Beranda / Semua / Sang Panglima Perang / Menuju Ke Ibukota

Share

Menuju Ke Ibukota

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bola mata Zhang Yuan terpaku melihat wajah kedua penyerang yang ternyata sangat dia kenali.

“Panglima Zhang? Apa ini benar-benar kau?” tutur He Qianfan bersemangat.

“Jangan dibodohi kemiripan wajahnya dengan panglima Zhang, Qianfan,” tepis Chao Jiming merentangkan salah satu tangannya di depan He Qianfan yang hendak mendekati Zhang Yuan. “Kalau dia benar-benar panglima Zhang, tak mungkin akan bersama dengan pengkhianat Liu Bai!” tambahnya lagi menoleh ke arah Liu Bai yang duduk di atas kuda.

Perkataan Chao Jiming dibantah He Qianfan dengan alasan lelaki yang berdiri di depannya benar-benar adalah panglima Zhang karena jika bukan maka dia sudah tertangkap di malam saat Xu Xiao mengejarnya. Dan juga pesan rahasia yang dikirimkan pada mereka telah membuktikan kebenaran identitas Zhang Yuan.

“Aku tidak percaya!” Dengan cepat Chao Jiming menghunuskan pedangnya ke leher Zhang Yuan, “bagaimana kau bisa membuktikan kalau kau benar panglima Zhang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Pesan Untuk Xu Xiao

    Rombongan pasukan Zhang Yuan melewati beberapa desa yang anehnya begitu damai, tak ada tanda-tanda pembantaian. Semua rakyat terlihat tenang menjalankan aktifitas seperti biasa meski di wajah mereka terlihat gugup. Sekian lama menunggangi kuda, pasukan Zhang Yuan akhirnya boleh melihat bangunan kokoh di depan mata. Namun saat mendekati gerbang ibukota perjalanan mereka terhenti sebab dari kejauhan beberapa anak panah mengudara dan tertancap ke atas tanah. Teriakan keras yang meminta mereka mundur terdengar. Usaha Zhang Yuan untuk meyakinkan penjaga gerbang sia-sia sebab keberadaan Liu Bai dan kedua pengkhianat menjadi alasan pintu gerbang semakin tidak boleh dibuka. Sementara itu di dalam sana, prajurit Song sudah hampir kewalahan mengadu pedang dan menahan agar pasukan musuh tidak mendekati istana. Ledakan dan teriakan para rakyat bergema sampai ke langit. Melihat kepulan asap berwarna hitam mengudara ke atas langit, semua pasukan mendesak Zhang Yuan untuk memerintahkan mereka

  • Sang Panglima Perang   Serangan Ma Jun

    Begitu melihat tanda yang ditembakkan ke langit, pasukan yang dipimpin Chen Changyi dan Cao Jiming berusaha menekan perlawanan musuh dengan kemampuan mereka. Hal sama juga dilakukan oleh pasukan yang dipimpin Zhang Yuan. Adanya serangan dari kedua sisi membuat perlawanan musuh mulai melemah. Apalagi ketika nama panglima Zhang diserukan oleh He Qianfan, seolah muncul semangat dan kekuatan baru bagi prajurit Song untuk berperang melawan musuh. Bahkan hanya dengan mengetahui hadirnya panglima perang yang melegenda di dalam peperangan telah membuat mental musuh melemah. Sementara itu di dalam ruang istana, kabar tentang pasukan musuh yang telah masuk dan menyerang ibukota menambah buruk kondisi Qin Huang. Dia yang sedang terbaring lemah, segera berdiri dan memerintahkan Ma Jun untuk mempersiapkan zirah perangnya. “Yang mulia, tidak boleh!” sela Xue Yan menahan lengan Qin Huang dengan tatapan penuh kecemasan, “Anda sedang sakit. Keselamatanmu lebih penti

  • Sang Panglima Perang   Lolosnya Ma Jun Dari Istana

    Serangan dari Ma Jun dihalangi oleh Xue Yan dengan berusaha menahan tangannya. Namun tindakan itu gagal sebab Ma Jun dengan mudah menghempaskan tubuh Xue Yan hingga terlempar. Pertarungan antara Qin Huang dan Ma Jun berlanjut. Meski kondisi tubuh Qin Huang saat ini tidak stabil tapi dia masih bisa menghindari dan membalas serangan Ma Jun dengan cepat. Namun di menit berikut penyakit Qin Huang kambuh hingga menyebabkan dia terluka dan tersungkur. Ekspresi kepuasan Ma Jun terlukis di wajah saat melihat darah di bekas sayatannya. Memanfaatkan kondisi Qin Huang yang tak berdaya, diarahkan belati di tangan Ma Jun untuk menyerang lagi. Namun sebelum ujung belati menyentuh tubuh Qin Huang, Ma Jun terlempar. “Kau!” Dilihatnya seseorang yang menyebabkan dia terlempar dengan wajah geram. Tak menyangka dia telah melupakan satu bahaya yang selama ini tersembunyi dan diremehkan. “Ma Jun, menyerahlah. Kau sudah kalah, pasukanmu telah ditak

