Ketika kembali bergabung bersama dengan yang lainnya, Zhang Yuan masih saja tak lepas dari pengawasan pemimpin prajurit. Selama dia memasak obat untuk menghentikkan sakit perut mereka, beberapa prajurit saling bergantian mengawasinya. “Kenapa lama sekali?! Apa kau sengaja agar kami menderita lebih lama!?” Zhang Yuan menengadah ke atas, melihat wajah pemimpin pasukan yang lesu, “harus dimasak dengan baik agar obatnya berkhasiat. Jika tidak, meski kalian meminumnya dalam porsi yang banyak tetap akan sia-sia.” “Berapa lama lagi?” “Dua jam lagi,” jawab Zhang Yuan santai sembari mengatur kayu bakaran. “Apa katamu!?” Melihat pemimpin pasukan memelototinya, Zhang Yuan memasang wajah kesal dan membanting ranting ke tanah, “baik! Kalian bisa meminumnya sekarang, tapi jangan salahkan aku jika sakit perut kalian tidak sembuh!” Bantahan Zhang Yuan berhasil menakuti pemimpin prajurit. Dengan waktu dua jam, su
“Zhang Yuan?!” Sorot mata Liu Bai menjadi tajam saat berjalan mendekati Zhang Yuan. Tujuh tahun tak berjumpa, Liu Bai yang dulu hanya seorang pemuda polos, enerjik, penuh semangat, dan sedikit ceroboh sekarang telah jauh berubah. Di depannya berdiri sosok pria dewasa beraura dingin dengan bekas sayatan di alis kening sisi kiri. Jika dia masih Liu Bai yang dulu, mungkin saat ini napas Zhang Yuan telah sesak karena rangkulan pertemuan pertama dari Liu Bai. Tapi sekarang, jangankan tersenyum, bahkan panggilan untuk Zhang Yuan telah jauh berbeda dan terdengar meremehkan. “Jadi kau masih hidup? Kenapa baru sekarang keluar dari tempat persembunyianmu, panglima Zhang yang terhormat?” “Panglima Zhang?” ucap Zhang Yuan bingung bersamaan memundurkan wajahnya yang terlalu dekat dengan Liu Bai, “jadi itu sebabnya mereka memperlakukanku seperti itu? Kalian salah mengenali orang!” Liu Bai menjauhkan kembali wajahnya, berdiri tegak lalu
Dua hari Zhang Yuan terkurung di dalam sana, tanpa makanan dan minuman. Dibiarkan sendiri di dalam keremangan ruangan itu hingga akhirnya bunyi langkah kaki seseorang membangunkan dia dari tidur. Bayangan lelaki berzirah perlahan muncul dan semakin terlihat jelas saat mendekati ruang penjara. Liu Bai bersama dengan dua orang prajurit yang mengikutinya dari belakang, membuka gembok pintu penjara. Saat melihat kedua prajurit meletakkan kotak makanan yang terbuat dari kayu, Zhang Yuan seperti orang kelaparan membuka cepat tanpa menunggu dipersilakan terlebih dahulu, melahapnya dengan kedua tangan secara bersamaan. Sementara Zhang Yuan sibuk menikmati makanannya, Liu Bai berjongkok dan memperhatikan Zhang Yuan dari dekat. “Tidak tahu sampai kapan kau akan bertahan menjalani kehidupan seperti ini, Zhang Yuan!” bisik Liu Bai menggelengkan kepalanya. “Tuan, harus bagaimana agar kau bisa percaya kalau aku bukan orang yang kau maksud?” ucap Zh
“Sudah tiga kali kerajaan Huan menolak permintaanku untuk mengirimkan bala bantuan, bahkan mengatakan hanya Selir Yinping sendiri yang bisa membawa pasukan bala bantuan dari kerajaan mereka.” Semua orang saling memandang dan menggelengkan kepala. Dengan kondisi Yinping yang sekarang sangat tidak memungkinkan untuk membiarkan dia ke kerajaan Huan. Diskusi dibubarkan sebab tak ada yang bisa membantu Qin Huang menyelesaikan masalahnya. Bantuan yang akan dikirimkan ke benteng perbatasan Selatan telah diperintahkannya untuk berangkat sesegera mungkin. Langkah Qin Huang berhenti di depan salah satu istana haremnya. Dia melirik ke arah pelayan istana yang bersujud dengan memegang nampan berisi makanan. Ekspresinya menjadi kesal, dengusan napas berat terdengar. Dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang spontan dibuka oleh kedua pelayan yang berdiri di depan pintu. Begitu masuk sosok seorang wanita di pembatas ruangan menjadi tuju
