“Gila. Ini kesempatan langka, tapi gue nggak punya duit sebanyak ini,” kata Arya dengan mata yang masih membelalak.
“Kenapa?” tanya hampir semua anggota Ravens Destroyers.
Arya menelan ludahnya, lalu melihat secara bergantina pada seluruh anggotanya. “Lagi ada penawaran untuk item pembuka portal. Item ini baru dimasukkan ke toko, tapi harganya nggak ngotak,” kata Arya
“Berapa?” tanya Firman.
“2 juta gold,” jawab Arya. Kemudian dia mencoba menghitung lagi jumlah angak nol yang tertera di layarnya. “Bena, 2 juta gold,” katanya lagi dengan yakin.
“HAH?” semua anggota RD memekik.
Bagaimana bisa ada item semahal itu? Namun, jika melihat dari kegunaan dan fungsinya, yang benar-benar sedang mereka butuhkan, tidak salah juga kalau item tersebut memiliki harga yang mahal.
“Cuman tersedia dalam tiga puluh menit. Gimana? Tapi gue nggak punya duit seb
Siapa pun pasti akan merasa tergugah dengan aroma yang baru saja masuk dengan sopan ke indra penciuman para pemain. Arya bisa merasakan aroma makanan yang beraneka ragam. Dia menghirup dalam-dalam dan seketika perutnya langsung keroncongan.“Ini wangi makanan!” seru seorang perempuan ber-cloak biru muda. Ia langsung bangkit dan berlari melewati gerbang berwarna merah yang menjulang tinggi.“Kak Dida, tunggu!” panggil Arya. Dengan cepat Arya langsung bangkit, tapi dia tersentak. Ketika di dekatnya tiba-tiba muncul sebuah portal dan menghempaskan pemain keluar dari sana.Perlahan portal itu semakin banyak dan para pemain langsung berkumpul di depan gerbang besar itu. Terlihat sebagian besar dari mereka pun langsung berlari saat mencium aroma yang menggugah selera makan mereka. Wajah mereka terlihat berbinar, seperti baru saja menemukan sumber kehidupan.“Arya! Teman-teman!” teriak Dida sambil melambaikan tongkatnya. &ldqu
Mendengar namanya dipanggil, Arya langsung membuka matanya yang baru saja tertutup. Mendongak dan mendapati seorang laki-laki dengan mengenakan kostum yang terlihat sangat keren sekali. Arya sampai terkesima dibuatnya. “Arya. Akhirnya kita bisa bertemu lagi,” ucap laki-laki dengan pakaian yang berkelas. Jubah berwarna keemasan dan terdapat baju besi menempel di badannya. Arya mengenali laki-laki itu, dia adalah leader dari tim nomor satu dalam game ini. Tak heran jika penampilan laki-laki itu berkelas. Ah, sungguh, Arya dibuat iri olehnya. “Oh, Bang Ryan,” sapa Arya. Ia hendak bediri, tapi Ryan meminta Arya untuk tetap duduk. Laki-laki itu kini mendaratkan bokongnya pada tanah di samping Arya. “Syukurlah kamu bisa sampai sini. Bagaimana dengan timmu?” tanya Ryan. “Ah.” Arya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Tim saya baik-baik saja. Hampir saja kami menyalip kalian, tapi sayang ternyata Grim Reaper itu tim yang tak mudah tersentuh,” puji Ar
“Idun! Stop, jangan makan apa pun lagi. Sekarang bantu gue buat cari Kak Dida,” seru Arya, yang langsung menarik partner-nya itu. Perasaan khawatir kini melanda Arya, dia tidak ingin kehilangan salah satu membernya. Apalagi Dida memiliki peran penting ketika nanti mereka menghadapi pertarungan tim. “Kenapa?” tanya Idun yang tersentak, karena dengan tiba-tiba Arya menarik dirinya. “Padahal aku masih pengin makan,” keluhanya kemudian. “Ini jebakan, Dun. Mereka sengaja memberikan kita makanan dan meminta kita makan tanpa henti. Lo bisa lari sendiri, kan? Gue rasanya agak repot kalau harus narik elo terus.” Mata Idun membulat. “Jebakan? Oke-oke, kamu lepas aku. Aku akan membantumu mencari Kak Dida,” timpal Idun. Sesuai permintaan Idun, Arya langsung melepaskannya. Namun, Idun malah tersungkur karena dia tidak dalam posisi seimbang. “Buset. Arya, selow dikit napa?!” teriak Idun sembari meringis kesakitan. Arya tak menggubris, dia se
“Arya, itu Kak Dida!” seru Angel. “Jangan bengong. Lo nggak mau dia bernasib sama dengan orang-orang itu, kan?” tegur Angel. Benar. Bukan saatnya untuk menonton peristiwa yang sangat tidak lazim itu. Arya menggelengkan kepalanya, mencoba untuk fokus. Dia berlari menuju tempat di mana Dida sedang berada. Perempuan ber-cloak biru muda itu sedang sibuk memilih-milih makanan di hadapannya. Kemudian dia mengambilnya satu persatu dan langsung dilahpak ke dalam mulutnua. Namun, belum juga makanan itu masuk ke mulut Dida, Angel langsung mengeluarkan jurusnya. “Multy Wind Arrow!” seru gadis itu yang langsung melepaskan anak panahnya. Dengan dorongan angin yang sangat kuat, anak panah itu bertambah menjadi tiga. Gotcha! Tepat sasaran! Semua makanan yang sedang dipegang oleh Dida jatuh begitu saja. Hal itu disebabkan karena sapuan angin yang kuat dari skill milik Angel, dan juga Dida dengan refleks menurunkan tangannya. Khawatir jika salah satu anak panah milik
