Beranda / Semua / Tujuh Dosa Besar / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Tujuh Dosa Besar: Bab 51 - Bab 60

112 Bab

51. JANGAN SAMAKAN AKU DENGAN KALIAN

Keesokan harinya mereka bangun sedikit terlambat, tak terkecuali Arya. Buru-buru dia mengecek keberadaan tim lain—Grim Reaper dan Speed Hunter. Arya berdecak, dia melihat sekarang ada tiga tanda merah di dalam petanya. Ia mencoba memperbesar ukuran peta, ingin mengetahui tim mana yang berada di dekatnya. Ternyata Speed Hunter kini menyalip mereka lagi, dan di belakang Ravens Destroyers terdeteksi dua tim dengan peringkat 4 dan 5—Demonic Slayer dan Kacil Liar.“Ah, sial! Kenapa kita pada kesiangan gini, sih?!” rutuk Arya sembari mengacak-acak rambutnya.“Udahlah, dari pada ngeluh mending kita langsung caw!” kata Firman yang beranjak dan merapikan pakaiannya.“Sebentar … tapi gue laper, Bang. Seenggaknya kita sarapan dulu, lima menit cukup,” sela Reza. Perutnya kini keroncongan. Padahal kemarin dia bisa menahan rasa lapar, tapi pagi ini perutnya itu meminta diisi.Bukan ide yang buruk. Lagi pula Arya ju
Baca selengkapnya

52. AKIBAT MENGKHIANATI SEBUAH KEPERCAYAAN

Perasaan marah Reza kini sudah berada di ubun-ubunnya, kepalanya terasa mau pecah. Belum lagi perutnya memang sedari tadi tidak bisa diajak kompromi. Semakin memuncaklah emosi Reza. Maka dari itu, kita jangan pernah sampai menyulut emosi orang yang sedang kelaparan. Akibat perasaan kesal dan marahnya sudah diujung tanduk. Tanpa disadari dia sudah mendatangkan petir lagi. Hal itu sontak membuat semua anggota tim terkejut dan merasakan aura pekat dari diri Reza. “Ma-maaf. Kamu nggak denger kalau aku udah minta maaf, Za? Iya, aku salah. Aku tahu itu.” Dida menangis, badannya terasa lemas sekarang. “Maaf? Gue nggak mau denger kata maaf dari lo!” tampik Reza. “Denger, ya, cewek rakus! Siapa, sih yang pengin kelaparan? Nggak ada! Tapi gue tahan keinginan dan hasrat untuk makan. Karena gue mikir, di sini gue nggak sendirian. “Makan seperlunya dan semampunya. Gue selalu nyadarin diri sendiri. Eh, tapi lo malah dengan enaknya memakan semua persediaan. Apa lo n
Baca selengkapnya

53. BANGKAI

Idun panik, saat melihat sikap Dida yang tidak biasa. Walau dia tahu mereka sedang berada di dalam game, tapi tetap saja semuanya terasa nyata. Dia sampai menahan muntah, padahal perut dan tenggorokannya itu sudah terasa mual.Tidak bisa dibiarkan. Namun, apa daya, Idun sudah berusaha melarang Dida beberapa kali dan perempuan itu terus menepisnya. Tenaga perempuan itu tiba-tiba menjadi kuat, beberapa kali Idun terpental. Dengan perasaan khawatir yang mengakar, Idun langsung berlari mengejar Arya.“Arya! Gawat!” Idun berseru dengan keras, saat dia sampai di tempat Arya. Ia mencoba untuk mengatur napas dan menelan ludah secara kasar.“Kenapa?” Melihat Idun datang dengan tergesa-gesa, membuat Arya penasaran. Dia sepertinya sudah bisa memprediksi, bahwa sedang terjadi sesuatu.“Kak Dida, Arya. Kamu harus ikut, aku nggak bisa menahannya!” jawab Idun dengan panik.Arya langsung beranjak dan dia pun segera berlari. &ldq
Baca selengkapnya

