Home / All / Sang Panglima Perang / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Sang Panglima Perang: Chapter 231 - Chapter 240

290 Chapters

Mayat Di Tepi Sungai

Dua bulan berlalu akhirnya kabar tentang Zhang Yuan diterima Qin Huang melalui prajurit rahasia yang diutus untuk mencari keberadaan. Bersamaan dengan hal itu rumor tentang lelaki yang ditemukan membusuk di tepi perairan meresahkan warga di desa yang tak jauh wilayah benteng perbatasan Utara. Qin Huang secara diam-diam keluar dari istananya dengan membawa prajurit seratus untuk mengawal keamanannya. Bahkan dia secara khusus mengundang Yinping untuk menemani perjalanan itu dengan beralasan hanya sekedar jalan-jalan. “Apa yang kau rencanakan, Qin Huang? Sangat aneh kau mengajakku keluar secara rahasia, bahkan membawa prajurit seratus untuk mengawal,” tanya Yinping menatap datar. “Kau akan mengetahuinya sebentar lagi.” “Cih! Kau berharap rumor yang tersebar itu adalah benar. Kau pikir Zhang Yuan bisa semudah itu meninggal?” ketus Yinping tersenyum remeh. “Aku juga berpikir sama, tapi yang namanya kematian tidak akan bisa dihindari. Memangnya kau berpikir panglima Zhang me
Read more

Siuman Setelah lima Bulan

Di daerah hutan terlarang, terlihat seorang lelaki muda tergesa-gesa menemui lelaki tua yang duduk bersemedi di atas sebuah batu besar. Merasa terganggu dengan kedatangan lelaki muda sang lelaki tua menghela napas panjang sembari kedua tangannya bergerak naik turun di depan dada ke bagian depan perut. Begitu mendengarkan perkataan lelaki muda ekspresi kesal berubah, petua itu segera melompat dan terbang dengan cepat. Di sisi lain, tubuh seorang lelaki yang terlentang di atas tempat tidur perlahan menggerakkan jemari tangannya. Kegelapan berganti menjadi terang begitu kedua mata dibuka. “Jangan bangun dulu!” Suara seseorang menghentikan tindakan yang hendak dilakukan. Saat ini Zhang Yuan dalam kondisi lemah dengan suasana dan situasi yang sepertinya terulang kembali. “Sepertinya kau memang berjodoh di tempat ini. Tak menyangka racun mematikan tidak membunuhmu!” Mendengar perkataan itu, Zhang Yuan yang masih kebingu
Read more

Cahaya Biru Di Kegelapan Malam

“A’hu! Hentikan!” Hewan berbulu putih yang tadinya melompat untuk menerkam Zhang Yuan segera mendaratkan kakinya. Mata Zhang Yuan masih terpaku melihat hewan bertubuh besar yang hampir sama dengan tinggi badannya berada tepat di depan. Bahkan masih terdengar erangan kesal tertahan menampakkan taring tajam yang terpaksa harus ditahan. “A-anak baik, patuhi tuanmu, yah,” ucap Zhang Yuan mengangkat pelan tangannya dan meraih kepala hewan berbulu. Namun sebelum tangannya menyentuh kepala, hewan itu segera berpaling lalu berjalan ke arah Ji Kun. “Tidak apa-apa, dia adalah tamu kita. Kau tidak keberatan, ‘kan, jika membagi makan siangmu dengannya?” !!! “Ugh! Ueek!” Perut Zhang Yuan terasa mual mendengarkan perkataan Ji Kun. Tak menyangka daging selezat itu adalah makanan bagi hewan peliharaan. “Jadi daging yang kumakan tadi….” Pertanyaan Zhang Yuan mendapatkan respon anggukkan kepala dari Ji Kun. Mengingat cerita Ji Kun tenta
Read more

7 Tahun Kemudian

Napas Zhang Yuan tersenggal-senggal, hutan gelap yang dia lewati secepat mungkin berhasil membawa dirinya keluar dari dalam sana. Selama menyiapkan makanan untuk peliharaan Ji Kun, pikiran Zhang Yuan melayang-layang memikirkan segala macam kemungkinan tentang apa yang baru saja dia lihat. *** “Jadi, kau sudah berhasil mendapatkan makanan untuk A’hu?” Zhang Yuan mengangguk diam. “Kakek Ji Kun, terima kasih untuk semua kebaikanmu selama ini. Sekarang sudah waktunya aku harus kembali—” “Kenapa begitu terburu-buru?” sela Ji Kun melemparkan pertanyaan. Tatapan matanya begitu dalam seolah sedang mengintimidasi seorang tersangka. “Sudah terlalu lama aku berada di sini, kerajaan Song membutuhkanku.” Ji Kun tersenyum menggelengkan kepala, “seseorang yang telah mati tidak akan mungkin dibutuhkan lagi.” “Apa maksudmu, Kakek Ji Kun?” Jawaban yang didengarkan Zhang Yuan membangkitkan kekesalan. Tangannya mencari di lipatan-lipatan pakaian. Ternyata memang benar rumbai pedang telah
Read more

Dua Lelaki Misterius

“Kau! Semua pria di desa kami telah dibawa para prajurit bajingan itu. Lalu kenapa kau tak ikut ditangkap juga?” Sambil mengomentari sikap para prajurit seorang perempuan meletakkan secangkir teh ke atas meja. “Maaf, aku baru saja sampai. Memangnya apa yang terjadi? Siapa yang memberikan mereka keberanian untuk merekrut paksa?” tanya Zhang Yuan bertingkah tak tau apa-apa. Beberapa wanita mulai berkumpul dan saling menyambung cerita, mengomentari kaisar yang tak punya hati, memaksa semua lelaki baik anak kecil dan orang tua untuk ikut bergabung dalam pasukan militer. “Tidak mungkin! Berhati-hatilah dalam berucap, nyonya. Memfitnah kaisar hukumannya berat!” bantah Zhang Yuan sontak meletakkan cangkir teh ke atas meja secara kasar. “Aku tidak peduli! Justru akan lebih baik jika perkataanku ini sampai ke telinga kaisar jahat itu.” Beberapa wanita mulai mendukung perkataan yang dilontarkan. Mereka bahkan mengeluh selama tujuh tahun ini, ke
Read more

Aku Bukan Panglima Zhang!

Sontak Chao Jiming memandang bingung lalu tertawa kecil, “panglima Zhang jangan bercanda—” “Tuan pendekar, aku tidak berbohong. Aku benar-benar bukan panglima Zhang yang kau maksudkan,” sela Zhang Yuan menggelengkan kepala bersamaan dengan kedua telapak tangan yang melambai di depan dada. Chao Jiming terdiam. Dia masih tak percaya hingga mendekatkan wajahnya dan memperhatikan Zhang Yuan dari atas sampai ke bawah kaki. Bahkan berputar mengelilingi Zhang Yuan, meyakinkan kalau penglihatannya itu tidak salah. Di waktu yang sama, Chen Changyi yang baru saja sampai di dalam gua terdiam melihat ke arah Zhang Yuan. Ekspresi campuran antara senang dan terkejut membawa langkah kaki mendekat hingga berhenti tepat di depan Zhang Yuan. “Aku pikir mataku yang bermasalah. Ternyata ini benar-benar kau, panglima Zhang.” Segera Chen Changyi menekuk lututnya di depan Zhang Yuan, tapi segera dihentikan. “Sudah aku katakan kalian salah orang
Read more

Bergabung Bersama Rekturan

“Berikan dia padaku!” ujar pemimpin pasukan setelah mendengar informasi yang dibisikkan salah seorang prajurit. Tak tahu apa yang dibisikkan, tapi melalui informasi itu akhirnya Zhang Yuan mendapatkan pengawasan ketat dari pemimpin pasukan. Dia ditarik paksa mengikuti langkah kuda yang ditunggangi pemimpin pasukan. Sepanjang perjalanan semua orang yang direkrut tidak diberi air minum meski sudah mengeluh kehausan dan tak sanggup untuk melanjutkan perjalanan. Namun bukannya memberikan air, para prajurit justru hanya mempertontonkan semua kantung penyimpan air diminum habis oleh mereka dan melemparkan setelah kosong ke hadapan rekrutan. Di bawah teriknya matahari mereka saling berebut kantung air yang telah kosong, menumpahkan ke dalam mulut meski hanya tersisa beberapa tetes air. Pemandangan ini menjadi bahan hiburan bagi seluruh prajurit. Perjalanan dilanjutkan kembali. Sanggup atau tak sanggup, seluruh rekrutan dipaksa dengan cambukkan jika ada yang berhent
Read more

