Home / All / Sang Panglima Perang / Panglima Bertopeng Perak

Share

Panglima Bertopeng Perak

Author: Cristi Rottie
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Kali ini dengan formasi kepungan khas prajurit seratus, pasukan musuh mulai gentar. Dari belakang prajurit seratus muncul sang panglima yang dinantikan, melompat dan melewati barisan pengepung hingga mendaratkan kakinya tepat di depan jenderal musuh.

“Heh! Kau pikir dengan menggunakan identitas orang yang sudah meninggal bisa membunuhku?!” Meski berucap tegas, tapi sorot mata ketakutan tak bisa ditutupi jenderal musuh.

Pedang terhunus lurus ke depan. Mata menatap tajam di balik topeng. Tanpa membalas perkataan lelaki di hadapannya, panglima perang Zhang Yuan memulai penyerangan.

Pertarungan kedua jenderal berlangsung. Tebasan pedang berkali-kali diayunkan demi melukai lawan. Setiap tebasan berakhir dengan benturan keras yang membuat pedang berdenting kuat.

Sementara itu formasi pengepungan milik prajurit seratus tak dapat menahan prajurit musuh. Tentu saja kekuatan mereka tak sebanding dengan prajurit seratus yang dilatih oleh Zhang Y
Cristi Rottie

Setelah sekian purnama, akhirnya masih boleh up lagi. Maaf juga untuk kesekian kalinya karena telah membuat pembaca setia Zhang Yuan menunggu lama. Terima kasih untuk keloyalan kalian semua. Sekarang pahit asamnya perasaan kehilangan seseorang boleh terkikis seiring dengan berjalannya waktu. Terima kasih untuk Tuhan Yesus yang menjadi sumber penghiburan dan kekuatan di saat hati dilanda duka. Semoga episode kali ini boleh melepaskan kerinduan kalian. Dan mohon menunggu, sya akan usahakan update 1 bab lagi setelah bab ini. Terima kasih sekali lagi atas pengertian kalian pembaca setiaku. Semoga rejeki kalian lancar, kesehatan menjadi bagian kalian kalian semua, serta apa pun usaha, cita-cita, pekerjaan dan keinginan kalian dibuat Tuhan berhasil. Amiiiiiiin.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Panglima Perang   Kabar Kemenangan Dan Seseorang Yang Mirip Dengan Panglima Zhang

    Kabar kemenangan pertempuran di medan perang telah sampai ke istana kerajaan Song. Bersamaan dengan itu sosok lelaki yang mirip dengan panglima perang Zhang Yuan juga menggemparkan seisi istana saat Qin Huang meneruskan apa yang dia baca di laporan hasil peperangan. Berbagai macam pendapat keluar dari mulut semua orang yang mendengar berita itu. Kemenangan peperangan seharusnya menjadi topik pembicaraan kini tertutup hanya karena kabar seseorang yang mirip dengan Zhang Yuan. “Diam!” bentak Qin Huang membuat suasana riuh menjadi hening seketika. Dia terbatuk, wajahnya sedikit pucat dan lesu. “Yang mulia redahkan amarahmu, kesehatan yang mulia lebih penting,” ucap Ma Jun mendekati Qin Huang dan menyodorkan secangkir teh hangat yang baru dia tuangkan. Seluruh menteri dan pejabat istana juga ikut membungkuk dan berucap memohon kaisar mereka meredakan amarahnya. “Di dunia ini, orang yang telah meninggal tak akan bisa hidup kem

  • Sang Panglima Perang   Pertemuan Rahasia Di Bilik Penjara

    Aula istana dipenuhi aura kemenangan saat Liu Bai masuk dan melaporkan apa yang terjadi di medan peperangan. Qin Huang tentu saja tertawa puas sebab salah satu masalahnya telah teratasi meski tak tahu kapan akan ada serangan balasan dari kerajaan musuh. Pernyataan berikut dari Liu Bai yang menyinggung lelaki mirip Zhang Yuan hingga membuat suasana menjadi hening dan menegang. Bisik-bisik para menteri serta lemparan tatapan satu sama lain menambah ketegangan suasana saat itu. “Panggilkan dia kemari!” Tatapan Qin Huang tegas mengarah lurus ke depan pintu yang terbuka lebar. Ekspresi tak sabar dan gugup disembunyikan lewat jari telunjuk yang menggesek pelan cincin giok hijau di jempolnya. Di lain sisi, kedua pasang mata memaku ke gerbang istana yang jauh berada di depan mata. Tatapan dalam itu terganggu oleh suara seorang lelaki dari arah belakang. “Hei! Kau! Yang Mulia memanggilmu memasuki istana!”Paksaan senyuman kecil terukir di wajah Z