54. PENAWARAN TERBATAS

“Arya! Kenapa lama banget!” seru Reza dari belakang. Namun, Arya tak menoleh, dia masih merasa ada yang janggal antara Idun dan Dida.“Apa kalian saling mengenal?” tanya Arya lagi.Idun dan Dida tersentak, lalu mereka menggeleng. Arya menautkan alisnya. “Terus? Kenapa percakapan kalian seperti itu?” tanya Arya lagi.“Aku nggak kenal Kak Dida, begitupun Kak Dida nggak kenal aku. Tapi aku tahu dia,” ungkap Idun.“Tahu dia? Memangnya dia siapa?” tanya Arya. Tentu saja dia menanyakan siapa Dida di dunia nyata. Kenapa Idun bisa mengetahuinya?Idun menatap Dida, lalu perempuan itu menggeleng. Idun tersenyum pada Dida, mengerti apa yang perempuan itu inginkan.“Saat ini siapa dia tidak begitu penting. Lebih baik kita lanjutkan perjalanan kita. Tapi biarkan Kak Dida terikat, aku tidak ingin dia melakukan hal tadi lagi,” kata Idun.Arya masih merasa heran, dia ingin menget
Baca selengkapnya

55. 2 JUTA GOLD

“Gila. Ini kesempatan langka, tapi gue nggak punya duit sebanyak ini,” kata Arya dengan mata yang masih membelalak.“Kenapa?” tanya hampir semua anggota Ravens Destroyers.Arya menelan ludahnya, lalu melihat secara bergantina pada seluruh anggotanya. “Lagi ada penawaran untuk item pembuka portal. Item ini baru dimasukkan ke toko, tapi harganya nggak ngotak,” kata Arya“Berapa?” tanya Firman.“2 juta gold,” jawab Arya. Kemudian dia mencoba menghitung lagi jumlah angak nol yang tertera di layarnya. “Bena, 2 juta gold,” katanya lagi dengan yakin.  “HAH?” semua anggota RD memekik.Bagaimana bisa ada item semahal itu? Namun, jika melihat dari kegunaan dan fungsinya, yang benar-benar sedang mereka butuhkan, tidak salah juga kalau item tersebut memiliki harga yang mahal.“Cuman tersedia dalam tiga puluh menit. Gimana? Tapi gue nggak punya duit seb
Baca selengkapnya

56. KEKAISARAN DAINIKU

Siapa pun pasti akan merasa tergugah dengan aroma yang baru saja masuk dengan sopan ke indra penciuman para pemain. Arya bisa merasakan aroma makanan yang beraneka ragam. Dia menghirup dalam-dalam dan seketika perutnya langsung keroncongan.“Ini wangi makanan!” seru seorang perempuan ber-cloak biru muda. Ia langsung bangkit dan berlari melewati gerbang berwarna merah yang menjulang tinggi.“Kak Dida, tunggu!” panggil Arya. Dengan cepat Arya langsung bangkit, tapi dia tersentak. Ketika di dekatnya tiba-tiba muncul sebuah portal dan menghempaskan pemain keluar dari sana.Perlahan portal itu semakin banyak dan para pemain langsung berkumpul di depan gerbang besar itu. Terlihat sebagian besar dari mereka pun langsung berlari saat mencium aroma yang menggugah selera makan mereka. Wajah mereka terlihat berbinar, seperti baru saja menemukan sumber kehidupan.“Arya! Teman-teman!” teriak Dida sambil melambaikan tongkatnya. &ldqu
Baca selengkapnya

57. TARGET SELANJUTNYA

Mendengar namanya dipanggil, Arya langsung membuka matanya yang baru saja tertutup. Mendongak dan mendapati seorang laki-laki dengan mengenakan kostum yang terlihat sangat keren sekali. Arya sampai terkesima dibuatnya. “Arya. Akhirnya kita bisa bertemu lagi,” ucap laki-laki dengan pakaian yang berkelas. Jubah berwarna keemasan dan terdapat baju besi menempel di badannya. Arya mengenali laki-laki itu, dia adalah leader dari tim nomor satu dalam game ini. Tak heran jika penampilan laki-laki itu berkelas. Ah, sungguh, Arya dibuat iri olehnya. “Oh, Bang Ryan,” sapa Arya. Ia hendak bediri, tapi Ryan meminta Arya untuk tetap duduk. Laki-laki itu kini mendaratkan bokongnya pada tanah di samping Arya. “Syukurlah kamu bisa sampai sini. Bagaimana dengan timmu?” tanya Ryan. “Ah.” Arya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Tim saya baik-baik saja. Hampir saja kami menyalip kalian, tapi sayang ternyata Grim Reaper itu tim yang tak mudah tersentuh,” puji Ar
Baca selengkapnya