Pembalasan

Napas Zhang Yuan tersengal-sengal begitu seluruh kepalanya keluar dari dalam sungai. Tangan yang terbelenggu ditarik paksa mengikuti pemimpin prajurit saat hendak menaiki kuda. Perjalanan dilanjutkan kembali hingga akhirnya mereka berhenti setelah lebih dari lima jam berjalan. Pemimpin pasukan memerintahkan beberapa prajurit untuk mencari kayu bakar dan hewan buruan untuk kudapan nanti malam. “Aku juga ikut!” sela Zhang Yuan bersemangat. Sorot mata tajam dari pemimpin prajurit membuatnya tersenyum kaku, “bagaimana pun aku merelakan diri sendiri untuk direkrut menjadi prajurit, jadi kalian tak perlu khawatir aku melarikan diri.” Pemimpin pasukan melemparkan tali yang mengikat kedua tangan Zhang Yuan ke salah satu prajurit yang berdiri di sampingnya, “awasi dia!” Akhirnya Zhang Yuan berhasil mengikuti mereka. Dengan kedua tangan yang terikat, semua prajurit melimpahkan padanya ranting kering untuk dibawa. Sementara mereka sibuk mencari hew
Read more

Benteng Perbatasan Selatan

Ketika kembali bergabung bersama dengan yang lainnya, Zhang Yuan masih saja tak lepas dari pengawasan pemimpin prajurit. Selama dia memasak obat untuk menghentikkan sakit perut mereka, beberapa prajurit saling bergantian mengawasinya. “Kenapa lama sekali?! Apa kau sengaja agar kami menderita lebih lama!?” Zhang Yuan menengadah ke atas, melihat wajah pemimpin pasukan yang lesu, “harus dimasak dengan baik agar obatnya berkhasiat. Jika tidak, meski kalian meminumnya dalam porsi yang banyak tetap akan sia-sia.” “Berapa lama lagi?” “Dua jam lagi,” jawab Zhang Yuan santai sembari mengatur kayu bakaran. “Apa katamu!?” Melihat pemimpin pasukan memelototinya, Zhang Yuan memasang wajah kesal dan membanting ranting ke tanah, “baik! Kalian bisa meminumnya sekarang, tapi jangan salahkan aku jika sakit perut kalian tidak sembuh!” Bantahan Zhang Yuan berhasil menakuti pemimpin prajurit. Dengan waktu dua jam, su
Read more

Bertemu Dengan Liu Bai Dan Peng Boqin

“Zhang Yuan?!” Sorot mata Liu Bai menjadi tajam saat berjalan mendekati Zhang Yuan. Tujuh tahun tak berjumpa, Liu Bai yang dulu hanya seorang pemuda polos, enerjik, penuh semangat, dan sedikit ceroboh sekarang telah jauh berubah. Di depannya berdiri sosok pria dewasa beraura dingin dengan bekas sayatan di alis kening sisi kiri. Jika dia masih Liu Bai yang dulu, mungkin saat ini napas Zhang Yuan telah sesak karena rangkulan pertemuan pertama dari Liu Bai. Tapi sekarang, jangankan tersenyum, bahkan panggilan untuk Zhang Yuan telah jauh berbeda dan terdengar meremehkan. “Jadi kau masih hidup? Kenapa baru sekarang keluar dari tempat persembunyianmu, panglima Zhang yang terhormat?” “Panglima Zhang?” ucap Zhang Yuan bingung bersamaan memundurkan wajahnya yang terlalu dekat dengan Liu Bai, “jadi itu sebabnya mereka memperlakukanku seperti itu? Kalian salah mengenali orang!” Liu Bai menjauhkan kembali wajahnya, berdiri tegak lalu
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
29
DMCA.com Protection Status