Kali ini dengan formasi kepungan khas prajurit seratus, pasukan musuh mulai gentar. Dari belakang prajurit seratus muncul sang panglima yang dinantikan, melompat dan melewati barisan pengepung hingga mendaratkan kakinya tepat di depan jenderal musuh. “Heh! Kau pikir dengan menggunakan identitas orang yang sudah meninggal bisa membunuhku?!” Meski berucap tegas, tapi sorot mata ketakutan tak bisa ditutupi jenderal musuh. Pedang terhunus lurus ke depan. Mata menatap tajam di balik topeng. Tanpa membalas perkataan lelaki di hadapannya, panglima perang Zhang Yuan memulai penyerangan. Pertarungan kedua jenderal berlangsung. Tebasan pedang berkali-kali diayunkan demi melukai lawan. Setiap tebasan berakhir dengan benturan keras yang membuat pedang berdenting kuat. Sementara itu formasi pengepungan milik prajurit seratus tak dapat menahan prajurit musuh. Tentu saja kekuatan mereka tak sebanding dengan prajurit seratus yang dilatih oleh Zhang Y
Kabar kemenangan pertempuran di medan perang telah sampai ke istana kerajaan Song. Bersamaan dengan itu sosok lelaki yang mirip dengan panglima perang Zhang Yuan juga menggemparkan seisi istana saat Qin Huang meneruskan apa yang dia baca di laporan hasil peperangan. Berbagai macam pendapat keluar dari mulut semua orang yang mendengar berita itu. Kemenangan peperangan seharusnya menjadi topik pembicaraan kini tertutup hanya karena kabar seseorang yang mirip dengan Zhang Yuan. “Diam!” bentak Qin Huang membuat suasana riuh menjadi hening seketika. Dia terbatuk, wajahnya sedikit pucat dan lesu. “Yang mulia redahkan amarahmu, kesehatan yang mulia lebih penting,” ucap Ma Jun mendekati Qin Huang dan menyodorkan secangkir teh hangat yang baru dia tuangkan. Seluruh menteri dan pejabat istana juga ikut membungkuk dan berucap memohon kaisar mereka meredakan amarahnya. “Di dunia ini, orang yang telah meninggal tak akan bisa hidup kem
Aula istana dipenuhi aura kemenangan saat Liu Bai masuk dan melaporkan apa yang terjadi di medan peperangan. Qin Huang tentu saja tertawa puas sebab salah satu masalahnya telah teratasi meski tak tahu kapan akan ada serangan balasan dari kerajaan musuh. Pernyataan berikut dari Liu Bai yang menyinggung lelaki mirip Zhang Yuan hingga membuat suasana menjadi hening dan menegang. Bisik-bisik para menteri serta lemparan tatapan satu sama lain menambah ketegangan suasana saat itu. “Panggilkan dia kemari!” Tatapan Qin Huang tegas mengarah lurus ke depan pintu yang terbuka lebar. Ekspresi tak sabar dan gugup disembunyikan lewat jari telunjuk yang menggesek pelan cincin giok hijau di jempolnya. Di lain sisi, kedua pasang mata memaku ke gerbang istana yang jauh berada di depan mata. Tatapan dalam itu terganggu oleh suara seorang lelaki dari arah belakang. “Hei! Kau! Yang Mulia memanggilmu memasuki istana!”Paksaan senyuman kecil terukir di wajah Z
Tak menyangka apa yang didengarnya adalah keterbalikkan fakta. Informasi dari Ma Jun sangat berbeda dengan kejadian sebenarnya. Memang jebakkan Qin Huang sangat mengecewakan Zhang Yuan, tapi lebih menyakitkan lagi saat dirinya diceritakan menolak hukuman dan bertarung melawan prajurit hanya karena tak mau dibawa kembali ke istana. “Awalnya aku hanya ingin memberikan hukuman ringan terhadapnya sebagai peringatan agar dia setia terhadap perintahku dan bukan terhadap seseorang yang dicintainya yang bukanlah miliknya. Tapi tak menyangka….” Perkataan Qin Huang terhenti, tak sanggup mengulangi kalimat yang telah dia ucapkan sebelumnya. Kedua bola mata Zhang Yuan terpaku mendengar penjelasan itu. Bagaimana mungkin hukuman kematian bisa dianggap hukuman ringan. Namun terlepas dari semua itu, dia hanya bisa menahan kekesalan dan sekian banyak pertanyaan berada di situasi saat ini. Mungkin saja Qin Huang sengaja memprovokasi agar penyamarannya terbongkar. “