58. JANGAN MEMAKAN APA PUN

“Idun! Stop, jangan makan apa pun lagi. Sekarang bantu gue buat cari Kak Dida,” seru Arya, yang langsung menarik partner-nya itu. Perasaan khawatir kini melanda Arya, dia tidak ingin kehilangan salah satu membernya. Apalagi Dida memiliki peran penting ketika nanti mereka menghadapi pertarungan tim. “Kenapa?” tanya Idun yang tersentak, karena dengan tiba-tiba Arya menarik dirinya. “Padahal aku masih pengin makan,” keluhanya kemudian. “Ini jebakan, Dun. Mereka sengaja memberikan kita makanan dan meminta kita makan tanpa henti. Lo bisa lari sendiri, kan? Gue rasanya agak repot kalau harus narik elo terus.” Mata Idun membulat. “Jebakan? Oke-oke, kamu lepas aku. Aku akan membantumu mencari Kak Dida,” timpal Idun. Sesuai permintaan Idun, Arya langsung melepaskannya. Namun, Idun malah tersungkur karena dia tidak dalam posisi seimbang. “Buset. Arya, selow dikit napa?!” teriak Idun sembari meringis kesakitan. Arya tak menggubris, dia se
Baca selengkapnya

59. MANUSIA RAKUS

“Arya, itu Kak Dida!” seru Angel. “Jangan bengong. Lo nggak mau dia bernasib sama dengan orang-orang itu, kan?” tegur Angel. Benar. Bukan saatnya untuk menonton peristiwa yang sangat tidak lazim itu. Arya menggelengkan kepalanya, mencoba untuk fokus. Dia berlari menuju tempat di mana Dida sedang berada. Perempuan ber-cloak biru muda itu sedang sibuk memilih-milih makanan di hadapannya. Kemudian dia mengambilnya satu persatu dan langsung dilahpak ke dalam mulutnua. Namun, belum juga makanan itu masuk ke mulut Dida, Angel langsung mengeluarkan jurusnya. “Multy Wind Arrow!” seru gadis itu yang langsung melepaskan anak panahnya. Dengan dorongan angin yang sangat kuat, anak panah itu bertambah menjadi tiga. Gotcha! Tepat sasaran! Semua makanan yang sedang dipegang oleh Dida jatuh begitu saja. Hal itu disebabkan karena sapuan angin yang kuat dari skill milik Angel, dan juga Dida dengan refleks menurunkan tangannya. Khawatir jika salah satu anak panah milik
Baca selengkapnya

60. IBLIS LALAT

“Li-lihat! Ka-kaisar itu berubah,” pekik seorang pemain lain. Matanya kini membulat maksimal, telunjuknya yang bergetar itu dia arahkan ke istana besar milik sang kaisar. Sontak Arya menoleh dan dia pun mematung seketika. Matanya membelalak dan mulutnya sedikit menganga. Kaisar itu berubah. Jubah kebesarannya yang berwarna merah itu perlahan robek tak beraturan. Topi yang tadi tersemat di kepalanya pun terjatuh. Kini muncul dua buah tandung yang runcing dan lancip dari kepala sang kaisar yang ikut membesar.   Di sekitar Arya masih banyak orang yang menderita. Mereka yang memakan dengan rakus dan serakah perlahan musnah dengan cara yang mengerikan. Semakin banyak orang yang mati, maka semakin kuat sang kaisar. “Tolong hentikan orang-orang yang sedang makan itu!” teriak Arya. “Jangan memakan apa pun lagi di sini. Ini semua jebakan!” Kini dia merentangkan tangan kanannya, memerintah kepada pemain yang masih sadar dan tidak digelapkan oleh sang kerakusan.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status