Share

Racun Dingin

Penulis: Cristi Rottie
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Apa perlu terkejut seperti itu?” spontan sang wanita menyodorkan tangan dan memaksa memasukan sesuatu ke dalam mulut Zhang Yuan.

Tak dapat melawan paksaan yang masuk ke dalam mulutnya sebab seluruh tulang Zhang Yuan tak bisa digerakkan, bahkan bulatan pil tertelan begitu saja. “Apa yang kau berikan padaku?!”

Pertanyaan Zhang Yuan terjawab saat tanpa sengaja pandangan matanya tertuju ke sekeliling. Tampak Chen Changyi, He Qianfan, Chao Jiming, Peng Boqin, serta Liu Bai menatapnya dalam diam.

“Kalian? Apa yang terjadi sebenarnya?”

“Kakak Zhang, maafkan kami,” balas Peng Boqin mendekat, “untuk berjaga-jaga jika keberadaan kami diketahui oleh orang lain, terpaksa harus menggunakan cara ini.”

“Jangan khawatir, aku sudah memberikan obat penawarnya padamu. Sayang sekali aku menyia-nyiakan racun yang telah lama kuramu tanpa melihat bagaimana efeknya—”

“Xue Yan, jangan bercanda,” tepis Peng Boqin menyela perkataan wanita bermata tegas.

Cristi Rottie

Selamat membaca. Maaf ya jika alurnya kalian merasa lambat. Sebenarnya alurnya bukan lambat tapi memang harus seperti ini agar para pembaca bisa lebih mendalam lagi dengan cerita ini dan lebih memahami karakter dari tiap tokoh. Di setiap bab ada maksudnya dan rahasia tersendiri, jadi nikmatilah.... Kalau memang benar merasa bosan dengan alur lambatnya, akan saya percepat lagi. 1 bab ini untuk membuka awal hari baru--hari Rabu. Semoga para pembaca dilimpahi rejeki dan dilancarkan semua usaha, pekerjaan, serta dikirimkan orang-orang baik setiap hari, amiiiiiin....

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Made Sudana
penulisnya lagi croot
goodnovel comment avatar
Made Sudana
cepet lanjut bosku biar ngak penasaran
goodnovel comment avatar
Reval Aditya
di tunggu lanjutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Panglima Perang   Catatan Yang Hilang

    Xue Yan menghela napas panjang sebelum melanjutkan penjelasan. Sepuluh tahun lalu saat dia diculik, seseorang memintanya secara paksa untuk membuatkan jenis racun yang tidak ada penawar. Meski masih terbilang muda dan sudah lama terjadi, tapi satu hal tak pernah dilupakan adalah orang yang mengambil ramuan racun adalah seseorang berpengaruh di dalam istana. Seseorang yang terkena racun dingin tidak akan disadari karena efeknya hanya seperti penyakit ringan biasa, tapi lama kelamaan akan melemahkan semua organ tubuhnya sehingga tak akan berfungsi dengan baik. Bahkan tabib kerajaan pun hanya akan mengira kalau itu penyakit biasa. Mengonsumsi obat biasa tidak akan membantu melainkan hanya akan semakin memperparah kesehatan dan mempercepat penyebaran racun. “Jika memang benar seperti yang Nona Xue Yan katakan, itu berarti dugaanku benar,” sambung tabib Yao merenungkan sejenak. Dia melanjutkan alasan diajukan pertanyaan awalnya karena telah menemukan ada yang aneh

  • Sang Panglima Perang   Petunjuk Lain

    Di dalam bangunan rumah bunga, tempat semua tawa sandiwara dan campuran hasrat pria wanita berada. Seorang berparas cantik dalam balutan pakaian pria berjalan menaiki tangga sembari memperhatikan sekelilingnya dengan waspada dan misterius. Dia menghentikan langkah kakinya setelah berada di lantai dua tepat di depan ruang kamar di ujung koridor. Begitu masuk ke dalam ruangan, sorot mata penuh kewaspadaan memperhatikan di setiap sudut kamar saat tak ada seseorang pun di dalam sana. “Keluarlah! Menggunakan cara seperti ini untuk mengundangku datang tentu tidak akan dilakukan oleh pelayan pribadiku yang telah meninggal!” Mendengar perkataan itu, Zhang Yuan yang berada di balik sekat ruangan tersenyum kecil. Rasanya seperti waktu terulang kembali saat melihat Yinping dalam balutan pakaian pria. “Keluarlah! Kau tidak tahu bagaimana kesulitanku untuk keluar dari istana!” “Bagaimana kau bisa mengambil risiko sebesar ini untuk ber