  • Sang Panglima Perang   Tentang Kematian Panglima Zhang

    Tak menyangka apa yang didengarnya adalah keterbalikkan fakta. Informasi dari Ma Jun sangat berbeda dengan kejadian sebenarnya. Memang jebakkan Qin Huang sangat mengecewakan Zhang Yuan, tapi lebih menyakitkan lagi saat dirinya diceritakan menolak hukuman dan bertarung melawan prajurit hanya karena tak mau dibawa kembali ke istana. “Awalnya aku hanya ingin memberikan hukuman ringan terhadapnya sebagai peringatan agar dia setia terhadap perintahku dan bukan terhadap seseorang yang dicintainya yang bukanlah miliknya. Tapi tak menyangka….” Perkataan Qin Huang terhenti, tak sanggup mengulangi kalimat yang telah dia ucapkan sebelumnya. Kedua bola mata Zhang Yuan terpaku mendengar penjelasan itu. Bagaimana mungkin hukuman kematian bisa dianggap hukuman ringan. Namun terlepas dari semua itu, dia hanya bisa menahan kekesalan dan sekian banyak pertanyaan berada di situasi saat ini. Mungkin saja Qin Huang sengaja memprovokasi agar penyamarannya terbongkar. “

  • Sang Panglima Perang   Bujukkan Xu Xiao Dan Xiao Ge

    Penyelidikkan akan identitas Zhang Yuan selesai. Bukti bahwa dirinya bukanlah panglima Zhang telah ditemukan oleh petugas yang dipercayakan Qin Huang. Namun hal ini masih belum juga memuaskan hati Qin Huang hingga secara rahasia dia memerintahkan komandan Xu Xiao dan Xiao Ge menemui Zhang Yuan di dalam penjara. Selama berjam-jam, Zhang Yuan baru menemukan ketenangannya setelah selesai menjawab beberapa pertanyaan, tapi baru saja hendak memejamkan mata bunyi rantai yang membelenggu pintu penjara terdengar lagi. Embusan napas kesal mengiring tubuhnya untuk bangkit kembali dengan ekspresi wajah menahan sakit. Kali ini kemunculan dua orang lelaki sempat membuatnya tertegun, sebab wajah lelaki yang berdiri di depan mata bukanlah orang yang tak dia kenali, melainkan sahabat dan kepala pelayan kediamannya, terlebih kepercayaan kaisar. “Sebenarnya apa yang dilakukan panglima Zhang sehingga kalian bisa seperti pemburu yang memburu mangsanya? Meski semua or

  • Sang Panglima Perang   Keadaan Di Perbatasan Barat

    “Mana aku tahu? Semua menemuiku dengan tujuan yang sama, bertanya dan mengancam dengan kekerasan. Kalau aku juga bisa memilih, tak ingin wajahku sama seperti panglima Zhang kalian!” Zhang Yuan menatap kesal lalu menjauhkan diri dan berbalik menghadap ke dinding, memunggungi kedua lelaki yang kini saling menatap sambil menggelengkan kepala. Terjeda beberapa detik, terdengar bunyi pintu dan rantai. Zhang Yuan baru membalikkan badan ketika Xu Xiao dan Xiao Ge telah pergi. Melewati seminggu lebih penyelidikkan identitas Zhang Yuan, akhirnya semua bukti menyatakan dirinya bukanlah panglima Zhang. Segera dia dikeluarkan dari dalam penjara dan diminta menemui Qin Huang. Untuk membalas kontribusinya pada kemenangan peperangan waktu itu, Qin Huang menghadiahi kediaman dan emas untuk Zhang Yuan. Kebenaran akan identitasnya berhasil menutup mulut para menteri yang masih ragu.*** Situasi genting di benteng perbatasan wilayah Barat membu