  • Sang Panglima Perang   Hukuman Untuk Zhang Yuan

    Dari kejauhan, Ma Jun menyunggingkan senyum kemenangan bersamaan dengan memusatkan pandangan matanya ke arah Zhang Yuan yang berada tak jauh di belakang Qin Huang. Di saat Zhang Yuan masih terpaku menatap Ma Jun, mengingat kembali bisikkan apa yang bisa membuat Qin Huang tak berdaya. Semua prajurit yang berada di belakang sudah tak sabar mengejar Ma Jun saat melihat pintu gerbang ibukota mulai tertutup. Namun tindakan mereka dihentikan dengan suara lantang oleh Qin Huang dengan beralasan mengejar Ma Jun hanya akan merugikan mereka karena bisa masuk dalam jebakan yang sudah disiapkan. “Apa perintahku tidak kalian anggap!? Lalu perintah siapa yang bisa kalian patuhi?” bentak Qin Huang saat tak terima dengan pandangan keraguan semua prajurit terhadapnya. Suara Qin Huang membawa kesadaran Zhang Yuan kembali. Dilihatnya Qin Huang yang pada saat itu sedang menatapnya tajam, seolah perkataan yang baru saja dikeluarkan khusus ditujukan untuk menyinggung Z

  • Sang Panglima Perang   50 Cambukkan

    Semua argumen para menteri yang ada di dalam aula istana didengar oleh Zhang Yuan yang pada saat itu berdiri di depan pintu. Kekesalannya hingga ingin menerobos masuk terpenuhi saat Qin Huang mengijinkan dia untuk hadir dalam aula istana. Dengan langkah tegap Zhang Yuan berjalan di tengah-tengah barisan para menteri yang menatapnya sebelah mata. “Zhang Yuan, memberi hormat pada yang mulia kaisar!” serunya menekuk satu lutut ke lantai sambil menjura. “Yang mulia, ini tidak boleh dibiarkan!” sela seorang menteri yang melanjutkan keberatannya karena Zhang Yuan telah menipu kaisar. Dia bahkan meminta agar hukuman mati dijatuhi pada Zhang Yuan. “Panglima Zhang, apa kau keberatan?” tanya Qin Huang datar. Dengan suara lantang dan berani jawaban Zhang Yuan membuat semua menteri menyunggingkan senyuman puas. Dia menyetujui hal itu terjadi, tapi tatapan kesal dari Qin Huang justru ditujukan padanya. “Tapi aku ke

  • Sang Panglima Perang   Siuman

    “Panglima Zhang, sebenarnya kau tak perlu membahayakan nyawamu. Setidaknya biarkan mereka juga mendapatkan hukuman yang sama.” Setelah selesai menjalani hukuman, Zhang Yuan segera dijemput oleh Xiao Ge. Ceramah Xiao Ge tak lagi dibantah sebab tubuhnya benar-benar tak kuat menahan luka cambukkan yang terus mengalirkan darah segar. Namun begitu melihat kereta di depan mata, langkahnya terhenti. Dilepaskan tangan Xiao Ge yang memapahnya dengan kesal, “katakan pada yang mulia aku berterima kasih atas perhatiannya, tapi sayang, aku tak bisa mengotori kereta mewah ini dengan darahku!” “Panglima Zhang, yang mulia juga memiliki kesulitannya sendiri—” “Xiao Ge, siapkan kuda!” Perintah Zhang Yuan dibantah dengan beralasan tak ingin membuat lukanya semakin parah. Namun hanya dengan menatap tajam dalam diam ke arah Xiao Ge telah memberitahukan kalau tak ada yang bisa memaksanya untuk pergi dengan kereta pemberian Qin Huang. Segera Xiao Ge

  • Sang Panglima Perang   Menemani Qin Huang Bermain

    Permintaan menemui kaisar ditolak dengan beralasan Qin Huang sibuk dan tak ingin diganggu oleh siapa pun. Namun tekad Zhang Yuan untuk menemuinya mengalahkan perintah itu sebab dalam kondisi tubuh yang belum pulih, Zhang Yuan telah bertekuk lutut di depan pintu agar Qin Huang mau menemuinya. “Apa hukuman yang diberikan masih belum cukup untuk membuatmu beristirahat, Zhang Yuan?” Begitu diijinkan masuk ke dalam ruangan, sambutan kalimat dan ekspresi kesal ditujukan pada Zhang Yuan. “Terima kasih atas perhatianmu, yang mulia. Para tabib yang kau kirimkan untukku telah melakukan tugas mereka dengan baik.” “Aku melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang kaisar, Zhang Yuan. Tak perlu berterima kasih,” balas Qin Huang acuh lalu mengangkat tangannya dan memanggil Zhang Yuan dengan jemari tangan, “kemarilah.” Zhang Yuan menurut. Mendekati Qin Huang yang pada saat itu duduk di depan meja yang di atasnya terdapat papan

  • Sang Panglima Perang   Ruang Rahasia Di Kuil Terbengkalai

    “Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia, tapi aku belum ingin menikah. Kedepannya, masalah pribadiku, biar aku yang memutuskan.” “Baik! Kalau begitu kembalilah dan beristirahatlah dengan baik.”*** Hampir setiap hari Zhang Yuan menemui Qin Huang untuk mengetahui perkembangan di wilayah barat serta membujuknya agar mau mengijinkan dia membantu pasukan yang ada di sana, tapi Qin Huang tetap mengabaikan bahkan mengancam akan menikahkannya jika masih membahas hal itu lagi. Laporan dari wilayah Barat juga sampai sekarang belum ada, jadi Qin Huang tidak terlalu mencemaskan hal itu. “Bagaimana bisa seorang kaisar duduk bermain dengan santai sementara wilayah dan para rakyatnya dalam bahaya!” ketus Zhang Yuan sudah tak tahan lagi karena setiap kali datang ke istana yang dia dapatkan Qin Huang hanya bersikap santai. “Zhang Yuan, aku sudah memikirkan jabatan apa yang cocok untukmu. Daripada kau menganggur dan menceramahiku setiap hari,

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status