan menemui lautan, hanya sungai biasa.

“Lo nggak berniat buat kita pakai jalur laut, kan?” tanya Angel lagi.

“Sayangnya gue nggak bisa j

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tujuh Dosa Besar   50. KEBERADAAN TIM LAIN

    “Ini apa?” gumam Arya yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia mencoba memperbesar layarnya, guna mengetahui titik berwarna merah itu. “Wah! Ini titik tim lain!” pekik Arya.Ya, saat Arya mencoba memperbesar, dia bisa melihat tulisan Grim Reaper—yang ada di depan, dan Speed Hunter—yang ada di belakang. Berarti kalau begitu jarak antara ketiga tim ini sangat dekat. Dan satu hal yang membuat Arya senang, Ravens Destroyers lebih unggul dari Speed Hunter—ranking ke-2 saat misi kedua ini dimulai.Saat ini, memang leaderboard belum di-update, masih menampilkan data yang lama. Jadi, Ravens Destroyers masih berada diurutan ketiga. Walau begitu, mengetahui kondisinya saat ini, cukup membuat Arya senang. Untung saja dia bisa mencari jalan pintas.“Huek!” Tiba-tiba saja Dida memuntahkan isi perutnya. “Ahhh… sial! Kenapa harus muntah? Sayang, kan, ini makanan.” Dida meratapi isi perutnya yang sudah

  • Tujuh Dosa Besar   51. JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN KALIAN

    Keesokan harinya mereka bangun sedikit terlambat, tak terkecuali Arya. Buru-buru dia mengecek keberadaan tim lain—Grim Reaper dan Speed Hunter. Arya berdecak, dia melihat sekarang ada tiga tanda merah di dalam petanya. Ia mencoba memperbesar ukuran peta, ingin mengetahui tim mana yang berada di dekatnya. Ternyata Speed Hunter kini menyalip mereka lagi, dan di belakang Ravens Destroyers terdeteksi dua tim dengan peringkat 4 dan 5—Demonic Slayer dan Kacil Liar.“Ah, sial! Kenapa kita pada kesiangan gini, sih?!” rutuk Arya sembari mengacak-acak rambutnya.“Udahlah, dari pada ngeluh mending kita langsung caw!” kata Firman yang beranjak dan merapikan pakaiannya.“Sebentar … tapi gue laper, Bang. Seenggaknya kita sarapan dulu, lima menit cukup,” sela Reza. Perutnya kini keroncongan. Padahal kemarin dia bisa menahan rasa lapar, tapi pagi ini perutnya itu meminta diisi.Bukan ide yang buruk. Lagi pula Arya ju

  • Tujuh Dosa Besar   52. AKIBAT MENGKHIANATI SEBUAH KEPERCAYAAN

    Perasaan marah Reza kini sudah berada di ubun-ubunnya, kepalanya terasa mau pecah. Belum lagi perutnya memang sedari tadi tidak bisa diajak kompromi. Semakin memuncaklah emosi Reza. Maka dari itu, kita jangan pernah sampai menyulut emosi orang yang sedang kelaparan. Akibat perasaan kesal dan marahnya sudah diujung tanduk. Tanpa disadari dia sudah mendatangkan petir lagi. Hal itu sontak membuat semua anggota tim terkejut dan merasakan aura pekat dari diri Reza. “Ma-maaf. Kamu nggak denger kalau aku udah minta maaf, Za? Iya, aku salah. Aku tahu itu.” Dida menangis, badannya terasa lemas sekarang. “Maaf? Gue nggak mau denger kata maaf dari lo!” tampik Reza. “Denger, ya, cewek rakus! Siapa, sih yang pengin kelaparan? Nggak ada! Tapi gue tahan keinginan dan hasrat untuk makan. Karena gue mikir, di sini gue nggak sendirian. “Makan seperlunya dan semampunya. Gue selalu nyadarin diri sendiri. Eh, tapi lo malah dengan enaknya memakan semua persediaan. Apa lo n

  • Tujuh Dosa Besar   53. BANGKAI

    Idun panik, saat melihat sikap Dida yang tidak biasa. Walau dia tahu mereka sedang berada di dalam game, tapi tetap saja semuanya terasa nyata. Dia sampai menahan muntah, padahal perut dan tenggorokannya itu sudah terasa mual.Tidak bisa dibiarkan. Namun, apa daya, Idun sudah berusaha melarang Dida beberapa kali dan perempuan itu terus menepisnya. Tenaga perempuan itu tiba-tiba menjadi kuat, beberapa kali Idun terpental. Dengan perasaan khawatir yang mengakar, Idun langsung berlari mengejar Arya.“Arya! Gawat!” Idun berseru dengan keras, saat dia sampai di tempat Arya. Ia mencoba untuk mengatur napas dan menelan ludah secara kasar.“Kenapa?” Melihat Idun datang dengan tergesa-gesa, membuat Arya penasaran. Dia sepertinya sudah bisa memprediksi, bahwa sedang terjadi sesuatu.“Kak Dida, Arya. Kamu harus ikut, aku nggak bisa menahannya!” jawab Idun dengan panik.Arya langsung beranjak dan dia pun segera berlari. &ldq