  • Sang Panglima Perang   Bertemu Setelah Sekian Lama

    Baru beberapa detik ucapan keluar dari mulut Zhang Yuan, Yinping telah menjauhkan kepala dan melerai pelukannya. Dalam diam pandangan bingung terukir di wajah Yinping. Zhang Yuan tersenyum nakal beriring mengangkat tangan, meraih pipi Yinping, “kemarilah, biar aku menikmati wajah cantikmu ini.” Namun tindakan itu segera ditepis oleh Yinping. “Kau bukan Zhang Yuan! Siapa kau?!” tanya Yinping menggelengkan kepalanya. “Tentu saja aku bukan Zhang Yuan, tapi aku bisa membahagiakanmu lebih darinya.” Bujukkan Zhang Yuan mengakibatkan Yinping memundurkan langkahnya dengan tetap memasang wajah ragu. Namun sebelum dia berbalik pergi, Zhang Yuan dengan cepat menarik pergelangan tangan kecil itu hingga mengakibatkan tubuh mereka sekali lagi menempel. Tatapan sayu dan senyum nakal dari Zhang Yuan membuat Yinping merontah, tak nyaman dengan posisi mereka berdua. “Lepaskan!” Semakin Yinping meronta melepaskan jerat r

  • Sang Panglima Perang   Pemimpin Istana Pengganti Kaisar

    “Kau….” Seseorang berdiri di tengah ruangan dengan jubah panjang menutup tubuh serta tudung kepala yang menggelapkan tampilan wajah akhirnya dikenali Zhang Yuan saat tudung kepala diturunkan.Kedatangan Ma Jun menimbulkan pertanyaan di pikiran Zhang Yuan, terlebih saat tahu tujuan Ma Jun. Tanpa berbasa-basi lagi senyuman ramah terukir di wajah Ma Jun sambil mengulurkan tangan yang memegang botol obat.“Kau sudah menderita karena kemiripan wajahmu dengan panglima Zhang.”Belum sempat Zhang Yuan berucap, Ma Jun segera melanjutkan pembicaraan dengan menjelaskan maksud kedatangan. Selain bersimpati dengan hal yang menimpa Zhang Yuan, dia juga mengharapkan perhatiannya bisa diingat oleh Zhang Yuan. Bahkan menegaskan satu kalimat penting sambil berjalan ke depan dan tetap membiarkan tangan terulur yang memegang obat tepat di depan Zhang Yuan.“Jika kau menemukan kesulitan atau membutuhkan sesuatu, mintalah padaku. Aku akan mencoba membantu dan memberikan kebutuhanmu!”Beberapa d

  • Sang Panglima Perang   Benteng Perbatasan Barat

    Di antara ribuan prajurit bala bantuan yang berbaris rapi di depan gerbang, sepasang mata Zhang Yuan memperhatikan Qin Huang dikejauhan sana yang turut mengantarkan kepergian mereka. Kabar tentang kesehatan Qin Huang dan kepemimpinan kerajaan yang diserahkan kepada Xue Yan telah sampai ke telinga Zhang Yuan. Kali ini kekhawatiran Zhang Yuan adalah Qin Huang, meski di hatinya menyimpan kekesalan, namun di saat genting seperti ini tidak harus mengutamakan kepentingan pribadi dan mengabaikan musuh yang mulai memanfaatkan. Satu tangan Qin Huang terangkat, menginstruksikan kepergian mereka. “Pergi dan kembalilah dengan kemenangan! Kalahkan dan bunuh semua prajuritnya! Jangan beri ampun meski mereka telah menyerahkan diri!” Ribuan prajurit, ratusan kereta pasokan makanan dan alat perang memulai perjalanan panjang mereka. Melewati beberapa desa dan hutan, berkali-kali simbol rahasia prajurit seratus terukir hingga tak sengaja terlihat oleh Zhang Yuan, seol

Latest chapter

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status