Penyelidikkan akan identitas Zhang Yuan selesai. Bukti bahwa dirinya bukanlah panglima Zhang telah ditemukan oleh petugas yang dipercayakan Qin Huang. Namun hal ini masih belum juga memuaskan hati Qin Huang hingga secara rahasia dia memerintahkan komandan Xu Xiao dan Xiao Ge menemui Zhang Yuan di dalam penjara. Selama berjam-jam, Zhang Yuan baru menemukan ketenangannya setelah selesai menjawab beberapa pertanyaan, tapi baru saja hendak memejamkan mata bunyi rantai yang membelenggu pintu penjara terdengar lagi. Embusan napas kesal mengiring tubuhnya untuk bangkit kembali dengan ekspresi wajah menahan sakit. Kali ini kemunculan dua orang lelaki sempat membuatnya tertegun, sebab wajah lelaki yang berdiri di depan mata bukanlah orang yang tak dia kenali, melainkan sahabat dan kepala pelayan kediamannya, terlebih kepercayaan kaisar. “Sebenarnya apa yang dilakukan panglima Zhang sehingga kalian bisa seperti pemburu yang memburu mangsanya? Meski semua or
“Mana aku tahu? Semua menemuiku dengan tujuan yang sama, bertanya dan mengancam dengan kekerasan. Kalau aku juga bisa memilih, tak ingin wajahku sama seperti panglima Zhang kalian!” Zhang Yuan menatap kesal lalu menjauhkan diri dan berbalik menghadap ke dinding, memunggungi kedua lelaki yang kini saling menatap sambil menggelengkan kepala. Terjeda beberapa detik, terdengar bunyi pintu dan rantai. Zhang Yuan baru membalikkan badan ketika Xu Xiao dan Xiao Ge telah pergi. Melewati seminggu lebih penyelidikkan identitas Zhang Yuan, akhirnya semua bukti menyatakan dirinya bukanlah panglima Zhang. Segera dia dikeluarkan dari dalam penjara dan diminta menemui Qin Huang. Untuk membalas kontribusinya pada kemenangan peperangan waktu itu, Qin Huang menghadiahi kediaman dan emas untuk Zhang Yuan. Kebenaran akan identitasnya berhasil menutup mulut para menteri yang masih ragu.*** Situasi genting di benteng perbatasan wilayah Barat membu
Baru beberapa detik ucapan keluar dari mulut Zhang Yuan, Yinping telah menjauhkan kepala dan melerai pelukannya. Dalam diam pandangan bingung terukir di wajah Yinping. Zhang Yuan tersenyum nakal beriring mengangkat tangan, meraih pipi Yinping, “kemarilah, biar aku menikmati wajah cantikmu ini.” Namun tindakan itu segera ditepis oleh Yinping. “Kau bukan Zhang Yuan! Siapa kau?!” tanya Yinping menggelengkan kepalanya. “Tentu saja aku bukan Zhang Yuan, tapi aku bisa membahagiakanmu lebih darinya.” Bujukkan Zhang Yuan mengakibatkan Yinping memundurkan langkahnya dengan tetap memasang wajah ragu. Namun sebelum dia berbalik pergi, Zhang Yuan dengan cepat menarik pergelangan tangan kecil itu hingga mengakibatkan tubuh mereka sekali lagi menempel. Tatapan sayu dan senyum nakal dari Zhang Yuan membuat Yinping merontah, tak nyaman dengan posisi mereka berdua. “Lepaskan!” Semakin Yinping meronta melepaskan jerat r
“Kau….” Seseorang berdiri di tengah ruangan dengan jubah panjang menutup tubuh serta tudung kepala yang menggelapkan tampilan wajah akhirnya dikenali Zhang Yuan saat tudung kepala diturunkan.Kedatangan Ma Jun menimbulkan pertanyaan di pikiran Zhang Yuan, terlebih saat tahu tujuan Ma Jun. Tanpa berbasa-basi lagi senyuman ramah terukir di wajah Ma Jun sambil mengulurkan tangan yang memegang botol obat.“Kau sudah menderita karena kemiripan wajahmu dengan panglima Zhang.”Belum sempat Zhang Yuan berucap, Ma Jun segera melanjutkan pembicaraan dengan menjelaskan maksud kedatangan. Selain bersimpati dengan hal yang menimpa Zhang Yuan, dia juga mengharapkan perhatiannya bisa diingat oleh Zhang Yuan. Bahkan menegaskan satu kalimat penting sambil berjalan ke depan dan tetap membiarkan tangan terulur yang memegang obat tepat di depan Zhang Yuan.“Jika kau menemukan kesulitan atau membutuhkan sesuatu, mintalah padaku. Aku akan mencoba membantu dan memberikan kebutuhanmu!”Beberapa d