"Vin, maafin aku. Aku nggak tahu tentang ini, sungguh. Apa kau akan mengusirku? Kumohon jangan, demi bayi ini. Izinkan aku tinggal. Aku, ... tak punya tempat lain lagi." Vincent tercekat mendengarnya. "Kau, ... sungguh to the point," desisnya, antara takjub sekaligus kesal, seraya menatap Nuning lekat-lekat. Dan kali ini, wanita itu tiada sekejap pun memalingkan tatapannya. Justru membalas tatapan Vincent dengan lebih tenang dari sebelumnya. Seteguh tekadnya untuk tetap bertahan. Vincent membuang napasnya yang terasa berat. Haruskah ia mengusirnya? Dan, nuraninya yang pertama kali menggeleng pelan. Bagaimanapun, ada bayi tak berdosa dalam rahimnya. Hati seperti apa yang sanggup melakukan pengusiran sekeji itu? Saat ia memiliki tempat tinggal yang layak untuk menampungnya. Atas dasar kemanusiaan, Vincent mencoba berbesar hati menerimanya. "Lagipula, kau kalah taruhan, jadi pembantuku selama setahun," jawabnya acuh tak acuh. Nuning mendesah lega
Read more