Maaf baru up. Butuh kurleb 4-5 jam dalam proses pembuatan 1 babnya. Kalau mau cepat, takutnya hasil atau kualitas penulisan tidak akan maksimal. MOhon pengertiannya. Selamat membaca, semoga suka dengan bab ini.
Dua hari Zhang Yuan terkurung di dalam sana, tanpa makanan dan minuman. Dibiarkan sendiri di dalam keremangan ruangan itu hingga akhirnya bunyi langkah kaki seseorang membangunkan dia dari tidur. Bayangan lelaki berzirah perlahan muncul dan semakin terlihat jelas saat mendekati ruang penjara. Liu Bai bersama dengan dua orang prajurit yang mengikutinya dari belakang, membuka gembok pintu penjara. Saat melihat kedua prajurit meletakkan kotak makanan yang terbuat dari kayu, Zhang Yuan seperti orang kelaparan membuka cepat tanpa menunggu dipersilakan terlebih dahulu, melahapnya dengan kedua tangan secara bersamaan. Sementara Zhang Yuan sibuk menikmati makanannya, Liu Bai berjongkok dan memperhatikan Zhang Yuan dari dekat. “Tidak tahu sampai kapan kau akan bertahan menjalani kehidupan seperti ini, Zhang Yuan!” bisik Liu Bai menggelengkan kepalanya. “Tuan, harus bagaimana agar kau bisa percaya kalau aku bukan orang yang kau maksud?” ucap Zh
“Sudah tiga kali kerajaan Huan menolak permintaanku untuk mengirimkan bala bantuan, bahkan mengatakan hanya Selir Yinping sendiri yang bisa membawa pasukan bala bantuan dari kerajaan mereka.” Semua orang saling memandang dan menggelengkan kepala. Dengan kondisi Yinping yang sekarang sangat tidak memungkinkan untuk membiarkan dia ke kerajaan Huan. Diskusi dibubarkan sebab tak ada yang bisa membantu Qin Huang menyelesaikan masalahnya. Bantuan yang akan dikirimkan ke benteng perbatasan Selatan telah diperintahkannya untuk berangkat sesegera mungkin. Langkah Qin Huang berhenti di depan salah satu istana haremnya. Dia melirik ke arah pelayan istana yang bersujud dengan memegang nampan berisi makanan. Ekspresinya menjadi kesal, dengusan napas berat terdengar. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang spontan dibuka oleh kedua pelayan yang berdiri di depan pintu. Begitu masuk sosok seorang wanita di pembatas ruangan menjadi tuju
Mendapatkan kesempatan di malam hari saat hanya tersisa penjaga benteng yang terjaga, Zhang Yuan menyusup ke dalam penjara, tepat di mana Peng Boqin ditahan. Situasi seakan mendukungnya, beberapa penjaga di depan gerbang tertidur pulas, dia masuk ke dalam tanpa membangunkan mereka. “Bertahanlah, Boqin. He Qianfan akan datang membebaskanmu.” Langkah Zhang Yuan terhenti saat mendengar suara yang berasal dari dalam penjara. Di balik tembok dia melihat seorang misterius sedang meminumkan Peng Boqin. Dilihat dari bentuk tubuh yang dibalut pakaian serba hitam serta suara, bisa dipastikan seseorang yang berdiri di hadapan Peng Boqin adalah wanita. “Xue Yan? Kenapa kau bisa ada di sini? Cepat pergi! Sangat berbahaya bagimu berada di sini!” Mata Zhang Yuan membulat melihat sosok wanita yang berbincang dengan Peng Boqin. Niatnya untuk mencari tahu keadaan di kerajaan Song melalui Peng Boqin terurungkan. Apalagi saat mendengarkan wanita
“Tidak bisa!” bantah Zhang Yuan menggelengkan kepala, “ke medan perang saja aku belum pernah, yang ada hanya akan merusak rencana kalian.” “Cih! Menyerahkan masalah seserius ini kepada orang yang tak berguna, apa ketiga jenderal sudah kehilangan akal?!” sambung Liu Bai memelototi mereka. “Benar yang dikatakan jenderal Liu. Memanfaatkan seseorang sepertiku yang belum pernah menginjakkan kaki di medan perang sangat berbahaya,” sambung Zhang Yuan mendukung pernyataan Liu Bai. “Lalu untuk apa kau datang kemari?” tanya Liu Bai kesal. Mendapatkan kesempatan akhirnya Zhang Yuan mengajukan pendapat tentang rekrutan baru yang akan mendatangkan segala hal baik dan buruk. Bagi rekrutan muda yang bisa dikatakan mampu untuk berlatih tentu saja akan membantu kemenangan peperangan, tapi untuk rekrutan yang masih anak-anak dan sudah terlalu tua hanya akan membuat kekacauan, terutama membuat mental pihak musuh melejit jika melihat seperti apa
Pemandangan itu membuat Zhang Yuan memejamkan mata, menahan kebencian akan sosok Liu Bai yang sekarang. Perkataan Peng Boqin saat di dalam penjara tentang Liu Bai yang telah berkhianat mendukung apa yang disaksikannya sendiri.*** Jauh dari benteng pertahanan seorang prajurit yang menunggang kuda mengibarkan bendera berwarna merah. Hal ini segera disampaikan pada semua jenderal, pasukan musuh telah mendekati medan peperangan yang tak jauh dari perkemahan pasukan garda depan. Seluruh prajurit disiapkan, membawa alat perang masing-masing untuk ikut bergabung dengan pasukan garda depan. Termasuk semua prajurit yang baru direkrut, siap atau tidak harus menuruti perintah. Pasukan yang dipimpin oleh Liu Bai dan kedua jenderal berangkat dari benteng perbatasan ke perkemahan pasukan garda depan. Sepanjang perjalanan terlihat kegugupan di mata semua prajurit yang baru direkrut. Beberapa menit perjalanan seorang prajurit yang usianya t
Kali ini dengan formasi kepungan khas prajurit seratus, pasukan musuh mulai gentar. Dari belakang prajurit seratus muncul sang panglima yang dinantikan, melompat dan melewati barisan pengepung hingga mendaratkan kakinya tepat di depan jenderal musuh. “Heh! Kau pikir dengan menggunakan identitas orang yang sudah meninggal bisa membunuhku?!” Meski berucap tegas, tapi sorot mata ketakutan tak bisa ditutupi jenderal musuh. Pedang terhunus lurus ke depan. Mata menatap tajam di balik topeng. Tanpa membalas perkataan lelaki di hadapannya, panglima perang Zhang Yuan memulai penyerangan. Pertarungan kedua jenderal berlangsung. Tebasan pedang berkali-kali diayunkan demi melukai lawan. Setiap tebasan berakhir dengan benturan keras yang membuat pedang berdenting kuat. Sementara itu formasi pengepungan milik prajurit seratus tak dapat menahan prajurit musuh. Tentu saja kekuatan mereka tak sebanding dengan prajurit seratus yang dilatih oleh Zhang Y
Kabar kemenangan pertempuran di medan perang telah sampai ke istana kerajaan Song. Bersamaan dengan itu sosok lelaki yang mirip dengan panglima perang Zhang Yuan juga menggemparkan seisi istana saat Qin Huang meneruskan apa yang dia baca di laporan hasil peperangan. Berbagai macam pendapat keluar dari mulut semua orang yang mendengar berita itu. Kemenangan peperangan seharusnya menjadi topik pembicaraan kini tertutup hanya karena kabar seseorang yang mirip dengan Zhang Yuan. “Diam!” bentak Qin Huang membuat suasana riuh menjadi hening seketika. Dia terbatuk, wajahnya sedikit pucat dan lesu. “Yang mulia redahkan amarahmu, kesehatan yang mulia lebih penting,” ucap Ma Jun mendekati Qin Huang dan menyodorkan secangkir teh hangat yang baru dia tuangkan. Seluruh menteri dan pejabat istana juga ikut membungkuk dan berucap memohon kaisar mereka meredakan amarahnya. “Di dunia ini, orang yang telah meninggal tak akan bisa hidup kem
Aula istana dipenuhi aura kemenangan saat Liu Bai masuk dan melaporkan apa yang terjadi di medan peperangan. Qin Huang tentu saja tertawa puas sebab salah satu masalahnya telah teratasi meski tak tahu kapan akan ada serangan balasan dari kerajaan musuh. Pernyataan berikut dari Liu Bai yang menyinggung lelaki mirip Zhang Yuan hingga membuat suasana menjadi hening dan menegang. Bisik-bisik para menteri serta lemparan tatapan satu sama lain menambah ketegangan suasana saat itu. “Panggilkan dia kemari!” Tatapan Qin Huang tegas mengarah lurus ke depan pintu yang terbuka lebar. Ekspresi tak sabar dan gugup disembunyikan lewat jari telunjuk yang menggesek pelan cincin giok hijau di jempolnya. Di lain sisi, kedua pasang mata memaku ke gerbang istana yang jauh berada di depan mata. Tatapan dalam itu terganggu oleh suara seorang lelaki dari arah belakang. “Hei! Kau! Yang Mulia memanggilmu memasuki istana!”Paksaan senyuman kecil terukir di wajah Z
Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo
Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.
“Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama
Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata
“Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"
Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b
Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel
Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin
Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha