Home / All / Sang Panglima Perang / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Sang Panglima Perang: Chapter 241 - Chapter 250

290 Chapters

Pedang Berkarat

Dua hari Zhang Yuan terkurung di dalam sana, tanpa makanan dan minuman. Dibiarkan sendiri di dalam keremangan ruangan itu hingga akhirnya bunyi langkah kaki seseorang membangunkan dia dari tidur. Bayangan lelaki berzirah perlahan muncul dan semakin terlihat jelas saat mendekati ruang penjara. Liu Bai bersama dengan dua orang prajurit yang mengikutinya dari belakang, membuka gembok pintu penjara. Saat melihat kedua prajurit meletakkan kotak makanan yang terbuat dari kayu, Zhang Yuan seperti orang kelaparan membuka cepat tanpa menunggu dipersilakan terlebih dahulu, melahapnya dengan kedua tangan secara bersamaan. Sementara Zhang Yuan sibuk menikmati makanannya, Liu Bai berjongkok dan memperhatikan Zhang Yuan dari dekat. “Tidak tahu sampai kapan kau akan bertahan menjalani kehidupan seperti ini, Zhang Yuan!” bisik Liu Bai menggelengkan kepalanya. “Tuan, harus bagaimana agar kau bisa percaya kalau aku bukan orang yang kau maksud?” ucap Zh
Read more

Keadaan Selir Yinping

“Sudah tiga kali kerajaan Huan menolak permintaanku untuk mengirimkan bala bantuan, bahkan mengatakan hanya Selir Yinping sendiri yang bisa membawa pasukan bala bantuan dari kerajaan mereka.” Semua orang saling memandang dan menggelengkan kepala. Dengan kondisi Yinping yang sekarang sangat tidak memungkinkan untuk membiarkan dia ke kerajaan Huan. Diskusi dibubarkan sebab tak ada yang bisa membantu Qin Huang menyelesaikan masalahnya. Bantuan yang akan dikirimkan ke benteng perbatasan Selatan telah diperintahkannya untuk berangkat sesegera mungkin. Langkah Qin Huang berhenti di depan salah satu istana haremnya. Dia melirik ke arah pelayan istana yang bersujud dengan memegang nampan berisi makanan. Ekspresinya menjadi kesal, dengusan napas berat terdengar. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang spontan dibuka oleh kedua pelayan yang berdiri di depan pintu. Begitu masuk sosok seorang wanita di pembatas ruangan menjadi tuju
Read more

Wanita Di Depan Peng Boqin

Mendapatkan kesempatan di malam hari saat hanya tersisa penjaga benteng yang terjaga, Zhang Yuan menyusup ke dalam penjara, tepat di mana Peng Boqin ditahan. Situasi seakan mendukungnya, beberapa penjaga di depan gerbang tertidur pulas, dia masuk ke dalam tanpa membangunkan mereka. “Bertahanlah, Boqin. He Qianfan akan datang membebaskanmu.” Langkah Zhang Yuan terhenti saat mendengar suara yang berasal dari dalam penjara. Di balik tembok dia melihat seorang misterius sedang meminumkan Peng Boqin. Dilihat dari bentuk tubuh yang dibalut pakaian serba hitam serta suara, bisa dipastikan seseorang yang berdiri di hadapan Peng Boqin adalah wanita. “Xue Yan? Kenapa kau bisa ada di sini? Cepat pergi! Sangat berbahaya bagimu berada di sini!” Mata Zhang Yuan membulat melihat sosok wanita yang berbincang dengan Peng Boqin. Niatnya untuk mencari tahu keadaan di kerajaan Song melalui Peng Boqin terurungkan. Apalagi saat mendengarkan wanita
Read more