  • Tujuh Dosa Besar   54. PENAWARAN TERBATAS

    “Arya! Kenapa lama banget!” seru Reza dari belakang. Namun, Arya tak menoleh, dia masih merasa ada yang janggal antara Idun dan Dida.“Apa kalian saling mengenal?” tanya Arya lagi.Idun dan Dida tersentak, lalu mereka menggeleng. Arya menautkan alisnya. “Terus? Kenapa percakapan kalian seperti itu?” tanya Arya lagi.“Aku nggak kenal Kak Dida, begitupun Kak Dida nggak kenal aku. Tapi aku tahu dia,” ungkap Idun.“Tahu dia? Memangnya dia siapa?” tanya Arya. Tentu saja dia menanyakan siapa Dida di dunia nyata. Kenapa Idun bisa mengetahuinya?Idun menatap Dida, lalu perempuan itu menggeleng. Idun tersenyum pada Dida, mengerti apa yang perempuan itu inginkan.“Saat ini siapa dia tidak begitu penting. Lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita. Tapi biarkan Kak Dida terikat, aku tidak ingin dia melakukan hal tadi lagi,” kata Idun.Arya masih merasa heran, dia ingin menget

  • Tujuh Dosa Besar   55. 2 JUTA GOLD

    “Gila. Ini kesempatan langka, tapi gue nggak punya duit sebanyak ini,” kata Arya dengan mata yang masih membelalak.“Kenapa?” tanya hampir semua anggota Ravens Destroyers.Arya menelan ludahnya, lalu melihat secara bergantina pada seluruh anggotanya. “Lagi ada penawaran untuk item pembuka portal. Item ini baru dimasukkan ke toko, tapi harganya nggak ngotak,” kata Arya“Berapa?” tanya Firman.“2 juta gold,” jawab Arya. Kemudian dia mencoba menghitung lagi jumlah angak nol yang tertera di layarnya. “Bena, 2 juta gold,” katanya lagi dengan yakin. “HAH?” semua anggota RD memekik.Bagaimana bisa ada item semahal itu? Namun, jika melihat dari kegunaan dan fungsinya, yang benar-benar sedang mereka butuhkan, tidak salah juga kalau item tersebut memiliki harga yang mahal.“Cuman tersedia dalam tiga puluh menit. Gimana? Tapi gue nggak punya duit seb

  • Tujuh Dosa Besar   56. KEKAISARAN DAINIKU

    Siapa pun pasti akan merasa tergugah dengan aroma yang baru saja masuk dengan sopan ke indra penciuman para pemain. Arya bisa merasakan aroma makanan yang beraneka ragam. Dia menghirup dalam-dalam dan seketika perutnya langsung keroncongan.“Ini wangi makanan!” seru seorang perempuan ber-cloak biru muda. Ia langsung bangkit dan berlari melewati gerbang berwarna merah yang menjulang tinggi.“Kak Dida, tunggu!” panggil Arya. Dengan cepat Arya langsung bangkit, tapi dia tersentak. Ketika di dekatnya tiba-tiba muncul sebuah portal dan menghempaskan pemain keluar dari sana.Perlahan portal itu semakin banyak dan para pemain langsung berkumpul di depan gerbang besar itu. Terlihat sebagian besar dari mereka pun langsung berlari saat mencium aroma yang menggugah selera makan mereka. Wajah mereka terlihat berbinar, seperti baru saja menemukan sumber kehidupan.“Arya! Teman-teman!” teriak Dida sambil melambaikan tongkatnya. &ldqu

  • Tujuh Dosa Besar   57. TARGET SELANJUTNYA

    Mendengar namanya dipanggil, Arya langsung membuka matanya yang baru saja tertutup. Mendongak dan mendapati seorang laki-laki dengan mengenakan kostum yang terlihat sangat keren sekali. Arya sampai terkesima dibuatnya. “Arya. Akhirnya kita bisa bertemu lagi,” ucap laki-laki dengan pakaian yang berkelas. Jubah berwarna keemasan dan terdapat baju besi menempel di badannya. Arya mengenali laki-laki itu, dia adalah leader dari tim nomor satu dalam game ini. Tak heran jika penampilan laki-laki itu berkelas. Ah, sungguh, Arya dibuat iri olehnya. “Oh, Bang Ryan,” sapa Arya. Ia hendak bediri, tapi Ryan meminta Arya untuk tetap duduk. Laki-laki itu kini mendaratkan bokongnya pada tanah di samping Arya. “Syukurlah kamu bisa sampai sini. Bagaimana dengan timmu?” tanya Ryan. “Ah.” Arya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Tim saya baik-baik saja. Hampir saja kami menyalip kalian, tapi sayang ternyata Grim Reaper itu tim yang tak mudah tersentuh,” puji Ar

Bab terbaru

  • Tujuh Dosa Besar   112. REALITA

    Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi

  • Tujuh Dosa Besar   111. GEMPA DAHSYAT

    Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa

  • Tujuh Dosa Besar   110. SI TUA GILA HARTA

    “Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de

  • Tujuh Dosa Besar   109. JANGAN BUNUH BISON ITU

    “Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar

  • Tujuh Dosa Besar   108. BERBURU BISON

    “Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan

  • Tujuh Dosa Besar   107. THE FALCON CITY

    Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,

  • Tujuh Dosa Besar   106. PENALTI

    “Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek

  • Tujuh Dosa Besar   105. KEKALAHAN ASMODEUS

    Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d

  • Tujuh Dosa Besar   104. ICE QUEEN SWORD

    “Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan

DMCA.com Protection Status