Mendapatkan kesempatan di malam hari saat hanya tersisa penjaga benteng yang terjaga, Zhang Yuan menyusup ke dalam penjara, tepat di mana Peng Boqin ditahan. Situasi seakan mendukungnya, beberapa penjaga di depan gerbang tertidur pulas, dia masuk ke dalam tanpa membangunkan mereka. “Bertahanlah, Boqin. He Qianfan akan datang membebaskanmu.” Langkah Zhang Yuan terhenti saat mendengar suara yang berasal dari dalam penjara. Di balik tembok dia melihat seorang misterius sedang meminumkan Peng Boqin. Dilihat dari bentuk tubuh yang dibalut pakaian serba hitam serta suara, bisa dipastikan seseorang yang berdiri di hadapan Peng Boqin adalah wanita. “Xue Yan? Kenapa kau bisa ada di sini? Cepat pergi! Sangat berbahaya bagimu berada di sini!” Mata Zhang Yuan membulat melihat sosok wanita yang berbincang dengan Peng Boqin. Niatnya untuk mencari tahu keadaan di kerajaan Song melalui Peng Boqin terurungkan. Apalagi saat mendengarkan wanita
“Tidak bisa!” bantah Zhang Yuan menggelengkan kepala, “ke medan perang saja aku belum pernah, yang ada hanya akan merusak rencana kalian.” “Cih! Menyerahkan masalah seserius ini kepada orang yang tak berguna, apa ketiga jenderal sudah kehilangan akal?!” sambung Liu Bai memelototi mereka. “Benar yang dikatakan jenderal Liu. Memanfaatkan seseorang sepertiku yang belum pernah menginjakkan kaki di medan perang sangat berbahaya,” sambung Zhang Yuan mendukung pernyataan Liu Bai. “Lalu untuk apa kau datang kemari?” tanya Liu Bai kesal. Mendapatkan kesempatan akhirnya Zhang Yuan mengajukan pendapat tentang rekrutan baru yang akan mendatangkan segala hal baik dan buruk. Bagi rekrutan muda yang bisa dikatakan mampu untuk berlatih tentu saja akan membantu kemenangan peperangan, tapi untuk rekrutan yang masih anak-anak dan sudah terlalu tua hanya akan membuat kekacauan, terutama membuat mental pihak musuh melejit jika melihat seperti apa
Pemandangan itu membuat Zhang Yuan memejamkan mata, menahan kebencian akan sosok Liu Bai yang sekarang. Perkataan Peng Boqin saat di dalam penjara tentang Liu Bai yang telah berkhianat mendukung apa yang disaksikannya sendiri.*** Jauh dari benteng pertahanan seorang prajurit yang menunggang kuda mengibarkan bendera berwarna merah. Hal ini segera disampaikan pada semua jenderal, pasukan musuh telah mendekati medan peperangan yang tak jauh dari perkemahan pasukan garda depan. Seluruh prajurit disiapkan, membawa alat perang masing-masing untuk ikut bergabung dengan pasukan garda depan. Termasuk semua prajurit yang baru direkrut, siap atau tidak harus menuruti perintah. Pasukan yang dipimpin oleh Liu Bai dan kedua jenderal berangkat dari benteng perbatasan ke perkemahan pasukan garda depan. Sepanjang perjalanan terlihat kegugupan di mata semua prajurit yang baru direkrut. Beberapa menit perjalanan seorang prajurit yang usianya t
Kali ini dengan formasi kepungan khas prajurit seratus, pasukan musuh mulai gentar. Dari belakang prajurit seratus muncul sang panglima yang dinantikan, melompat dan melewati barisan pengepung hingga mendaratkan kakinya tepat di depan jenderal musuh. “Heh! Kau pikir dengan menggunakan identitas orang yang sudah meninggal bisa membunuhku?!” Meski berucap tegas, tapi sorot mata ketakutan tak bisa ditutupi jenderal musuh. Pedang terhunus lurus ke depan. Mata menatap tajam di balik topeng. Tanpa membalas perkataan lelaki di hadapannya, panglima perang Zhang Yuan memulai penyerangan. Pertarungan kedua jenderal berlangsung. Tebasan pedang berkali-kali diayunkan demi melukai lawan. Setiap tebasan berakhir dengan benturan keras yang membuat pedang berdenting kuat. Sementara itu formasi pengepungan milik prajurit seratus tak dapat menahan prajurit musuh. Tentu saja kekuatan mereka tak sebanding dengan prajurit seratus yang dilatih oleh Zhang Y