Misi Penyelamatan

“Tidak bisa!” bantah Zhang Yuan menggelengkan kepala, “ke medan perang saja aku belum pernah, yang ada hanya akan merusak rencana kalian.” “Cih! Menyerahkan masalah seserius ini kepada orang yang tak berguna, apa ketiga jenderal sudah kehilangan akal?!” sambung Liu Bai memelototi mereka. “Benar yang dikatakan jenderal Liu. Memanfaatkan seseorang sepertiku yang belum pernah menginjakkan kaki di medan perang sangat berbahaya,” sambung Zhang Yuan mendukung pernyataan Liu Bai. “Lalu untuk apa kau datang kemari?” tanya Liu Bai kesal. Mendapatkan kesempatan akhirnya Zhang Yuan mengajukan pendapat tentang rekrutan baru yang akan mendatangkan segala hal baik dan buruk. Bagi rekrutan muda yang bisa dikatakan mampu untuk berlatih tentu saja akan membantu kemenangan peperangan, tapi untuk rekrutan yang masih anak-anak dan sudah terlalu tua hanya akan membuat kekacauan, terutama membuat mental pihak musuh melejit jika melihat seperti apa
Read more

Jadilah Seperti Panglima Zhang

Pemandangan itu membuat Zhang Yuan memejamkan mata, menahan kebencian akan sosok Liu Bai yang sekarang. Perkataan Peng Boqin saat di dalam penjara tentang Liu Bai yang telah berkhianat mendukung apa yang disaksikannya sendiri.*** Jauh dari benteng pertahanan seorang prajurit yang menunggang kuda mengibarkan bendera berwarna merah. Hal ini segera disampaikan pada semua jenderal, pasukan musuh telah mendekati medan peperangan yang tak jauh dari perkemahan pasukan garda depan. Seluruh prajurit disiapkan, membawa alat perang masing-masing untuk ikut bergabung dengan pasukan garda depan. Termasuk semua prajurit yang baru direkrut, siap atau tidak harus menuruti perintah. Pasukan yang dipimpin oleh Liu Bai dan kedua jenderal berangkat dari benteng perbatasan ke perkemahan pasukan garda depan. Sepanjang perjalanan terlihat kegugupan di mata semua prajurit yang baru direkrut. Beberapa menit perjalanan seorang prajurit yang usianya t
Read more

Panglima Bertopeng Perak

Kali ini dengan formasi kepungan khas prajurit seratus, pasukan musuh mulai gentar. Dari belakang prajurit seratus muncul sang panglima yang dinantikan, melompat dan melewati barisan pengepung hingga mendaratkan kakinya tepat di depan jenderal musuh. “Heh! Kau pikir dengan menggunakan identitas orang yang sudah meninggal bisa membunuhku?!” Meski berucap tegas, tapi sorot mata ketakutan tak bisa ditutupi jenderal musuh. Pedang terhunus lurus ke depan. Mata menatap tajam di balik topeng. Tanpa membalas perkataan lelaki di hadapannya, panglima perang Zhang Yuan memulai penyerangan. Pertarungan kedua jenderal berlangsung. Tebasan pedang berkali-kali diayunkan demi melukai lawan. Setiap tebasan berakhir dengan benturan keras yang membuat pedang berdenting kuat. Sementara itu formasi pengepungan milik prajurit seratus tak dapat menahan prajurit musuh. Tentu saja kekuatan mereka tak sebanding dengan prajurit seratus yang dilatih oleh Zhang Y
Read more

Kabar Kemenangan Dan Seseorang Yang Mirip Dengan Panglima Zhang

Kabar kemenangan pertempuran di medan perang telah sampai ke istana kerajaan Song. Bersamaan dengan itu sosok lelaki yang mirip dengan panglima perang Zhang Yuan juga menggemparkan seisi istana saat Qin Huang meneruskan apa yang dia baca di laporan hasil peperangan. Berbagai macam pendapat keluar dari mulut semua orang yang mendengar berita itu. Kemenangan peperangan seharusnya menjadi topik pembicaraan kini tertutup hanya karena kabar seseorang yang mirip dengan Zhang Yuan. “Diam!” bentak Qin Huang membuat suasana riuh menjadi hening seketika. Dia terbatuk, wajahnya sedikit pucat dan lesu. “Yang mulia redahkan amarahmu, kesehatan yang mulia lebih penting,” ucap Ma Jun mendekati Qin Huang dan menyodorkan secangkir teh hangat yang baru dia tuangkan. Seluruh menteri dan pejabat istana juga ikut membungkuk dan berucap memohon kaisar mereka meredakan amarahnya. “Di dunia ini, orang yang telah meninggal tak akan bisa hidup kem
Read more

Pertemuan Rahasia Di Bilik Penjara

Aula istana dipenuhi aura kemenangan saat Liu Bai masuk dan melaporkan apa yang terjadi di medan peperangan. Qin Huang tentu saja tertawa puas sebab salah satu masalahnya telah teratasi meski tak tahu kapan akan ada serangan balasan dari kerajaan musuh. Pernyataan berikut dari Liu Bai yang menyinggung lelaki mirip Zhang Yuan hingga membuat suasana menjadi hening dan menegang. Bisik-bisik para menteri serta lemparan tatapan satu sama lain menambah ketegangan suasana saat itu. “Panggilkan dia kemari!” Tatapan Qin Huang tegas mengarah lurus ke depan pintu yang terbuka lebar. Ekspresi tak sabar dan gugup disembunyikan lewat jari telunjuk yang menggesek pelan cincin giok hijau di jempolnya. Di lain sisi, kedua pasang mata memaku ke gerbang istana yang jauh berada di depan mata. Tatapan dalam itu terganggu oleh suara seorang lelaki dari arah belakang. “Hei! Kau! Yang Mulia memanggilmu memasuki istana!”Paksaan senyuman kecil terukir di wajah Z
Read more

Tentang Kematian Panglima Zhang

Tak menyangka apa yang didengarnya adalah keterbalikkan fakta. Informasi dari Ma Jun sangat berbeda dengan kejadian sebenarnya. Memang jebakkan Qin Huang sangat mengecewakan Zhang Yuan, tapi lebih menyakitkan lagi saat dirinya diceritakan menolak hukuman dan bertarung melawan prajurit hanya karena tak mau dibawa kembali ke istana. “Awalnya aku hanya ingin memberikan hukuman ringan terhadapnya sebagai peringatan agar dia setia terhadap perintahku dan bukan terhadap seseorang yang dicintainya yang bukanlah miliknya. Tapi tak menyangka….” Perkataan Qin Huang terhenti, tak sanggup mengulangi kalimat yang telah dia ucapkan sebelumnya. Kedua bola mata Zhang Yuan terpaku mendengar penjelasan itu. Bagaimana mungkin hukuman kematian bisa dianggap hukuman ringan. Namun terlepas dari semua itu, dia hanya bisa menahan kekesalan dan sekian banyak pertanyaan berada di situasi saat ini. Mungkin saja Qin Huang sengaja memprovokasi agar penyamarannya terbongkar. “
Read more

Bujukkan Xu Xiao Dan Xiao Ge

Penyelidikkan akan identitas Zhang Yuan selesai. Bukti bahwa dirinya bukanlah panglima Zhang telah ditemukan oleh petugas yang dipercayakan Qin Huang. Namun hal ini masih belum juga memuaskan hati Qin Huang hingga secara rahasia dia memerintahkan komandan Xu Xiao dan Xiao Ge menemui Zhang Yuan di dalam penjara. Selama berjam-jam, Zhang Yuan baru menemukan ketenangannya setelah selesai menjawab beberapa pertanyaan, tapi baru saja hendak memejamkan mata bunyi rantai yang membelenggu pintu penjara terdengar lagi. Embusan napas kesal mengiring tubuhnya untuk bangkit kembali dengan ekspresi wajah menahan sakit. Kali ini kemunculan dua orang lelaki sempat membuatnya tertegun, sebab wajah lelaki yang berdiri di depan mata bukanlah orang yang tak dia kenali, melainkan sahabat dan kepala pelayan kediamannya, terlebih kepercayaan kaisar. “Sebenarnya apa yang dilakukan panglima Zhang sehingga kalian bisa seperti pemburu yang memburu mangsanya? Meski semua or
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
29
DMCA.com Protection Status