Home / All / Sang Panglima Perang / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Sang Panglima Perang: Chapter 261 - Chapter 270

290 Chapters

Lolosnya Ma Jun Dari Istana

Serangan dari Ma Jun dihalangi oleh Xue Yan dengan berusaha menahan tangannya. Namun tindakan itu gagal sebab Ma Jun dengan mudah menghempaskan tubuh Xue Yan hingga terlempar. Pertarungan antara Qin Huang dan Ma Jun berlanjut. Meski kondisi tubuh Qin Huang saat ini tidak stabil tapi dia masih bisa menghindari dan membalas serangan Ma Jun dengan cepat. Namun di menit berikut penyakit Qin Huang kambuh hingga menyebabkan dia terluka dan tersungkur. Ekspresi kepuasan Ma Jun terlukis di wajah saat melihat darah di bekas sayatannya. Memanfaatkan kondisi Qin Huang yang tak berdaya, diarahkan belati di tangan Ma Jun untuk menyerang lagi. Namun sebelum ujung belati menyentuh tubuh Qin Huang, Ma Jun terlempar. “Kau!” Dilihatnya seseorang yang menyebabkan dia terlempar dengan wajah geram. Tak menyangka dia telah melupakan satu bahaya yang selama ini tersembunyi dan diremehkan. “Ma Jun, menyerahlah. Kau sudah kalah, pasukanmu telah ditak
Read more

Hukuman Untuk Zhang Yuan

Dari kejauhan, Ma Jun menyunggingkan senyum kemenangan bersamaan dengan memusatkan pandangan matanya ke arah Zhang Yuan yang berada tak jauh di belakang Qin Huang. Di saat Zhang Yuan masih terpaku menatap Ma Jun, mengingat kembali bisikkan apa yang bisa membuat Qin Huang tak berdaya. Semua prajurit yang berada di belakang sudah tak sabar mengejar Ma Jun saat melihat pintu gerbang ibukota mulai tertutup. Namun tindakan mereka dihentikan dengan suara lantang oleh Qin Huang dengan beralasan mengejar Ma Jun hanya akan merugikan mereka karena bisa masuk dalam jebakan yang sudah disiapkan. “Apa perintahku tidak kalian anggap!? Lalu perintah siapa yang bisa kalian patuhi?” bentak Qin Huang saat tak terima dengan pandangan keraguan semua prajurit terhadapnya. Suara Qin Huang membawa kesadaran Zhang Yuan kembali. Dilihatnya Qin Huang yang pada saat itu sedang menatapnya tajam, seolah perkataan yang baru saja dikeluarkan khusus ditujukan untuk menyinggung Z
Read more

50 Cambukkan

Semua argumen para menteri yang ada di dalam aula istana didengar oleh Zhang Yuan yang pada saat itu berdiri di depan pintu. Kekesalannya hingga ingin menerobos masuk terpenuhi saat Qin Huang mengijinkan dia untuk hadir dalam aula istana. Dengan langkah tegap Zhang Yuan berjalan di tengah-tengah barisan para menteri yang menatapnya sebelah mata. “Zhang Yuan, memberi hormat pada yang mulia kaisar!” serunya menekuk satu lutut ke lantai sambil menjura. “Yang mulia, ini tidak boleh dibiarkan!” sela seorang menteri yang melanjutkan keberatannya karena Zhang Yuan telah menipu kaisar. Dia bahkan meminta agar hukuman mati dijatuhi pada Zhang Yuan. “Panglima Zhang, apa kau keberatan?” tanya Qin Huang datar. Dengan suara lantang dan berani jawaban Zhang Yuan membuat semua menteri menyunggingkan senyuman puas. Dia menyetujui hal itu terjadi, tapi tatapan kesal dari Qin Huang justru ditujukan padanya. “Tapi aku ke
Read more