“Li-lihat! Ka-kaisar itu berubah,” pekik seorang pemain lain. Matanya kini membulat maksimal, telunjuknya yang bergetar itu dia arahkan ke istana besar milik sang kaisar. Sontak Arya menoleh dan dia pun mematung seketika. Matanya membelalak dan mulutnya sedikit menganga. Kaisar itu berubah. Jubah kebesarannya yang berwarna merah itu perlahan robek tak beraturan. Topi yang tadi tersemat di kepalanya pun terjatuh. Kini muncul dua buah tandung yang runcing dan lancip dari kepala sang kaisar yang ikut membesar. Di sekitar Arya masih banyak orang yang menderita. Mereka yang memakan dengan rakus dan serakah perlahan musnah dengan cara yang mengerikan. Semakin banyak orang yang mati, maka semakin kuat sang kaisar. “Tolong hentikan orang-orang yang sedang makan itu!” teriak Arya. “Jangan memakan apa pun lagi di sini. Ini semua jebakan!” Kini dia merentangkan tangan kanannya, memerintah kepada pemain yang masih sadar dan tidak digelapkan oleh sang kerakusan.
“Bodoh!” Arya mengumpat pada Candra, yang mendadak diam mematung, ketika iblis itu memebalikan serangannya.Seketika Arya berlari dengan cepat, menghampiri Candra. Tidak mungkin dia bisa membiarkan pria itu dikalahkan dengan cepat oleh sang iblis. Arya langsung mencabut pedang dari sarungnya dan memegang erat dengan kedua tangannya.Prang!Terdengar bunyi tubrukan dan gesekan dari dua besi yang beradu; sabit dan juga pedang Wallace milik Arya. Dengan sekuat tenaga Arya mencoba menahan sabit tersebut.“Argh!” erang Arya sampai wajahnya mengernyit. Sungguh, tekanannya benar-benar kuat sekali. Sampai-sampai Arya yang sedang berdiri dan menahan dengan posisi kuda-kuda pun terdorong. Tanah yang sedang dipijakinya meninggalkan jejak dari sepatu Arya.“Beugh!” Tenaga Arya pusatkan pada tangannya, seketika dia mendorong sabit itu. Sampai akhirnya terhempas dan terjatuh ke tanah.Dengan napas tersengal-sengal Arya
‘Ayo, manusia munafik. Kembalilah ke jalan yang benar,’ batin Beelzebub. Benar yang dimaksud, adalah benar dari versi kesalahan dan kejahatan—bukan versi kebajikan. Mata besarnya itu terlihat bergerak ke kanan dan kiri. Namun, begitu, Beelzebub masih bisa melihat Dida yang sedang menunduk.“Apa benar kalau aku tidak salah?” tanya Dida, suaranya terdengar lirih.Beelzebub menggerakan mulutnya, dalam hati dia senang karena Dida nampaknya merespon dengan positif.“Benar, kamu tidak salah, perempuan manis,” jawab Beelzebub meyakinkan. Mendekat lagi ke arah Dida, lalu dia terbang mengitari perempuan ber-cloak biru muda.Dida masih bergeming, tertunduk dengan lesu. Entah kenapa di saat seperti tidak ada yang berani menyerang Beelzebub. Padahal ini kesempatan bagus untuk menyerang. Namun, semua terlihat diam. Kenapa? Karena jarak Dida dan Beelzebub yang terlalu dekat, mereka khawatir akan hal itu.“Saat itu,
Beberapa menit sebelumnya. Saat Arya sedang melindungi Candra. Ternyata Dida, Idun, Angel dan Firman merencanakan sesuatu.“Bantu aku untuk melawan iblis itu,” ucap Dida penuh tekad. Dia tidak ingin lagi menjadi seorang pengecut—yang takut akan sesuatu dan memilih untuk mencari aman.Dalam hatinya, Dida bertekad ingin memberikan kontribusi untuk tim Ravens Destroyers. Karena tidak ada yang tahu nasib dan takdir seseorang, bisa saja di misi ini Dida benar-benar lenyap.“Oke. Apa lo punya rencana, Kak?” tanya Angel.Dida mengangukkan kepalanya. “Aku mau mengeluarkan ultimate skill milikku, tapi aku butuh bantuan Idun supaya skill-ku bisa dikeluarkan secara maksimal,” ungkap Dida.“Aku?” Idun bertanya. Memastikan bahwa memang dia tidak salah dengar. Kemudian Dida mengangguk sebagai bentuk jawaban. “Dengan senang hati,” balas Idun dengan wajah yang berbinar.“Emangnya lo mau
Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi
Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa
“Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de
“Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar
“Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan
Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,
“Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek
Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d
“Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan