Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Bab 251 - Bab 260

Semua Bab Sang Panglima Perang: Bab 251 - Bab 260

290 Bab

Keadaan Di Perbatasan Barat

“Mana aku tahu? Semua menemuiku dengan tujuan yang sama, bertanya dan mengancam dengan kekerasan. Kalau aku juga bisa memilih, tak ingin wajahku sama seperti panglima Zhang kalian!” Zhang Yuan menatap kesal lalu menjauhkan diri dan berbalik menghadap ke dinding, memunggungi kedua lelaki yang kini saling menatap sambil menggelengkan kepala. Terjeda beberapa detik, terdengar bunyi pintu dan rantai. Zhang Yuan baru membalikkan badan ketika Xu Xiao dan Xiao Ge telah pergi. Melewati seminggu lebih penyelidikkan identitas Zhang Yuan, akhirnya semua bukti menyatakan dirinya bukanlah panglima Zhang. Segera dia dikeluarkan dari dalam penjara dan diminta menemui Qin Huang. Untuk membalas kontribusinya pada kemenangan peperangan waktu itu, Qin Huang menghadiahi kediaman dan emas untuk Zhang Yuan. Kebenaran akan identitasnya berhasil menutup mulut para menteri yang masih ragu.*** Situasi genting di benteng perbatasan wilayah Barat membu
Baca selengkapnya

Bertemu Setelah Sekian Lama

Baru beberapa detik ucapan keluar dari mulut Zhang Yuan, Yinping telah menjauhkan kepala dan melerai pelukannya. Dalam diam pandangan bingung terukir di wajah Yinping. Zhang Yuan tersenyum nakal beriring mengangkat tangan, meraih pipi Yinping, “kemarilah, biar aku menikmati wajah cantikmu ini.” Namun tindakan itu segera ditepis oleh Yinping. “Kau bukan Zhang Yuan! Siapa kau?!” tanya Yinping menggelengkan kepalanya. “Tentu saja aku bukan Zhang Yuan, tapi aku bisa membahagiakanmu lebih darinya.” Bujukkan Zhang Yuan mengakibatkan Yinping memundurkan langkahnya dengan tetap memasang wajah ragu. Namun sebelum dia berbalik pergi, Zhang Yuan dengan cepat menarik pergelangan tangan kecil itu hingga mengakibatkan tubuh mereka sekali lagi menempel. Tatapan sayu dan senyum nakal dari Zhang Yuan membuat Yinping merontah, tak nyaman dengan posisi mereka berdua. “Lepaskan!” Semakin Yinping meronta melepaskan jerat r
Baca selengkapnya

Pemimpin Istana Pengganti Kaisar

“Kau….” Seseorang berdiri di tengah ruangan dengan jubah panjang menutup tubuh serta tudung kepala yang menggelapkan tampilan wajah akhirnya dikenali Zhang Yuan saat tudung kepala diturunkan.Kedatangan Ma Jun menimbulkan pertanyaan di pikiran Zhang Yuan, terlebih saat tahu tujuan Ma Jun. Tanpa berbasa-basi lagi senyuman ramah terukir di wajah Ma Jun sambil mengulurkan tangan yang memegang botol obat.“Kau sudah menderita karena kemiripan wajahmu dengan panglima Zhang.”Belum sempat Zhang Yuan berucap, Ma Jun segera melanjutkan pembicaraan dengan menjelaskan maksud kedatangan. Selain bersimpati dengan hal yang menimpa Zhang Yuan, dia juga mengharapkan perhatiannya bisa diingat oleh Zhang Yuan. Bahkan menegaskan satu kalimat penting sambil berjalan ke depan dan tetap membiarkan tangan terulur yang memegang obat tepat di depan Zhang Yuan.“Jika kau menemukan kesulitan atau membutuhkan sesuatu, mintalah padaku. Aku akan mencoba membantu dan memberikan kebutuhanmu!”Beberapa d
Baca selengkapnya