Siuman

“Panglima Zhang, sebenarnya kau tak perlu membahayakan nyawamu. Setidaknya biarkan mereka juga mendapatkan hukuman yang sama.” Setelah selesai menjalani hukuman, Zhang Yuan segera dijemput oleh Xiao Ge. Ceramah Xiao Ge tak lagi dibantah sebab tubuhnya benar-benar tak kuat menahan luka cambukkan yang terus mengalirkan darah segar. Namun begitu melihat kereta di depan mata, langkahnya terhenti. Dilepaskan tangan Xiao Ge yang memapahnya dengan kesal, “katakan pada yang mulia aku berterima kasih atas perhatiannya, tapi sayang, aku tak bisa mengotori kereta mewah ini dengan darahku!” “Panglima Zhang, yang mulia juga memiliki kesulitannya sendiri—” “Xiao Ge, siapkan kuda!” Perintah Zhang Yuan dibantah dengan beralasan tak ingin membuat lukanya semakin parah. Namun hanya dengan menatap tajam dalam diam ke arah Xiao Ge telah memberitahukan kalau tak ada yang bisa memaksanya untuk pergi dengan kereta pemberian Qin Huang. Segera Xiao Ge
Read more

Menemani Qin Huang Bermain

Permintaan menemui kaisar ditolak dengan beralasan Qin Huang sibuk dan tak ingin diganggu oleh siapa pun. Namun tekad Zhang Yuan untuk menemuinya mengalahkan perintah itu sebab dalam kondisi tubuh yang belum pulih, Zhang Yuan telah bertekuk lutut di depan pintu agar Qin Huang mau menemuinya. “Apa hukuman yang diberikan masih belum cukup untuk membuatmu beristirahat, Zhang Yuan?” Begitu diijinkan masuk ke dalam ruangan, sambutan kalimat dan ekspresi kesal ditujukan pada Zhang Yuan. “Terima kasih atas perhatianmu, yang mulia. Para tabib yang kau kirimkan untukku telah melakukan tugas mereka dengan baik.” “Aku melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang kaisar, Zhang Yuan. Tak perlu berterima kasih,” balas Qin Huang acuh lalu mengangkat tangannya dan memanggil Zhang Yuan dengan jemari tangan, “kemarilah.” Zhang Yuan menurut. Mendekati Qin Huang yang pada saat itu duduk di depan meja yang di atasnya terdapat papan
Read more

Ruang Rahasia Di Kuil Terbengkalai

“Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia, tapi aku belum ingin menikah. Kedepannya, masalah pribadiku, biar aku yang memutuskan.” “Baik! Kalau begitu kembalilah dan beristirahatlah dengan baik.”*** Hampir setiap hari Zhang Yuan menemui Qin Huang untuk mengetahui perkembangan di wilayah barat serta membujuknya agar mau mengijinkan dia membantu pasukan yang ada di sana, tapi Qin Huang tetap mengabaikan bahkan mengancam akan menikahkannya jika masih membahas hal itu lagi. Laporan dari wilayah Barat juga sampai sekarang belum ada, jadi Qin Huang tidak terlalu mencemaskan hal itu. “Bagaimana bisa seorang kaisar duduk bermain dengan santai sementara wilayah dan para rakyatnya dalam bahaya!” ketus Zhang Yuan sudah tak tahan lagi karena setiap kali datang ke istana yang dia dapatkan Qin Huang hanya bersikap santai. “Zhang Yuan, aku sudah memikirkan jabatan apa yang cocok untukmu. Daripada kau menganggur dan menceramahiku setiap hari,
Read more

Racun Dingin

“Apa perlu terkejut seperti itu?” spontan sang wanita menyodorkan tangan dan memaksa memasukan sesuatu ke dalam mulut Zhang Yuan. Tak dapat melawan paksaan yang masuk ke dalam mulutnya sebab seluruh tulang Zhang Yuan tak bisa digerakkan, bahkan bulatan pil tertelan begitu saja. “Apa yang kau berikan padaku?!” Pertanyaan Zhang Yuan terjawab saat tanpa sengaja pandangan matanya tertuju ke sekeliling. Tampak Chen Changyi, He Qianfan, Chao Jiming, Peng Boqin, serta Liu Bai menatapnya dalam diam. “Kalian? Apa yang terjadi sebenarnya?” “Kakak Zhang, maafkan kami,” balas Peng Boqin mendekat, “untuk berjaga-jaga jika keberadaan kami diketahui oleh orang lain, terpaksa harus menggunakan cara ini.” “Jangan khawatir, aku sudah memberikan obat penawarnya padamu. Sayang sekali aku menyia-nyiakan racun yang telah lama kuramu tanpa melihat bagaimana efeknya—” “Xue Yan, jangan bercanda,” tepis Peng Boqin menyela perkataan wanita bermata tegas.
Read more