  • Sang Panglima Perang   Teka-teki Ucapan Yinping

    “Yuwan berpesan agar tuan puterinya harus hidup dengan baik, jangan menjerumuskan diri sendiri dalam bahaya, terlebih harus memikirkan kebahagiaan sendiri.” Pesan ini jelas bukan apa yang diucapkan Yuwan melainkan ungkapan hati Zhang Yuan agar Yinping tak lagi membahayakan diri. Namun perkataan yang baru terucap mendapat respon lain. Yinping terdiam menatapnya, mata indah itu mulai berkaca-kaca. “Katakan pada Yuwan agar tidak mengkhawatirkanku. Aku sangat bahagia karena melakukan apa yang aku inginkan. Dan tentu saja aku tidak akan melakukan hal yang berbahaya.” “Oh, baiklah. Pesanmu akan aku sampaikan kembali.” Merasa telah lama terjerat dalam tatapan mata yang membuatnya semakin tenggelam dalam suasana hati, Zhang Yuan mengalihkan pandangan ke arah lain, “mengenai ramuan yang kau minta diselidiki, menurut tabib Yao itu hanya ramuan obat biasa.” Yinping tertawa kecil. Entah apakah jawaban itu meyakinkan atau justru membuatnya semakin pe

  • Sang Panglima Perang   Penuntutan Para Menteri

    Hari ini kaisar Qin Huang tidak mengadakan pertemuan rapat dengan para menteri karena kondisi kesehatannya yang belum juga pulih. Sementara itu, mereka yang tak setuju kekuasaan sementara diambil alih oleh permaisuri mengajukan permohonan diri agar bisa bertemu dan melihat Qin Huang secara langsung. Namun para pengawal istana dikerahkan permaisuri dan mengusir semua menteri karena dianggap telah mengganggu waktu istirahat kaisar dan menghambat proses pemulihannya. Dua hari berlalu, para menteri tak menyerah melakukan hal yang sama, berlutut di depan istana Qin Huang, bahkan serentak mengancam akan melepaskan jabatan masing-masing jika Qin Huang masih tak mau bertemu dengan mereka. Sementara itu di dalam istana, Qin Huang yang sudah semakin lemah, menahan semua perkataan dari para menteri. Desakkan dari mereka di saat ketidakberdayaannya mendorong Qin Huang untuk menunjukkan diri pada mereka. Meski beberapa ini menghindari pertemuan rapat agar para m

  • Sang Panglima Perang   Hal Penting Dari Tabib Yao

    Di sisi lain, seorang pelayan perempuan terbaru-buru menemui permaisuri dan menyampaikan sesuatu yang membuat wajah permaisuri terkejut. Rasa cemas berlebihan ditunjukan juga lewat gerak jari tangan yang saling mencengkeram. Dia memerintahkan seorang pelayan menyediakan sesuatu untuk dibawa ke penjara istana. Saat itu Xu Xiao yang telah berada di istana setelah mengetahui tabib Yao ditangkap. Seperti biasa dia menginterogasi sendiri tabib Yao, menjalankan rencana Zhang Yuan. Namun baru beberapa menit menginterogasi, seorang penjaga menjeda dan menginformasikan bahwa permaisuri datang langsung ke penjara dan ingin menemui tabib Yao. “Katakan pada permaisuri, tempat ini tidak cocok dengan permaisuri. Terlebih, masalah tahanan ada aku yang menanganinya, jadi yang mulia permaisuri tidak perlu khawatir!” Meski telah menyampaikan pesan penolakan kepada penjaga tahanan untuk diteruskan pada permaisuri, tapi di beberapa menit kemudian, permaisur

  • Sang Panglima Perang   Trik Tersembunyi

    Di depan pintu yang tertutup, Zhang Yuan dan permaisuri saling memandang dalam diam. Tatapan keduanya mengisyaratkan rasa tak senang akan kehadiran masing-masing. “Tuan Zhang, aku tahu kau tak senang dengan keputusan Yang Mulia. Jika kau mau aku bisa membantumu memohon agar Yang Mulia mengijinkan kau memimpin pasukan bantuan ke perbatasan.” “Tidak perlu merepotkanmu, Yang Mulia. Jika aku memang mau, aku bisa mendapatkannya dari yang mulia kaisar dengan cara apa pun,” balas Zhang Yuan datar. Dia menjura singkat lalu berjalan menjauhi permaisuri. Namun baru beberapa langkah permaisuri memerintahkannya untuk berhenti. Permaisuri berjalan mendekati, menghentikan langkahnya ketika mereka berdekatan dan saling berhadapan, “sekarang aku yang menentukan semua keputusan di dalam kerajaan. Meski pun kau mau, kau tak bisa mendapatkannya tanpa persetujuan dariku!” Zhang Yuan tersenyum kecil, mendengus remeh, “sebentar lagi, saat Yang Mul

  • Sang Panglima Perang   Mengumpulkan Bukti

    Xue Yan melotot, “panglima Zhang memang seperti yang dikatakan orang-orang. Pintar dan cerdik! Tak ada sesuatu yang tersembunyi tak bisa kau ketahui. Kalau begitu ijinkan aku memperkenalkan diri.” Xue Yan memulai pembicaraan dengan menyebut nama jenderal terdahulu—teman seperjuangan ayah Zhang Yuan. Xue Yan adalah cucu kesayangan dari seorang jenderal yang memiliki kontrak pernikahan dengan Qin Huang yang pada saat itu masih sebagai pangeran biasa, namun di saat sang kakek meninggal dia diculik oleh sekelompok prajurit, dipenjarakan sampai dewasa. “Karena kau sudah tahu seseorang menggantikanmu, apa kau tak berpikir untuk mengambil kembali identitas aslimu?” “Dan menggantikan posisi permaisuri dari permaisuri palsu di dalam istana?” tambah Xue Yan menggeleng miris, “hidupku sudah jauh lebih bahagia dengan identitasku yang sekarang. Daripada harus hidup terkurung dalam istana, lebih baik menjadi wanita biasa yang bebas melakukan apa saja

  • Sang Panglima Perang   Bukti Kejahatan Permaisuri

    “Yang Mulia!” Zhang Yuan muncul dengan cepat, menghentikan tindakan permaisuri. “Maaf karena datang terburu-buru. Ada seseorang yang ingin menemuimu.” Zhang Yuan melirik sekilas ke arah permaisuri yang menatapnya dengan tajam. Namun hal itu justru semakin menyenangkan karena sebentar lagi rahasia besar permaisuri akan terbongkar. “Tabib Yao!?” Qin Huang sontak berdiri dari kursi, sendok yang berada di dekat mulutnya ditepis. Bahkan permaisuri pun tak kalah terkejutnya dengan kehadiran tabib Yao, bisa terlihat betapa geramnya dia saat itu melalui jemari tangan yang mencengkeram kuat sendok di tangannya. Tabib Yao dengan berani melangkahkan kaki mendekati Qin Huang. Dia segera berlutut dan menyuarakan permintaan keadilan untuk dirinya. Jika bukan karena pertolongan seseorang dia benar-benar telah meninggal. “Jangan bertele-tele, tabib Yao. Ceritakan yang sebenarnya!” Tabib Yao melirik permaisuri dengan wajah ragu h

Bab terbaru

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Berhasil Lolos

    Semua orang terperangah melihat kaisar Qin Huang yang seharusnya tak boleh ada di situasi berisiko seperti ini. Perintah untuk menangkap permaisuri Xun Yan dan Ma Jun segera dilakukan oleh prajurit yang dipimpin He Qianfan. Namun sayang tindakan itu berakhir gagal sebab kerumunan rakyat yang berlari dari arah berlawanan, menghalangi pasukan He Qianfan yang berusaha mengejar Ma Jun dan Xun Yan. Sementara itu Zhang Yuan justru terdiam melihat pemandangan di depan mata. Ma Jun dan Xun Yan berlari begitu cepat, hingga berhasil bergabung dengan pasukan musuh. Sedangkan Qin Huang terlarut dalam kegeraman, dia memerintahkan jenderal memimpin pasukan dan menangkap kembali kedua tahanan kerajaan yang meloloskan diri dengan cara apa pun. “Panglima Zhang, kau berani meloloskan tahanan kerajaan!? Apa perintahku sama sekali tidak kau anggap!?” Qin Huang menatap geram ke arah Zhang Yuan. Zhang Yuan menundukkan wajah dan mengakui kesalahan. Namun emo

  • Sang Panglima Perang   Dua Nyawa Untuk Keselamatan Banyak Nyawa

    Pesan yang tertulis di atas kertas membangkitkan kegeraman. Ekspresi Zhang Yuan berubah, kertas dicengkeram kuat hingga tangannya bergetar. “Ada apa panglima Zhang?” tanya jenderal ikut merasa penasaran melihat ekspresi Zhang Yuan. “Mereka meminta kita untuk menyerah. Jika tidak, akan ada kiriman tubuh tak bernyawa lagi setiap dua jam!” “Sialan! Mereka benar-benar tidak manusiawi!” umpat jenderal menahan geram, “apa panglima Zhang punya rencana lain?” Zhang Yuan terdiam sejenak. “Mau mengancamku? Baik!” Zhang Yuan memerintahkan Chen Changyi untuk membawakan pesan ke pihak musuh menggunakan ancaman balik dengan menggunakan nyawa Ma Jun dan permaisuri. Suasana menjadi semakin tegang ketika dua jam berlalu. Kali ini tubuh tak bernyawa seorang wanita muda dan anak kecil yang dikirimkan oleh seekor kuda. Namun Zhang Yuan masih tetap tidak memberi perintah penyerangan hingga menimbulkan perdebatan dengan jenderal.

  • Sang Panglima Perang   Siaga!

    “Jenderal, kau mencariku?” Pertanyaan Zhang Yuan tak dijawab. Dilihatnya ke mana tujuan arah pandangan mata jenderal. Di ruangan lain, tampak Ma Jun tengah diinterogasi dengan paksaan dan siksaan agar pertanyaan dari seorang prajurit dijawab. Jeritan memekik setiap kali satu layangan cambukkan mengoyak tubuh Ma Jun. “Dia sangat gigih!” jenderal menoleh ke samping lalu melanjutkan perkataan, “sejak tadi dia meminta untuk berbicara denganmu, panglima Zhang.” Zhang Yuan mengangguk singkat lalu berjalan meninggalkan jenderal menuju ke ruangan dimana Ma Jun sementara disiksa. Dengan wajah lebam dan tubuh terluka seperti itu, Ma Jun masih begitu gigih. Ekspresi wajahnya berubah saat kedatangan Zhang Yuan disadari. “Tinggalkan kami berdua.” Tak peduli seperti apa ekspresi Ma Jun padanya, Zhang Yuan hanya diam dalam tatapan dingin. Kini di dalam sana hanya tersisa Zhang Yuan dan Ma Jun. Dua pasang mata saling menatap lama

  • Sang Panglima Perang   Mati Lebih Damai

    Terasa nyeri hebat dipunggung akibat benda pipih dan tajam. Nyeri semakin bertambah saat benda yang telah menembus daging ditarik kembali. Zhang Yuan berbalik. Ditatapnya wajah ketakutan dari perempuan yang memegang belati berdarah. “Kak Zhang!” seru Liu Bai dengan suara lantang. Dia berlari cepat dari kejauhan diikuti beberapa prajurit di belakang menuju ke arah Zhang Yuan. “Tangkap dia!” pintah Liu Bai dengan wajah panik memeriksa luka tusukan di punggung Zhang Yuan. Sementara Liu Bai memeriksa punggung Zhang Yuan yang terluka, Zhang Yuan memerintahkan para prajurit untuk melepaskan perempuan yang menusuknya. “Liu Bai, aku tidak apa-apa. Luka ini sama sekali tidak berpengaruh bagiku.” “Tidak bisa! Melukai pejabat penting kaisar hukumannya adalah kematian! Bunuh dia!” bantah Liu Bai memandang serius ke arah prajurit. “Liu Bai! Sudahku bilang jangan mengikutiku!” bisik Zhang Yuan menetapkan sorot mata tajam menata

  • Sang Panglima Perang   Ma Jun Dan Permaisuri Ditangkap

    “Ma Jun….” seorang prajurit muncul dari belakang prajurit lainnya, “kau terlalu menyulitkan panglima Zhang. Berikan dia waktu lebih lama untuk memikirkan tawaranmu.” Sosok yang muncul dan berucap menyela Ma Jun menjadi pusat perhatian semua orang. Jika tidak mengenali suara, Zhang Yuan tentu tak tahu kalau yang berbicara adalah permaisuri Xun Yan. Memakai pakaian lelaki, tatanan rambut lelaki, wajah tanpa riasan telah mengubah penampilan keagungan Xun Yan. “Permaisuri Xun Yan, akhirnya kau muncul juga. Aku memang sengaja menunggumu.” Sudut mulut Zhang Yuan melengkung kecil. “Zhang Yuan, aku sedang mengandung keturunan kaisar. Jika nyawa mereka sama sekali tidak bisa memaksamu, bagaimana dengan keturunan kaisar? Apa kau mau membinasakan keturunan kaisarmu!?” “Baik! Kalau begitu, aku ingin lihat seperti apa cara permaisuri membinasakan keturunan kaisar. Apakah dengan racun? Atau kau ingin menusuk perutmu sendiri dengan pedang?"

  • Sang Panglima Perang   Ancaman Ma Jun

    Lama menunggu pergerakkan di dalam hutan, akhirnya bayangan salah satu prajurit seratus muncul menunggangi kuda dengan membawa informasi keadaan di dalam hutan. Tak menyangka perangkap yang ditujukan untuk menyerang pasukan musuh malah harus dibatalkan sebab Ma Jun menjadikan rakyat yang disanderanya sebagai tameng. Liu Bai dan kedua komandan tidak berani mengambil risiko, mereka menunggu Zhang Yuan untuk memberikan perintah. Zhang Yuan mendengus remeh, ”lakukan penyerangan! Perintahkan komandan Liu Bai melindungi para sandera dari jauh, sedangkan ketiga komandan lainnya jalankan perintah sesuai rencana!” Suara keributan dari dalam hutan terdengar. Dentingan pedang berirama tak beraturan memberikan berita secara tak langsung bahwa pertempuran sedang terjadi di dalam sana. Semakin lama keributan yang berasal dari dalam hutan terdengar begitu jelas, hingga bayangan prajurit seratus muncul di depan mata. Dengan langkah berhati-hati mereka b

  • Sang Panglima Perang   Pesan Penting

    Seminggu berlalu pekerjaan penggalian pun di luar dugaan, kedua pasukan yang ditugaskan menggali di dua titik berbeda telah bertemu. Perintah untuk memblokir jalur sungai yang mengalir ke desa wilayah musuh dilaksanakan. Dengan menggunakan batu-batu besar sebagai landasan dilapisi batu-batu kecil dan tumpukan tanah, akhirnya pekerjaan ini selesai. Kabar dari He Qianfan memberitahukan bahwa terjadi masalah besar di istana. Permaisuri Xun Yan dikabarkan sedang mengandung keturunan kaisar. Hal ini menyebabkan hukuman eksekusi untuk sementara ditiadakan sampai permaisuri melahirkan. Namun di malam beberapa hari berikutnya permaisuri menghilang dari istana. He Qianfan juga memberitahukan kalau kaisar menitipkan pesan pada Zhang Yuan apa pun yang terjadi jangan biarkan Ma Jun atau permaisuri keluar dari wilayah kerajaan. Disodorkannya lembaran kertas yang baru saja selesai Zhang Yuan baca ke depan Liu Bai. Sementara Liu Bai, Peng Boqin dan Chao Jiming mel

  • Sang Panglima Perang   Penggalian Jalur Sungai

    Mendengar pertanyaan Zhang Yuan, wajah jenderal menjadi canggung. Dia memberikan penjelasan kalau rakyat hanya ingin membantu meringankan dan melayani prajurit agar mereka bisa beristirahat dan pulih secepatnya. “Dengan kondisi rakyat yang sudah seperti ini, bagaimana bisa jenderal membebankan mereka untuk melayani kita?!” Zhang Yuan kesal. Disampaikannya masukan agar semua prajurit yang tidak terluka mengambil bagian dalam pekerjaan rakyat. “Tapi panglima Zhang, jika harus memerintahkan prajurit melakukan tugas rakyat, mereka bisa kewalahan jika sewaktu-waktu musuh datang menyerang. Lagipula aku yang memimpin peperangan ini, panglima Zhang hanya datang untuk membantu saja. Semua keputusan ada di tanganku!” bantah jenderal memasang wajah tak suka. “Seperti apa hasil dari kepemimpinanmu dalam perang ini, kau tentu lebih tahu!” Ditatapnya jenderal dengan wajah dingin lalu melanjutkan perkataan, “jika jenderal bisa lebih baik dalam memimpin

  • Sang Panglima Perang   Sungai

    Setelah berjam-jam menunggangi kuda mengikuti tepi jalur sungai, Zhang Yuan menghentikan perjalanannya. Beristirahat di depan perapian sambil memegang batang kayu yang ujungnya tertancap seekor ikan. Aroma lezat dari ikan segar yang telah matang tak menyia-nyiakan waktu selama satu jam menangkap ikan di sungai. Suara ringkikan kuda dari kejauhan melengkungkan sudut mulut Zhang Yuan. Wajah Liu Bai terlihat begitu kesal ketika dia turun dari kuda. “Kak Zhang, kau ke mana lagi? Aku mencarimu sejauh ini dan kau ternyata sedang menikmati makanan enak di sini?” “Bukankah aku bilang akan menunggumu di tepi sungai?” jawab Zhang Yuan santai, melihat ke depan sungai lalu menoleh ke arah Liu Bai lagi. “Kemarilah dan cicipi ikan buatanku,” lanjut Zhang Yuan mendekatkan ikan yang telah masak ke hidungnya. Liu Bai tersenyum penuh semangat duduk di sisi Zhang Yuan lalu mengambil sedikit daging ikan. “Kak Zhang ternyata sangat hebat dalam ha

DMCA.com Protection Status