Benteng Perbatasan Barat

Di antara ribuan prajurit bala bantuan yang berbaris rapi di depan gerbang, sepasang mata Zhang Yuan memperhatikan Qin Huang dikejauhan sana yang turut mengantarkan kepergian mereka. Kabar tentang kesehatan Qin Huang dan kepemimpinan kerajaan yang diserahkan kepada Xue Yan telah sampai ke telinga Zhang Yuan. Kali ini kekhawatiran Zhang Yuan adalah Qin Huang, meski di hatinya menyimpan kekesalan, namun di saat genting seperti ini tidak harus mengutamakan kepentingan pribadi dan mengabaikan musuh yang mulai memanfaatkan. Satu tangan Qin Huang terangkat, menginstruksikan kepergian mereka. “Pergi dan kembalilah dengan kemenangan! Kalahkan dan bunuh semua prajuritnya! Jangan beri ampun meski mereka telah menyerahkan diri!” Ribuan prajurit, ratusan kereta pasokan makanan dan alat perang memulai perjalanan panjang mereka. Melewati beberapa desa dan hutan, berkali-kali simbol rahasia prajurit seratus terukir hingga tak sengaja terlihat oleh Zhang Yuan, seol
Baca selengkapnya

Pengakuan Liu Bai

Ekspresi di wajah sepuluh orang segera berubah begitu mendengar perintah untuk saling membunuh satu sama lain. Duah buah pedang sengaja dilemparkan ke arah mereka. Pandangan keraguan untuk memulai apa yang diperintahkan berakhir saat salah satu anak panah mendarat di tubuh prajurit. Jika tidak memulai pertarungan maka satu persatu akan dipanah. Hal ini membuat semua saling berebut pedang. Keinginan kuat untuk bertahan hidup membangkitkan keegoisan masing-masing. Sementara mereka saling merebut, bahkan ada yang terluka karena pertarungan, rantai yang membelenggu di kaki Zhang Yuan ikut tertarik hingga mau tak mau dia harus terlibat dalam hal gila itu. Namun sayang sekali mereka bukanlah tandingan Zhang Yuan. Pertarungan terus berlanjut hingga tersisa dua orang yang memegang pedang. Zhang Yuan yang sejak tadi hanya menghindar dan memukul tanpa menghabisi nyawa kini terdiam. Kedua lelaki yang berdiri di depan saling menatap satu sama lain seolah mendis
Baca selengkapnya

Rencana Perlawanan

Teriakan Liu Bai bergema, mengisi kesunyian di dalam ruang penjara. Semua tahanan yang berada di bilik jeruji lain ikut penasaran mendengar teriakan itu. Bahkan samar di telinga Zhang Yuan mendengar mereka merasa bersyukur atas penderitaan Liu Bai.“Apa yang dia lakukan padamu, Liu Bai?!” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab, dia semakin panik saat Liu Bai tak sadarkan diri. Dicengkeramnya token pasukan dengan kuat. Penyesalan Zhang Yuan sangat besar dengan keadaan yang memaksa temannya itu hingga berakhir seperti ini. Suasana menjadi hening kembali. Zhang Yuan duduk, memelintir jerami menjadi semakin kecil layaknya seutas benang. Beberapa jam hal itu dilakukan, kini telah menyerupai sebuah kunci panjang dengan ujung membentuk seperti pengait. Dia berdiri, melangkah pelan mendekati pintu penjara. Dimasukkannya kunci rancangan dari jerami ke dalam lubang gembok berbentuk persegi bersamaan didekatkan telinga ke arah gembok. Mata terpejam. Jema
Baca selengkapnya

Mengejar Pasukan Musuh

“Tuan, aku sudah mengatakan semuanya dengan jujur, tolong lepaskan aku.” Permohonan itu membuat Zhang Yuan menganggukkan kepala, menyetujui perkataan sang lelaki, namun di detik selanjutnya pedang di tangan Zhang Yuan melayang cepat, menyayat leher lelaki yang terikat di depannya. “Habisi semua yang tersisa, jangan biarkan seorang pun hidup!” Perintah Zhang Yuan dilaksanakan. Satu persatu prajurit musuh dibunuh tanpa ampun. Namun ada beberapa orang yang memiliki identitas sebagai prajurit Song menolak dan memohon ampun karena mereka hanya dalam keadaan terpaksa mengikuti musuh. Keraguan di mata beberapa prajurit yang akan mengeksekusi membuat Zhang Yuan kesal. Bahkan dengan berani ikut bermohon untuk mengampuni nyawa mereka. “Baik!” Wajah datar Zhang Yuan menatap ke sekeliling, ke semua orang yang menunggunya melanjutkan perkataan. Dengan langkah tegap dihampirinya beberapa orang yang bermohon tadi, “aku bisa mengampuni k
Baca selengkapnya

Menuju Ke Ibukota

Bola mata Zhang Yuan terpaku melihat wajah kedua penyerang yang ternyata sangat dia kenali. “Panglima Zhang? Apa ini benar-benar kau?” tutur He Qianfan bersemangat. “Jangan dibodohi kemiripan wajahnya dengan panglima Zhang, Qianfan,” tepis Chao Jiming merentangkan salah satu tangannya di depan He Qianfan yang hendak mendekati Zhang Yuan. “Kalau dia benar-benar panglima Zhang, tak mungkin akan bersama dengan pengkhianat Liu Bai!” tambahnya lagi menoleh ke arah Liu Bai yang duduk di atas kuda. Perkataan Chao Jiming dibantah He Qianfan dengan alasan lelaki yang berdiri di depannya benar-benar adalah panglima Zhang karena jika bukan maka dia sudah tertangkap di malam saat Xu Xiao mengejarnya. Dan juga pesan rahasia yang dikirimkan pada mereka telah membuktikan kebenaran identitas Zhang Yuan. “Aku tidak percaya!” Dengan cepat Chao Jiming menghunuskan pedangnya ke leher Zhang Yuan, “bagaimana kau bisa membuktikan kalau kau benar panglima Zhang
Baca selengkapnya

Pesan Untuk Xu Xiao

Rombongan pasukan Zhang Yuan melewati beberapa desa yang anehnya begitu damai, tak ada tanda-tanda pembantaian. Semua rakyat terlihat tenang menjalankan aktifitas seperti biasa meski di wajah mereka terlihat gugup. Sekian lama menunggangi kuda, pasukan Zhang Yuan akhirnya boleh melihat bangunan kokoh di depan mata. Namun saat mendekati gerbang ibukota perjalanan mereka terhenti sebab dari kejauhan beberapa anak panah mengudara dan tertancap ke atas tanah. Teriakan keras yang meminta mereka mundur terdengar. Usaha Zhang Yuan untuk meyakinkan penjaga gerbang sia-sia sebab keberadaan Liu Bai dan kedua pengkhianat menjadi alasan pintu gerbang semakin tidak boleh dibuka. Sementara itu di dalam sana, prajurit Song sudah hampir kewalahan mengadu pedang dan menahan agar pasukan musuh tidak mendekati istana. Ledakan dan teriakan para rakyat bergema sampai ke langit. Melihat kepulan asap berwarna hitam mengudara ke atas langit, semua pasukan mendesak Zhang Yuan untuk memerintahkan mereka
Baca selengkapnya

Serangan Ma Jun

Begitu melihat tanda yang ditembakkan ke langit, pasukan yang dipimpin Chen Changyi dan Cao Jiming berusaha menekan perlawanan musuh dengan kemampuan mereka. Hal sama juga dilakukan oleh pasukan yang dipimpin Zhang Yuan. Adanya serangan dari kedua sisi membuat perlawanan musuh mulai melemah. Apalagi ketika nama panglima Zhang diserukan oleh He Qianfan, seolah muncul semangat dan kekuatan baru bagi prajurit Song untuk berperang melawan musuh. Bahkan hanya dengan mengetahui hadirnya panglima perang yang melegenda di dalam peperangan telah membuat mental musuh melemah. Sementara itu di dalam ruang istana, kabar tentang pasukan musuh yang telah masuk dan menyerang ibukota menambah buruk kondisi Qin Huang. Dia yang sedang terbaring lemah, segera berdiri dan memerintahkan Ma Jun untuk mempersiapkan zirah perangnya. “Yang mulia, tidak boleh!” sela Xue Yan menahan lengan Qin Huang dengan tatapan penuh kecemasan, “Anda sedang sakit. Keselamatanmu lebih penti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
242526272829
DMCA.com Protection Status