Catatan Yang Hilang

Xue Yan menghela napas panjang sebelum melanjutkan penjelasan. Sepuluh tahun lalu saat dia diculik, seseorang memintanya secara paksa untuk membuatkan jenis racun yang tidak ada penawar. Meski masih terbilang muda dan sudah lama terjadi, tapi satu hal tak pernah dilupakan adalah orang yang mengambil ramuan racun adalah seseorang berpengaruh di dalam istana. Seseorang yang terkena racun dingin tidak akan disadari karena efeknya hanya seperti penyakit ringan biasa, tapi lama kelamaan akan melemahkan semua organ tubuhnya sehingga tak akan berfungsi dengan baik. Bahkan tabib kerajaan pun hanya akan mengira kalau itu penyakit biasa. Mengonsumsi obat biasa tidak akan membantu melainkan hanya akan semakin memperparah kesehatan dan mempercepat penyebaran racun. “Jika memang benar seperti yang Nona Xue Yan katakan, itu berarti dugaanku benar,” sambung tabib Yao merenungkan sejenak. Dia melanjutkan alasan diajukan pertanyaan awalnya karena telah menemukan ada yang aneh
Read more

Petunjuk Lain

Di dalam bangunan rumah bunga, tempat semua tawa sandiwara dan campuran hasrat pria wanita berada. Seorang berparas cantik dalam balutan pakaian pria berjalan menaiki tangga sembari memperhatikan sekelilingnya dengan waspada dan misterius. Dia menghentikan langkah kakinya setelah berada di lantai dua tepat di depan ruang kamar di ujung koridor. Begitu masuk ke dalam ruangan, sorot mata penuh kewaspadaan memperhatikan di setiap sudut kamar saat tak ada seseorang pun di dalam sana. “Keluarlah! Menggunakan cara seperti ini untuk mengundangku datang tentu tidak akan dilakukan oleh pelayan pribadiku yang telah meninggal!” Mendengar perkataan itu, Zhang Yuan yang berada di balik sekat ruangan tersenyum kecil. Rasanya seperti waktu terulang kembali saat melihat Yinping dalam balutan pakaian pria. “Keluarlah! Kau tidak tahu bagaimana kesulitanku untuk keluar dari istana!” “Bagaimana kau bisa mengambil risiko sebesar ini untuk ber
Read more

Teka-teki Ucapan Yinping

“Yuwan berpesan agar tuan puterinya harus hidup dengan baik, jangan menjerumuskan diri sendiri dalam bahaya, terlebih harus memikirkan kebahagiaan sendiri.” Pesan ini jelas bukan apa yang diucapkan Yuwan melainkan ungkapan hati Zhang Yuan agar Yinping tak lagi membahayakan diri. Namun perkataan yang baru terucap mendapat respon lain. Yinping terdiam menatapnya, mata indah itu mulai berkaca-kaca. “Katakan pada Yuwan agar tidak mengkhawatirkanku. Aku sangat bahagia karena melakukan apa yang aku inginkan. Dan tentu saja aku tidak akan melakukan hal yang berbahaya.” “Oh, baiklah. Pesanmu akan aku sampaikan kembali.” Merasa telah lama terjerat dalam tatapan mata yang membuatnya semakin tenggelam dalam suasana hati, Zhang Yuan mengalihkan pandangan ke arah lain, “mengenai ramuan yang kau minta diselidiki, menurut tabib Yao itu hanya ramuan obat biasa.” Yinping tertawa kecil. Entah apakah jawaban itu meyakinkan atau justru membuatnya semakin pe
Read more
PREV
1
...
242526272829
DMCA.com Protection Status